6

746 76 26
                                    

Dokter mengatakan bahwa Mingi hanya kelelahan. Yeosang pun mengatakan bahwa Mingi kekurangan tidur dan juga ia dapat berkerja seharian. Sehari Mingi hanya tidur dua jam. Oleh sebab itu Dokter menyarankan Mingi untuk rehat sejenak dan memperbaiki jam tidurnya. Jika dibiarkan akan membahayakan diri Mingi sendiri.

Dan saat ini Mingi masih belum sadarkan diri. Jongho melihat wajah pucat Mingi dengan lebam dan luka robek diujung bibirnya yang masih sangat jelas disana, Jongho hanya dapat menghela napasnya. Rasanya melihat wajahnya pun muak, namun dengan kondisi Mingi yang lemah seperti ini, Jongho menurunkan egonya dan ia akan merawat Mingi hingga ia pulih.

"Jongho, kau tetap akan memecatnya setelah ini?" Hongjoong berdiri disamping Jongho. Jongho mengangguk.

"Tak ada gunanya aku memperkerjakan sampah masyarakat sepertinya." Ucap Jongho, Hongjoong hanya mengangguk.

"Apa dia memiliki keluarga atau sebagainya?" Jongho menggeleng.

"Tidak. Ia tumbuh dan besar dalam panti asuhan. Hanya itu yang ku tahu."

"Lalu jika kau memecatnya, apa yang akan ia lakukan setelahnya? Tentu saja apartement itu akan kau tarik kembali bukan? Karena apartement itu adalah pemberianmu." Jongho kembali mengangguk.

"Aku tak perduli apa yang akan ia lakukan setelahnya. Tugasku hanya merawatnya hingga ia pulih, setelahnya ia bukan lagi urusanku." Hongjoong dapat merasakan kekesalan dan kekecewaan disana. Hongjoong pun paham, dan menurut Hongjoong itu wajar.

"Baiklah, berarti kau harus mengganti rugi padaku atas pemutusan kontrak Mingi. Dan aku akan mencari model lain untuk menggantikan Mingi." Hongjoong memijat pelipisnya.

Sejujurnya diluar sikapnya yang buruk, Mingi adalah model yang sangatlah cocok dengan brandnya, hanya saja sikap Mingi memang tak bisa ditolerir. Hongjoong mau tak mau harus mencari pengganti Mingi. Mungkin Choi San adalah pilihan terbaiknya kali ini. Hanya saja ia harus membahasnya kembali oleh San dan juga biarkan San berdiskusi dengan Wooyoung, kekasihnya.

Yunho hanya berdiri disana sambil melihat wajah tak berdaya Mingi. Yunho tak berkata apapun, ia hanya diam disana. Yunho tak menyangka seorang Song Mingi dapat terlihat selemah ini. Kemana wajah sombong menyebalkan dan menjijikan yang selama ini ia lihat? Sekarang hanya wajah pucat bak mayat hidup.

Yeosang pun hanya menatap Mingi datar sambil memeluk lengan Jongho. Yeosang tak bicara apapun. Jongho melihat Yeosang yang menatap datar Mingi.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jongho pada Yeosang. Dan Yeosang mengangguk.

"Jongho, aku ingin pulang." Yeosang ingin pulang sebab melihat wajah Mingi hanya membuatnya sakit.

"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang. Hyung, bolehkah ku minta tolong padamu untuk menemani Mingi sebentar? Aku akan kembali setelah mengantar Yeosang." Hongjoong mengangguk.

"Pergilah, aku akan menjaga Mingi selagi kau pergi." Jongho mengangguk.

"Terima kasih, Hyung. Ayo Yeosang ku antar kau pulang." Yeosang mengangguk dan kemudian mereka menghilang dari balik pintu.

"Yunho, jika kau ingin pulang, pulanglah. Aku akan menjaga Mingi." Hongjoong merasa Yunho tak ada lagi urusan seharusnya ia bisa pulang dan beristirahat. Tapi Yunho tak menjawab, Yunho justru menatap kearah Mingi yang belum sadarkan diri.

"Berarti setelah ini ia akan menjadi gelandangan? Hidup memang dapat berubah kapanpun. Ketika dirinya berada di puncak, tiba-tiba ia terjun bebas. Semua akibat sikapnya, dan dia begitu bodoh." Ucap Yunho, Hongjoong menaikkan satu alisnya mencoba memahami maksud Yunho.

"Apa dia selalu seperti itu?" Yunho bertanya pada Hongjoong.

"Apa maksudmu?" Hongjoong tak mengerti.

MonocromaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang