22

430 54 100
                                    

Cumbuan antara keduanya hanyalah cumbuan lembut tanpa nafsu, dari cumbuan lembut itulah akhirnya Yunho mengerti. Yang ia rasakan pada awalnya memanglah  bentuk kekesalan dan trauma akan apa yang dilakukan Mingi kepadanya. Namun, kini ia paham. Dirinya tak selalu menolak Mingi saat menyentuhnya. Ciuman pertamanya memang tidak menyenangkan, karena ada unsur paksaan disana. Namun, ciuman kedua dan ketiga kalinya, apa ia benar-benar membencinya? Yunho rasa tidak. 

Ciuman yang diberikan Mingi saat ini sangatlah lembut. Mingi memperlakukan Yunho seperti sesuatu yang rapuh jika ia menyentuhnya terlalu kuat. Yunho terbawa suasana, begitu pun Mingi. Mereka melupakan bahwa mereka belum memiliki ikatan apapun untuk berbagi cumbuan manis dan mesra selayaknya seorang kekasih. Mereka tidak dalam hubungan apapun.

Mingi lebih dulu melepas ciumannya, ia menatap Yunho yang kini terlihat kecewa dengan berakhirnya sesi ciuman mesra mereka. Yunho masih menginginkan Mingi, ia masih ingin Mingi mencumbunya sekali lagi. Yunho memulainya lebih dulu kali ini, Yunho menarik tengkuk Mingi dan kembali menyatukan kedua bibir mereka. Mingi terlihat terkejut saat Yunho menciumnya terlebih dulu. 

Ciuman yang diberikan Yunho sedikit berantakan, sebab Yunho sangat amatir dalam berciuman, ia belum pernah berciuman dengan siapapun kecuali Song Mingi. Tak heran jika Yunho terlihat tak pandai berciuman, namun itu bukanlah sebuah masalah bagi Mingi, Mingi perlahan mengambil kendali dalam ciuman lembut mereka.

"Bukalah mulutmu." Titah Mingi, Yunho membuka mulutnya.

"Sedikit lagi." Mingi memegang dagu Yunho dan Yunho mengikuti perintah Mingi untuk membuka mulutnya sedikit lebih lebar lagi.

Mingi menarik dagu Yunho dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Yunho dan perlahan Mingi memainkah lidahnya di dalam mulut Yunho, Yunho mencoba mengimbangi pergerakan Mingi, napasnya kian memberat dan perlahan ia dapat mengikuti permainan Mingi. Mingi melumat bibir Yunho untuk kesekian kalinya. Bibir Yunho kini membengkak dan memerah karna ciuman mereka yang berlangsung cukup lama.  

Yunho membalas lumatan-lumatan yang Mingi berikan, bibir Mingi terasa begitu manis bagi Yunho oleh sebab itu Yunho melumat bibir Mingi bagai permen. Mingi menahan tubuhnya agar tak menindih tubuh Yunho yang kini berada dibawah kukungannya. Sebelum terlalu jauh, Mingi kembali melepaskan ciumannya. Yunho terlihat terengah-engah, napasnya memendek sebab ciuman mereka yang cukup lama. Keduanya mengambil pasokan oksigen sebanyak-banyaknya.

"Ku tak menyangka kau menciumku terlebih dulu Yunho. dan ku rasa kau sudah ada kemajuan dengan cara berciumanmu." Mingi menatap Yunho yang masih terengah-engah.

"Semua adalah salahmu, Song Mingi. Kau membuatku seperti ini. Kau harus bertanggung jawab." Yunho mentap lekat mata tajam milik Mingi.

"Apa yang dapat ku lakukan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan ku hm?" Mingi menatap mata kecoklatan Yunho yang begitu indah.

"Tetaplah disisi ku, jangan kecewakan aku, cintai aku, lindungi aku, jadikan aku milikmu seutuhnya." Mingi terlihat terkejut.

"Yunho.. apa kau sadar tentang apa yang kau katakan barusan?" Mingi tak ingin Yunho mengatakan itu hanya karena terbawa suasana belaka. Yunho mengangguk.

"Aku sadar sekarang. Ternyata kau berada disisi ku lebih baik dari pada kau harus jauh dari ku." Mingi mengangkat satu alisnya, ia tak mengerti apa yang dimaksud oleh Yunho.

"Aku tak mengerti. Apa maksudmu?"

"Kau disini membuatku tenang. Sangat berbeda ketika kau hilang tanpa kabar. Aku bahkan tak dapat tidur dengan nyenyak. Aku sadar, ternyata aku tak sepenuhnya membencimu, sebab kenyataannya, aku tak sepenuhnya menolak ketika kau menciumku. Hanya ciuman pertamaku lah yang membuatku ingin menghajarmu sebab kau memaksaku dan membuatku takut." Mingi terdiam dan mencoba memproses kata-kata Yunho.

MonocromaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang