bab 21

233 21 2
                                    

Tok tok tok

"Masuk"

Gibran masuk dengan cengengesan nya yang menggemaskan itu

"Selamat pagi om dok" ucap Gibran dengan sopan

"Selamat pagi, mau saya suntik" ucap geram dokter Kamal

"Iss om dok dikit dikit suntik dehh" ucap Gibran

"Ya lagian janji nya kemarin malah lupa, masih muda udah lupa gimana tuanya" ucap dokter Kamal kesal

"Hehehe maaf dok"

"Yaudah kita bakal periksa dulu kondisi tubuh kamu baru kita lanjut kemo" jelas dokter Kamal

Ternyata tubuh Gibran cukup baik untuk saat ini sehingga hari ini ia bisa melakukan kemo pertama nya

"Ini memang sedikit sakit kamu siap" ucap dokter kamal

"Siap"

Lalu dokter Kamal mulai memasukan cairan itu ketubuhnya Gibran, bagi Gibran ini cukup berat kemo pertama nya tanpa ada nya yang menjaganya

.......

"Gimana" ucap dokter Kamal

"Sakit banget tadi dok, tapi Gibran tahan kok" ucap Gibran

"Kamu anak kuat Gibran" puji dokter Kamal

"Sekarang kamu dirawat ya disini selama 3 hari"

"Gak dok" tolak Gibran

"Gibran ini untuk kebaikan kamu" ucap dokter Kamal.

"Dok saya mohon"

"Gak"

"Gibran pulang atau ini jadi kemo dan pengobatan terakhir gibran" ancam Gibran pada dokter Kamal

Dokter Kamal bernapas kasar, sungguh ia tak tau lagi dengan anak yang didepan ini sungguh anak yang keras kepala

"Yaudah tapi ingat langsung istirahat" perintah dokter Kamal

Gibran mengangguk. Ia segera pulang kerumah sungguh badannya kini sangat lelah, sakit dan tak bersahabat untuk diajak bekerja

"Bang Al Gibran izin ya" chat Gibran

"Oke" Al

............

Plakkk

Baru sampai dirumah Gibran malah disambut dengan tamparan dari papanya

"INI SEMUA SALAH MU ANAK SIALAN" ucap Riko penuh emosi

Kali ini Gibran benar benar gak tau apa kesalahannya, Gibran bahkan tak melakukan apapun dari semalam lantas apa kesalahannya

"GARA GARA ANDA PROYEK SAYA GAGAL" teriak pria itu

"Apa hubungan nya proyek dengan Gibran pa" kali ini Gibran bersuara sungguh ia tak tau apa apa mengenai itu

"JELAS ADA KARENA ANDA ITU ANAK PEMBAWA SIAL" ucap Riko yang sudah penuh dengan emosi

"Proyek papa gagal jadi papa ngelampiasin nya ke aku iya pa" ucap Gibran yang tak habis pikir dengan papa nya

Riko semakin emosi ia langsung menarik tangan Gibran menghempaskan Gibran kesembarang arah hingga kepala Gibran terbentur

Riko mengambil tangkai sapu

Bugh

"ANAK SIALAN

Bugh

"ANAK YANG HANYA BISA NGEREPOTIN!!!"

Bugh

"ANAK PEMBAWA SIAL"


Bugh

"KENAPA ANDA TIDAK MATI SAJA"

Pukulan itu tak henti henti dilakukan Riko, setelah puas ia pergi meninggalkan gibran

Gibran berusaha bangkit dan pergi menuju kamarnya, ia segera menutup pintu kamarnya. Badan nya meluruh kebawah

"Hikkss hiksss" hanya suara isakan tangis Gibran yang menggema dikamar itu

"Kenapa gua selalu diginiin" ucapnya

"Kenapa selalu gua yang menjadi amukan papa" ucapnya frustasi memegang dan menarik rambutnya

Hati nya bener bener rapuh, emosional nya kali ini sungguh tidak bisa dikendalikan

"Kapan guaa mati kapan..."

"Gua gak kuaattt......."

"Mereka semua ingin gua mati..hikss" ucap memukul mukul kepalanya

"Hiksss hiksss..." Isakan itu semakin keras

Kamar Gibran adalah saksi kehancuran anak itu pada hari itu

............

Riko memandangi tangan nya yang bergetar, ia teringat dengan apa yang sudah ia lakukan pada putra nya

Padahal kali ini putra nya tidak salah, tapi ia malah melampiaskan nya pada putra nya

"Tangan jahat kenapa anda pukul putra saya kenapa" ucapnya marah pada tangan nya sendiri

"Maaf kan papa nak..."


...........

Rasya yang baru pulang mendapatkan kabar dari asisten rumah tangganya kalau Gibran kembali disiksa oleh papanya

Rasya berlari menuju kamar Gibran yang terkunci dari dalam

"Gib buka gib ini gua" ucap Rasya yang tak digubris oleh Gibran

"Gib bukaa" Rasya terus mengetuk pintu kamarnya Gibran

Gibran yang mendengar Rasya memanggil nya dari tadi akhirnya bersuara

"Gua mau sendiri" ucapnya

Rasya meluruh kebawah bersandar di depan pintu Gibran, ia mengusap kasar mukanya. Lagi lagi ia merasa gagal melindungi adiknya

"Maaf" lirih Rasya

Gibran yang dibalik pintu dalam mendengar lirihan kecil Rasya ia mengangguk kecil

'maaf telat datang gib'

.............

Bersambung

percaya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang