19

1.1K 118 72
                                    

Mingi dan Yunho kini duduk di meja makan apartement Yunho. Mingi pun menyelimuti tubuh Yunho dengan selimutnya serta menyalakan penghangat dan membuatkan mereka secangkir coklat hangat. Coklat ini sengaja Mingi bawa dari Swiss sebagai oleh-oleh untuk Yunho.

"Minumlah selagi hangat, coklat ini ku bawa langsung dari Swiss, rasanya sangat enak jika disajikan hangat." Mingi tersenyum dan memberikan secangkir coklat hangat pada Yunho.

Melihat Mingi yang sering tersenyum dan juga tatapannya begitu hidup, membuat Yunho merasa aneh. Bayangan Mingi yang dulu seolah hilang tanpa jejak. Apa ia benar-benar sudah berubah? Apa ia benar-benar Song Mingi yang ku kenal? Pertanyaan-pertanyaan itu databg begitu saja, namun Yunho tak dapat mengutarakannya.

"Yunho? Ada apa" Mingi mengayunkan tangannya di depan wajah Yunho, ia melihat Yunho seperti melamun.

"Tidak. Aku tidak apa. Terima kasih coklat hangatnya." Yunho perlahan meminum coklat hangat yang dibuat Mingi. Dan benar, rasanya sangat enak.

"Bagaimana? Enak bukan?" Mingi terlihat antusias. Yunho hanya menatapnya dan mengangguk. Mingi tersenyum dan hening. Tak ada satu pun diantara mereka yang membuka percakapan. Mingi menatap keluar jendela melihat salju yang turun cukup lebat.

"Sepertinya salju turun lebat hari ini. Sudah lama aku tak menikmati salju di Korea." Mingi tersenyum getir.

"Jadi bagaimana dirimu?" Yunho akhirnya membuka suara. Mingi menatapnya dan tersenyum kecil.

"Ya seperti yang kau lihat. Aku sudah baik-baik saja. Setahun lebih berjuang memperbaiki diri bukanlah hal yang mudah. Kau tau? Saat Hongjoong mengatakan kau mengundurkan diri, aku sangat terkejut. Hongjoong sangat kecewa padaku dan mengusirku. Lalu saat ku datang ke apartementmu ternyata kau sudah pergi." Mingi tersenyum pahit sambil mengaduk coklat hangatnya.

"Pada saat itu aku putus asa karena tidak dapat menemukanmu, ku pikir aku akan kehilanganmu. Dan sejak saat itu aku bertekad untuk memulai lembaran baru lalu pindah ke Swiss. Sebelum ku pindah ke Swiss, dan menunggu dokumenku, aku sempat bermalam dengan seorang wanita." Yunho meremat tangannya pada gagang cangkir miliknya, entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa sesak.

"Dan kau tau? Aku mengacaukan semuanya. Ketika ku bermain dengannya, aku menyebut namamu. Hanya namamu dan wajahmu yang ada dipikiranku malam itu. Wanita itu pun menyudahi permainan kami lalu pergi. Setelah wanita itu pergi. Bayang-bayangmu semakin jelas dalam pikiranku. Aku menangis malam itu. Aku benar-benar menyadari bahwa aku mencintaimu Yunho. Untuk pertama kalinya ku menangis dan mengeluarkan semua emosiku malam itu." Yunho masih terdiam tak berkata apapun. Wajah Mingi berubah sendu.

"Saat ku pindah ke Swiss, aku langsung menemui psikiater dan aku pun bekerja di cafe sebagai barista di pagi hari, dan pada sore hari aku bekerja di pabrik pembuatan coklat, aku benar-benar giat melakukan pekerjaanku dan ternyata itu menyenangkan. Aku pun merubah pola makan ku dan juga pola tidurku. Awalnya aku membutuhkan obat-obatan, namun perlahan ku mulai lepas dari obat-obatan itu dan akhirnya ku dinyatakan sehat." Mingi mengangkat wajahnya.

"Saat ku mendengar bahwa ku sudah sehat, dan psikiater ku berkata aku dapat melanjutkan hidupku, saat itu juga hanya dirimu yang ada dibenakku. Aku ingin melanjuti hidupku denganmu, dengan diriku yang sekarang dan aku ingin memperbaiki semuanya. Ku tahu masa lalu tak mungkin bisa diulang kembali. Tapi jika kau mengizinkan. Boleh kah aku menebus kesalahanku?" Yunho menatap lekat mata Mingi, mencari kebohongan disana, namun nihil. Yunho tak melihat kebohongan disana, yang ia lihat adalah kesungguhan.

"Kau tau kan, apa yang kau lakukan padaku mungkin bisa ku maafkan, tapi tak bisa ku lupakan seumur hidupku." Mingi mengangguk.

"Aku mengerti Yunho, oleh karena itu aku ingin menebus kesalahanku padamu." Mingi menatap Yunho.

MonocromaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang