bab 11

245 23 0
                                    


Dertttttttt.....

Telp Gibran berbunyi Gibran melihat siapa yang menelepon nya. Mata Gibran membulat ia tak mau mengangkat telp itu

Dertttttttt.......
Telp nya terus berdering hingga akhirnya Gibran memberanikan diri untuk mengangkat nya

".... astaghfirullah Gibran kamu kemana aja hah udah satu bulan ke rumah sakit, kamu kan tau penyakit kamu itu gak main main" teriak dokter dari sebrang telp

Gibran sontak menghindari agak jauh hp nya dari telinga

"Iiih om dok kalau nelpon itu ucap kan salam dulu" ingat Gibran pada dokternya

"Oiya lupa saya, assalamualaikum Gibran" ucap dokter

"Nah gitu kan enak didengar nya om dok, wa'alaikumusalam"

"Eitssss mau ngapain mau matikan telp nya, iya...hemmm" ucap dokter yang memang tau niat Gibran ketika mengucapkan wa'alaikumusalam

"Hehehe om dok tau aja" cengengesan Gibran

"Gibran besok kamu harus kerumah sakit kalau tidak jangan salah kan saya, saya akan menghubungi keluarga kamu  mengenai penyakit kamu " ancam dokter

"Iih om dok mainnya ngancem iya deh besok Gibran kesana" ucap Gibran

"Bener ya" yakin dokter

"Iya om dokter ganteng". Tekan Gibran

Tutttt tutt tuttt

Telp berakhir Gibran merebahkan badannya di kasurnya, kini pandangan nya ke langit langit kamar nya, ia menunjuk nunjuk hiasan yang ada dikamar nya

"Om dok selalu cemas dengan kesehatan gua tapi gua malah santai gini" keluh Gibran

"Badan pasti lu nyeselkan jadi badan gua Karna gua lu jadi sakit terus" tutur Gibran

Hoekk...

Mual itu yang kini Gibran rasakan ia langsung berlari menuju kamar mandinya

Hoekkk....hoekkkk

Hoekkk.. huk huk

Kepala nya berat serasa ingin pecah

"Argghh....sakit" ucapnya menjambak Jambak rambut nya

Ia merasakan ada benda yang mengalir dari hidung nya, segera ia bersihkan itu ternyata yang keluar adalah darah

"Kenapa gak berhenti henti sih " keluh Gibran

"Argghh..." Kepala nya semakin sakit

Gibran berusaha berjalan menuju ranjang nya. Ia memakan pil obat nya

Gibran berbaring berusaha menetralkan kembali pernafasannya

"Lo lemah banget sih gib" keluh nya pada dirinya sendiri

...........

Keesokan harinya Gibran bangun agak awal, ia turun dan duduk dimeja makan. Gibran akan duduk dimeja makan jika ia yang duluan tiba di sana karena jika Rasya dan Riko duluan ia enggan untuk bergabung karena takut merusak suasana

Rasya turun dari tangga disusul Riko mereka melihat Gibran yang sedang santai makan kedua nya hanyut dalam pikiran masing masing

"Cara makan ku unik gib, baru kali ini gua memperhatikan gerak gerik Lo" batin Rasya,rasya tersenyum melihat adiknya yang sedang makan

"Kamu sudah besar nak" batin Riko

Rasya turun bersama Riko beriringan, mereka mengambil posisi duduk yang sering mereka tepati untuk duduk

Gibran tidak menggubris mereka karena jika Gibran berbicara atau melihat mereka hanya lah luka yang akan Gibran dapatkan itu lah pikir Gibran saat itu

Suapan roti terakhir habis, Gibran segera berdiri dan bergegas pergi, langkah nya terhenti kembali ketika mendengar Riko mengatakan sesuatu

"Kurang sopan ada orang tua malah nyelonong pergi gitu aja" sindir Riko

"Jika Gibran pamit apa papa akan respon" pertanyaan Gibran membuat Riko terdiam. Rasya yang tau maksud Gibran sedih karena ia tau seberapa sakitnya menjadi adik nya itu

"Lo mau kemana " tanya Rasya

"Bukan urusan bang Rasya" ucap Gibran lalu pergi

Riko masih hanyut dalam pikiran nya
"Kenapa papa diam" tanya Rasya

"Papa cuman.."

"Papa udah sadar kan seberapa jauh Gibran dari kita" ucap Rasya lalu pergi berangkat sekolah

.............

Riko berjalan menuju kamar nya ia mengambil sesuatu di bawah tempat tidurnya, yaitu foto Gibran yang ia selipkan. Ia diam diam stalking sosmed putranya untuk mendapatkan foto itu

"Anak papa udah besar ya" ucap Riko

"Maaf kan papa yang egois ya nak" tangis Riko pecah

"Tunggu sebentar lagi papa janji akan menghilangkan sikap ego papa, janji ya akan bertahan sampai hari itu tiba" ucap Riko pada foto Gibran.

...........

Krekk.... Pintu terbuka kini Gibran melihat dokter yang duduk membelakangi nya

"Sampai juga akhirnya" ucap dokter itu lalu melihat Gibran dengan intens

Gibran duduk sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal

"Hehehe om dok "

"Apa yang hehehe. Kita mulai sekarang"

"Oke om dok" ucap Gibran pasrah

Setelah pemeriksaan Gibran sangat gugup dengan muka dokter dihadapan nya ini yang berubah menjadi khawatir

"Ke..Napa ya dok" ucap Gibran gugup

Dokter membuang nafas kasar dan memberikan hasil pemeriksaan itu kepada Gibran

"Lihat Gibran, kanker kamu udah stadium 3 dan bisa bisanya sekarang kamu masih santai" ucap dokter secara frustasi

"Maaf om dok" ucap Gibran

"Saya sudah melarang kamu untuk jangan melakukan aktivitas yang berat Gibran, jangan banyak pikiran dan hindari berbagai benturan "

"Maaf om dok" ucap Gibran lemah

Dokter Kamal tidak bisa melihat Gibran seperti ini " maafkan om dok ya udah bentak kamu" ucap lembut dokter kamal

"Saya menyarankan kamu melakukan kemo" mendengar itu Gibran sedikit kaget "maaf dok Gibran gak bisa" ucap Gibran pasrah

"Kenapa ??"

"Apa dengan kemo saya bisa sembuh om dok" tanya Gibran

"Kemoterapi itu hanya untuk menghangatkan bukan menghilangkan Gibran" jelas dokter

"Berati tetap saya akan mati" ucap Gibran spontan

"GIBRAN" tekan dokter "kamu jangan ngomong itu kamu pasti sembuh saya yakin" ucap dokter itu

"Yaudah ini obat kamu pasti sudah habiskan, dan Minggu depan kamu akan melakukan kemo" jelas dokter kamal

Untuk saat ini Gibran hanya mengiyakan perkataan dokter Kamal, karena jika ia menolah ia yakin tak akan bisa keluar dari ruangan itu

"Stadium 3 "

........
Bersambung

percaya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang