bab 48

701 48 7
                                    

"Nau kasih izin om Riko ya" bujuk Kenzo pada Naura

Naura menggeleng "dia gak pantas buat ngedeketin Gibran" ucap Naura emosi

"Nau sekarang mending Lo liat Rasya ya" bujuk Kenzo

"Nau Rasya juga lagi butuh elo" ucap Kenzo dengan nada yang lembut

"Kak kanza temenin ya ketemu bang Rasya nya" ucap kanza mengiringi Naura, untung saja Naura menuruti nya

Melihat Naura sudah pergi Riko mendekat ke putra bungsunya

"Hei.. anak papa" panggilnya

"Kamu pasti benci dengan papa kan nak" ucap Riko dengan perasaan campur aduk

"Papa belum siap kamu tinggal nak" ucap Riko mengusap rambut Gibran

"Kamu pucat nak, kamu lelah banget ya" Riko tak tahan ia memeluk Gibran

"Bangun nak ini papa" ucapnya mulai frustasi

Rina mendekat kearah Riko dan Gibran "maafkan mama nak" ucap Rina menatap jasad putra nya

"Mama melahirkan mu hanya untuk membuat mu menderita maafkan mama nak" ucap Rina sedih

"Semua nya sedang diurus nak, mama tinggal bentar ya nanti mama menyusul kerumah kamu" ucap Rina mencium jasad putranya

"Mas Riko aku izin untuk mengantar Gibran kerumah terakhir nya ya" ucap Rina, Riko mengangguk lemah

Rina pergi dari ruangan Gibran tatapan Riko dan Rina sama yaitu kekosongan

Rasa hancur mereka sudah tidak bisa diutarakan bahkan dengan air mata sekalipun

Beberapa orang diruangan itu ikut mengiringi proses pemakaman Gibran

Rina yang memang memutuskan untuk memberi tahu Gani pergi bersama Gani menuju tempat peristirahatan terakhir Gibran

Cukup ramai yang datang di pemakaman seperti keluarga jauh, tetangga bahkan dari berbagai anak jalanan dan beberapa anak anak dari panti asuhan yang turut meramaikan karena Gibran selalu membantu mereka

Banyak yang merasa kehilangan pada saat itu hingga akhirnya Gibran terkubur

Kini Gibran yang ceria dan kuat bahkan menjadi tempat para sahabat nya cerita sudah menjadi kenangan

Di pemakaman tersisa Riko, Rina, Gani, Kenzo, Al, Indro, Leo, dan bima sedangkan Naura, Rasya,kanza, dokter Kamal,dan gio masih dirumah sakit

Rina mendekat kemakam putra bungsunya Gani juga setia mendampingi Rina

"Nak... Bahkan mama belum sempat mendengar mu memanggil ku mama" ucap Rina menatap nisan Gibran

"Mama pengen banget masakin kamu makanan, ngajarin kamu, ngerawat kamu" ucap Rina. Gani mengusap punggung istrinya yang sedang hancur perasaan nya

"Mama belum pernah menggendong mu nak, mama minta maaf" ucap Rina menyesal

"Sayang udah ya pasti Gibran udah memaafkan kamu" ucap gani menenangkan istrinya

"Kita pulang ya, kita doain Gibran dirumah" bujuk Gani

Rina seperti hidup tapi tak punya jiwa, ia seperti kosong hingga memudahkan Gani membawa nya kini

Gani tau sehancur apa istrinya saat ini, ia tau selama ini istrinya sudah berusaha untuk bertemu putra nya namun gagal dengan rasa takutnya

Rina dan Gani sudah pergi, kini bima dan Al yang mendekat kearah nisan Gibran

"Dek gua bakal kangen dengan Lo" ucap bima

"Perjuangan gua sia sia ya" ucap bima menunduk

"Kalau gua tau Lo bakal pergi gua lebih milih buat ngabisin waktu gua dengan Lo dek" ucap bima dengan tangisan

"Lo sekarang bahagia kan, jangan nangis ya" peringat bima

"Gua bakal sering kesini" ucap bima

"Dek bang Al nyesel udah termakan jebakan" ucap Al

"Andai Abang gak masuk kedalam perangkap pasti gak gini kan dek" tangis Al tak bisa tertahan lagi

"Al Lo pucat kita pulang aja ya" ajak bima

Al mengangguk ia tau jika Gibran tidak suka melihat dia sakit makanya ia terima ajakan bima saat ini

Indro dan Kenzo menatap nisan Gibran tak ada kata kata yang bisa mereka keluarkan hanya bayangan kenangan bersama Gibran seperti kaset yang terus diputar

"Kita pamit gib" ucap Kenzo dan Indro

"Gibran gua nyesel" ucap Leo tertunduk

"Lo benci gua ya" tanya Leo.

"Maafkan gua gib" ucap Leo

"Gua nyesel gua pengen Lo disini lagi" ucap Leo tertunduk

Riko memegang pundak Leo "saya tau apa yang sedang kamu rasakan" ucap Riko

"Saya termasuk sumber penderitaan Gibran juga"

"Gengsi saya tinggi hingga membuat saya menyesal" ucap Riko

"Om tau gak Gibran itu sangat sayang dengan om" ucap Leo

Riko melihat Leo, Leo pun sebaliknya "dia pernah bilang dia akan percaya suatu saat papa dan abangnya akan menerimanya" kata Leo

Riko terdiam ia sangat lelah untuk bicara saat ini "kata kata itu yang selalu saya dengar om" ucap Leo

Leo menatap Riko "om saran saya om masuk kekamar Gibran ya ada yang harus om tau soal Gibran" ucap Leo lalu pergi

.......

Dirumah sakit sudah berkumpul Naura, kanza dan dokter Kamal yang menunggu kesadaran dari Rasya

Hanya keheningan yang terjadi disana, Meraka masih berharap ini mimpi buruk dan segera untuk orang membangun kan nya

Namun tidak ini nyata orang yang berharga sudah tidak ada lagi

Jari Rasya bergerak sedikit demi sedikit kesadaran Rasya mulai tersadar

"Gibran" panggil Rasya lemah

"Gua juara Rasya" ucap Naura

"Gibran mana ini cuman mimpikan" ucap Rasya yang spontan duduk karena mengingat hal yang menghancurkan.

Naura menggeleng kepalanya




Bersambung

percaya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang