20

350 54 44
                                    

Yunho membuka matanya, hari ini adalah hari Minggu, ia tak bekerja hari ini. Namun ia tersadar akan sesuatu, Song Mingi. Yunho melihat ke sampingnya dan nihil, tak ada sosok Song Mingi disana. Yunho terdiam. Apakah kemarin hanya mimpi?

Yunho segera bangun dan mencari barang-barang milik Mingi dan ia tak dapat menemukannya. Bahkan ia sampai mencari bungkus coklat hangat yang dibuatkan Mingi, ia tetap tak menemukannya. Yunho terduduk lemas di lantai. Semua hanya mimpi, Song Mingi tak akan pernah kembali dan mungkin Song Mingi tak akan berubah seperti apa yang ia lihat di dalam mimpinya.

Rasa hampa itu tiba-tiba datang pada dirinya, apakah ia benar-benar merindukan Song Mingi? Si bajingan yang selalu mengganggu hidupnya hingga ia terus dibayang-bayangi oleh Song Mingi?? Yunho memeluk lututnya sambil memegang dadanya. Entah mengapa dadanya terasa sesak, matanya berkaca-kaca.

Ia tak mungkin merindukan Song Mingi, untuk apa ia merindukan seseorang yang jelas-jelas mengusik hidupnya?? Tidak. Ini tidak benar. Yunho menggelengkan kepalanya. Jika ia tak merindukan Mingi, kenapa Mingi hadir dalam mimpinya dengan senyuman yang begitu hangat dan mata yang begitu hidup. Sangat berbeda dengan Song Mingi yang selama ini ia tahu.

"Song Mingi.. Apa yang telah kau lakukan padaku? Kenapa kau tak pernah lepas dari ingatanku? Kenapa?" Yunho meremat dadanya yang terasa sesak dan air matanya mengalir kembali. Ia tak pernah secengeng ini sebelumnya. Ia menjadi begitu sensitif ketika memikirkan tentang Mingi.

Yunho menangis dan memeluk lututnya. Udara dingin yang menusuk tulang pun terasa sangat menyakitkan, namun Yunho tak bangkit dari lantai yang dingin tersebut. Ia mengeluarkan emosinya yang benar-benar ia tak mengerti. Semua karena Song Mingi.

"Yunho?" Yunho menoleh kearah suara yang ia kenal. Yunho segera bangkit dan memeluk pria tersebut. Song Mingi.

"Yunho? Kau kenapa? Kenapa menangis?" Mingi terlihat bingung. Ia baru saja selesai membuang sampah dan juga berbelanja untuk menu sarapan, sebab Yunho hanya memiliki ramyeon disana.

Yunho tak menjawab pertanyaan Mingi, ia hanya memeluk erat Mingi. Mingi dibuat bingung karnanya. Mingi menaruh belanjaan yang beli di dekat pintu masuk apartement Yunho dan memeluk Yunho yang sepertinya menangis. Mingi tak mengerti mengapa Yunho sekarang sering menangis.

"Shuttt tenang Yunho. Kau kenapa?" Mingi mengusap punggung Yunho dengan lembut. Yunho akhirnya melepaskan pelukannya.

"Ku kira ku hanya bermimpi kau telah kembali. Saatku bangun kau tak ada di sampingku." Mingi  menaikkan satu alisnya.

"Aku hanya keluar membuang sampah dan membeli beberapa bahan makanan untuk sarapan, sebab kau hanya memiliki ramyeon." Mingi menatap Yunho dan mengapus air matanya.

"Kau kenapa menjadi secengeng ini hm? Kemana Yunho ku yang sering marah-marah dan memukul ku hm? Kenapa sekarang kau mudah sekali menangis?" Mingi mengusap lembut kepala Yunho.

"Tidak tahu. Semua salah kau." Mingi hanya tersenyum dan tak membantah tuduhan Yunho, sebab ia tahu ia yang membuat Yunho seperti ini. Ini memang salahnya.

"Baiklah, semua memang salahku. Jangan menagis lagi. Aku tidak kemana-mana. Apa kau lapar? Aku membeli bahan-bahan untuk shabu-shabu. Di luar sangat dingin. Kau suka shabu-shabu?" Yunho hanya mengangguk. Mingi tersenyum.

"Ayo kita masuk dulu." Mingi membawa Yunho masuk ke dalam dan mulai mempersiapkan bahan-bahan tersebut untuk dimasak. Yunho hanya duduk di bangkunya sambil meminum coklat panas yang dibuatkan oleh Mingi.

