bab 1

760 40 0
                                    

'Ctaassssss'
'Ctasssssss'

Bunyi itu menggema di seluruh ruangan itu

'Ctasss'

"BERAPA KALI SAYA KATAKAN JANGAN BUAT MALU SAYA" setelah puas menghukum putranya pria paruh baya itu meninggalkan putranya yang masih bersimpuh karena tak kuat merasakan sakit

"Erghh" rintih pemuda itu, ia bangkit mengambil kertas yang tadi kenapa ia mendapatkan hukuman

"Heh, kenapa ketika nilai gue jelek papa ngeliat" senyum tipis kecewa tak bisa ditutupi nya saat itu. Dengan kesakitan ia berjalan masuk dan mengunci pintu kamar nya

"Kenapa tidak saat gua mendapat kan piala dan penghargaan ini dia tau" batin dari pemuda itu melihat piala dan piagam serta berbagai mendali yang tersusun rapi di kamarnya

"Arghhh " sontak pemuda itu memegang kepala nya dan meremas rambut nya, keseimbangan tubuh nya goyah ia terjatuh dan berusaha untuk menggapai lacinya, ia mengambil beberapa obat dan menelan secara langsung

Karena efek obat itu pemuda tersebut langsung menuju kasurnya dan menutup matanya






*******
"Papa"  panggil seorang pemuda lain yang berapa dirumah itu

"Iya kenapa Rasya" jawab pria paruh baya itu yang tak lain adalah Riko

"Pah dari mana"

"Papa tadi.."

"Hukum dia lagi" sambung Rasya sebelum Riko menyelesaikan penjelasan nya.

"Dia buat malu papa jadi papa hukum dia"  jawab Riko pada Rasya

"Pah.."

" Papa pusing, papa masuk dulu" 

Riko pergi meninggal Rasya, dan Rasya juga berjalan menuju kamar nya sontak saat ia sedang berada di depan pintu kamar adik nya ia memandangi pintu itu dengan mata sendu

"Maaf gua juga belum siap buat ngakuin Lo Gibran"

Rasya ingin membuka pintu kamar itu, namun masih berat baginya untuk masuk setau nya ia sudah 10 tahun tidak ada masuk ke kamar itu. Karena ia tak mau sedih ia melanjutkan langkah nya menuju kamar nya.

********
Pukul menunjukan angka 02.30, Gibran yang tadi nya tertidur merasa mual ia langsung berlari menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya

"Huekk..."  Ia berusaha untuk mencerna kembali rasa mual nya, pusing  yang ia rasakan kepala nya seakan akan ingin pecah tak kalah kuat juga ia meremas rambut nya dengan sekuat tenaga berharap rasa sakit nya akan hilang

"arghh...sampai kapan sih"  rintih Gibran. Gibran berusaha untuk berdiri menuju laci mejanya dan menelan kembali obat tersebut, reaksi obat itu membuat kepala nya sedikit membaik

Gibran melihat pantulan bayangan dirinya dari cermin

" Menyedih kan banget sih Lo gib.."
saut nya pada dirinya ia kembali berbaring menuju kasurnya

Gibran mengambil bantal yang ada di dekat kasurnya " huff tahan ya gib, gua percaya besok hari nya" setelah mengatakan itu Gibran kembali tertidur




************

Gibran bersiap siap untuk pergi kesekolah, menatap dirinya di cermin yang memantul seluruh dirinya dari atas hingga bawah

"Oke gib percaya bahwa hari ini harinya " dengan semangat Gibran menuruni tangga menuju meja makan

"Pagiiii"ucap Gibran dengan senyuman

Namun hal itu tak direspon dengan dua orang yang sudah duduk dari tadi di meja makan

" Pahh Rasya lanjut kesekolah dulu ya" Rasya pergi meninggalkan Gibran dan papanya dimeja makan, bukan hanya Rasya Riko pun beranjak dari posisi nya.

Kini hanya Gibran yang tertinggal di meja makan, Gibran terkekeh tersenyum kecil

"Oh bukan sekarang" jawabnya sendiri. Karena kecewa ia pun pergi tanpa menyentuh makanan nya

********
Diparkiran sekolah nya sudah ada dua temannya yang menunggu nya

"Woy Gibb" sapa Leo. Leo merupakan teman sekelas Gibran

"Ehhh Brody gue nih" sauttt kanza menghampiri sahabat nya

Gibran hanya senyum pada mereka
" Maaf siapa ya " canda Gibran pada teman temannya itu

" Wahhh za parah kita dilupain " ucap leoooo

"Wahhh gua hukum lu ya" balas kanza pada Gibran

"Ye.. lu curang dikit dikit hukum karena Lo wakil ketua gitu" jawab Gibran pada kanza

Mendengar jawaban dari sahabat nya kanza hanya geleng-geleng kepala nya ia senang melihat sahabat nya hari ini sangat bahagia

Tanpa mereka sadari seseorang menghampiri mereka dan menyodorkan roti kemuka Gibran

"Iiii siapa sih "   berusaha untuk menyingkirkan rotinya dari mukanya. Ketika berhasil ia melihat seseorang yang membuat nya terdiam

"Eeh bang Indro"

"Makan"

"Gak ah bang, ngerepotin"

"Gua bilang makan....MAKAN" tegas Indro

"Ckh iya iya" dengan pasrah Gibran menerima roti itu. Gibran memang gak bisa untuk nolak perintah Indro
Gibran juga dekat dengan Indro daripada dengan Rasya

" Lah ini mana bang Kenzo mana"
Tanya kanza

"Lah Abang sendiri pun tak tau "  jawab leoo

"Tadi dia duluan makanya gua gak tau" jawab kanza

"Dia tadi ada urusan dengan pak Reno" jawab Indro

Gibran yang sudah menghabiskan rotinya pun beranjak dari sana

"Gua duluan ya" Gibran pergi meninggalkan mereka

"Woiii gib tungguin gueee " sauttt leooo mengejar gibrannn...

Kanza dan Indro melihat dua orang tadi yang semakin jauhh

"Yaudah bang gua kekelas juga ya" saut kanza

"Ye hati hati za" jawab Indro

Kini Indro tinggal sendiri ia masih menatap sendu punggung yang semakin jauh dari nya

" Gua bakal jaga Lo gib, Lo jangan ngerasa sendiri...." batin indro

*******
Bersambung

percaya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang