Pandangan Rina teralihkan saat dimobil ketika melihat seorang pemuda yang ia pernah lihat tengah berada di halte
Ia menginjak rem mobilnya dan turun dari mobil, ia berjalan mendekati pemuda itu
"Permisi" ucap Rina dengan sopan
Merasa terpanggil Gibran melihat wanita yang memanggilnya "iya ada apa" ucapnya polos
Rina terus memandangi wajah putra nya, wajah yang selama ini ia rindukan tanpa tau rupanya
"Maaf buk , ibuk kenapa nangis" tanya Gibran khawatir, ketika melihat air mata Rina dipipi. Gibran menghapus air mata itu
"Kalau ada masalah ibuk boleh kok cerita ke saya, terkadang cerita ke orang asing akan lebih membantu" jelas Gibran
Mendengar anak nya begitu perhatian hati nya menghangatkan perasaan yang tak pernah ia rasakan selama ini
"Aku mama mu nak bukan orang asing" batinnya
"Maaf buk" panggil Gibran sekali lagi
Rina yang tersadar dari lamunannya sontak menjulurkan tangan nya
"Nama saya Rina" ucapnya
Gibran agak tertegun melihat tingkah aneh Rina, tak mau berpikir aneh aneh Gibran ikut menjulurkan tangan nya "Gibran" ucap Gibran dengan senyuman
Tak lama bus yang ditunggu Gibran tiba "buk Gibran pamit ya soalnya udah ada bus" ucap Gibran meninggalkan rina
Rina hanya memandangi putranya itu sungguh ia sangat ingin memanggil putra nya dengan sebutan nak tapi rasa takut nya lebih besar
"Tunggu mama ya nak"
...........
"Kak" ucap Naura sambil menyerahkan beberapa pil obat itu
"Ini obat yang harus kakak periksa??" Tanya kakak Naura
"Iya kak ini punya adik teman aku pliss ya periksa" mohon Naura
Kakak Naura mengangguk paham "yaudah bilang ke dia tunggu hingga hasil pemeriksaan nya keluar" ucap kakak Naura
Naura mengangguk ia keluar dari ruang kerja kakaknya, perasaan Naura kini kacau ia sungguh takut kalau Gibran mengidap penyakit mematikan itu
Bagaimana pun ia sudah menganggap Gibran itu adiknya juga sama seperti yang lainnya
"Gua gak nyangka sya Lo sempat tega dengan adik Lo sendiri" monolog nya
"Kasian banget Lo gib, pasti Lo menderita banget" sambung nya lagi
.........
Bima sedang melihat beberapa bingkai foto "mana ya" monolognya
"Hah ini bagus" ucap bima
"Sekarang tinggal ajak Gibran foto bareng" ucapnya dan pergi menuju caffe Al
.......
"Al...!!! " Teriak bima saat sampai di caffe Al, Al yang merasa terusik pun melihat bima dengan kesal "Lo, bisa gak sih gak usah teriak teriak pengap nih telinga guaa! " Ucapnya
"Hehehe maap" cengengesan bima
"Mau apa Lo" tanya Al
"Gua mau pinjam Gibran" jujur bima
Al melotot ia "buat apa" ucap nya dengan ketus. "Tahan mas bro jangan marah marah, gua cuman pinjam buat tugass aja" ucap nya jujur
"Tugass apa?? " Tanya Al lagi
"Itu gua kan gak buat pr kemarin jadi guru prakarya nyuruh gua sebagai gantinya buat foto dan bingkat bersama sahabat atau saudara tapi satu orang aja" jelasnya
Al mengangguk paham "yaudah sama gua aja" ucapnya Santai. "Dih gak lah yang ada Naura dan Rasya marah nanti mereka gak diajak" ucapnya jujur
"Jadi gua memutuskan mau foto dengan Gibran gua bakal bilang gua sudah anggap Gibran sebagai sahabat dan adik gua" ucapnya
Al hanya pasrah "yaudah bentar gua panggil Gibran dulu" ucap Al
"Oke" bima Sangat semangat menunggu Gibran keluar
"Gibran" panggil Al pelan
"Iya bang ada apa" tanya Gibran
"Itu bima mau ajak Lo foto " ucap Al langsung tanpa basa basi
"Hah buat apa bang" heran Gibran
"Buat tugasnya " ucap Al
"Gimana Lo mau" sambung Al
Gibran mengangguk"yaudah bang Gibran siap siap dulu ya" ucap Gibran
"Hati hati ya" peringatan Al, Gibran mengangguk dan pergi keruang ganti baju
.......
"Nanti kita foto didanau aja gimana" ucap bima kepada Gibran, saat ini mereka sudah berada didalam mobil
"Boleh bang dimana aja bagus kok" ucap Gibran
"Sip , tema kita disana piknik" ucap bima
"Piknik ?? " Bima mengangguk
"Iya piknik nanti gua bakal cerita kakak dan adik yang melakukan pendekatan persaudaraan gitu"
Gibran yang mendengar hanya mengangguk dan mengiyakan apa kata bima
.........
"Danau nya bagus banget bang" jujur Gibran
"Iya disini adem banget" ucapnya
"Yaudah yuk kita bentang kan tikar nya disana" ucap bima dan pergi membentang kan tikar nya
Gibran membantu menata makanan dan minuman yang mereka bawa, mereka menikmati pikniknya
"Hmm bang kita gak jadi foto" tanya Gibran mengingat tujuan mereka kesini
"Udah lihat sana" menunjuk salah satu kameramen yang ternyata tidak disadari oleh Gibran
"Konsepnya keciduk gitu gib jadi biar kerasa real" jujurnya
Akhirnya Gibran paham dengan jalan pikir nya bima
"Makasih ya bang"
"Sama sama Lo gak usah sungkan anggap aja gua Abang Lo" jujur bima
Gibran mengangguk memberikan senyuman yang tulus lesung pipinya terlihat jelas membuat senyuman nya terlihat lebih manis