Yunho dapat melihat bagaimana cekatannya Mingi dalam menyiapkan bahan-bahan tersebut. Sepertinya ia memang bekerja keras selama di Swiss. Dan ini pertama kalinya Yunho mengetahui bahwa Mingi pandai dalam hal memasak, sebab dari bagaimana ia memegang pisaunya dan juga bagaimana ia memberikan bumbu pada masakannya benar-benar memperlihatkan bahwa ia pandai memasak.

Mingi sibuk dengan acara memasaknya hingga ia tak sadar Yunho tengah memandangnya. Setelah shabu-shabu selesai, ia bawakan semangkuk untuk Yunho beserta dengan nasinya. Mingi duduk di hadapan Yunho.

"Makanlah selagi hangat. Ini dapat menghangatkan tubuhmu." Mingi tersenyum, senyuman Mingi membuat hati Yunho merasa tenang. Berbeda dengan dulu, senyuman Mingi membuat Yunho jijik dan kesal.

"Terima kasih kau sudah mau berbelanja dan memasak untukku." Yunho mengucapkan terima kasih pada Mingi yang telah membuatkannya sarapan.

"Sama-sama. Makanlah." Yunho mengangguk dan mulai menyicipi masakan Mingi. Yunho terdiam.

"Bagaimana? Enak?" Yunho melirik Mingi kemudian mengangguk. Mingi tersenyum bangga.

"Makanlah yang banyak."

"Aku tak tahu kau pandai memasak." Mingi mengangkat kepalanya.

"Aku selalu memasak untuk diriku sendiri. Hanya saja tak banyak orang tahu tentang itu." Mingi menjelaskan.

"Apa kau sering memasakkan mereka yang dulu pernah bermalam denganmu?" Entah mengapa Yunho menanyakan hal itu. Mingi menatap Yunho cukup lama hingga membuat Yunho berpikir apakah ia menanyakan hal tidak patut dipertanyakan?

"Tidak. Aku tak pernah memasakkan mereka sebab ku selalu meninggalkan mereka ketika mereka masih tidur. Dan kau adalah orang pertama yang memakan masakanku." Yunho tiba-tiba tersedak.

"Uhuk!! Uhuk!!"

"Hei pelan-pelan Yunho." Mingi memberikan Yunho segelas air dan Yunho langsung meminumnya.

"Kau baik-baik saja?" Yunho mengangguk, pipinya merona setelah mendengar jawaban Mingi tadi.

"Pipimu merah, apa kau benar baik-baik saja?" Mingi memegang kening Yunho.

"Aku tidak apa. Hanya tersedak." Yunho melepaskan tangan Mingi dari dahinya.

"Baiklah. selesaikan sarapanmu, setelah ini cuci mukamu dan istirahatlah. Kau sepertinya sangat lelah." Mingi  mengusap pipi merah milik Yunho yang menurut Mingi terlihat menggemaskan. Yunho terlihat seperti anak kecil.

"Kau menggemaskan Yunho." Tiba-tiba kata-kata itu terselip begitu saja dari mulut Mingi, Yunho yang sedang menyantap sarapannya tiba-tiba terdiam.

"Gombalan picisan." Yunho melanjutkan makananya dengan semburat merah yang semakin menghiasi pipi miliknya. Mingi hanya terkekeh pelan dan ikut melanjutkan sarapannya yang tertunda tadi.

Setelah selesai sarapan. Mingi mencuci semua piring kotor bekas mereka makan, sedangkan Yunho pergi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Yunho yang baru selesai mencuci mukanya melihat Mingi yang juga baru selesai mencuci piring.

"Kau ingin mandi air hangat?" Yunho bertanya pada Mingi.

"Boleh. Kebetulan aku belum mandi sejak kemarin." Yunho memasang ekspresi jijik sambil melemparkan handuk bersih dan juga pakaian dalam baru yang belum pernah ia pakai.

"Itu handuk dan pakaian dalam untukmu, aku tak tahu ukuranmu. Jika tidak muat denganmu kembalikan padaku, dan kau harus beli sendiri pakaian dalammu." Yunho berlalu begitu saja karena ia tak ingin Mingi melihat wajahnya yang memerah. Mingi hanya menatap Yunho yang kini berjalan menuju ranjangnya dengan senyuman dan gelengan kepala.

"Kau semakin menggemaskan Jeong Yunho."


Tbc
Hai happy reading ya
Jangan lupa vote dan comment
(*´︶'*)♡Thanks!
-voyez

TbcHai happy reading yaJangan lupa vote dan comment(*´︶'*)♡Thanks!-voyez

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mingi kalo udah tobat gini jadi gemes 😌😌

MonocromaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang