bab 2

382 24 0
                                    

Kini Gibran tengah berada di taman belakang sekolah, Gibran duduk mendengarkan musik dibawah pohon yang rindang

Tiba tiba ia merasa terusik karena salah satu earphone yang ia gunakan untuk mendengar musik terlepas

"Isss apa apaan Lo" ucap Gibran melihat siapa yah mengusik nya, orang yang ia lihat hanya menatap nya datar. "Bang Indro hehehe maaf bang kirain siapa tadi" sambung Gibran cengengesan

"Nih " indro menyodorkan minuman kepada Gibran, Gibran menerima nya dengan antusias "makasih" menunjukkan senyuman manisnya

"Nanti malam Lo nginep dirumah guee ya" ucap Indro, "malam ini banget bang" tanya Gibran.

Indro mengangguk "hari ini Lo libur kerja gua udah izinin Lo ke bos Lo juga" ucap Indro santai lagi

Mata Gibran membulat kaget " kok diizinin sih bang kalau guee di pecat gimana atau gaji gue dipotong atau..."

"Lo libur sehari gak bakal hilang pekerjaan Lo" belum selesai Gibran menyelesaikan ucapannya Indro sudah memotong nya

Tanpa berpikir Indro berdiri dan pergi meninggalkan Gibran sendiri disana. Ini sudah menjadi hal biasa untuk Gibran, Gibran senang ketika Indro memberikan perhatian yang bahkan ia tak dapat kan dari keluarganya

.......

Rasya kini sedang berada di kantin bersama beberapa temannya, duduk dan menikmati makanan itu yang sedang ia lakukan

"Yahh dia izin" ucap Al kecewa

"Nape tuh muka udah kaya baju belom disetrika aje" ledek bima

"Enak aje lu ni ye karyawan guee libur" sambung Al kecewa

"Sepenting apa sih karyawan nya boss muda Al" ledek Naura melirik seluruh teman teman nya. Semua orang disana tertawa tak kecuali Rasya ia juga tertawa dan lucu melihat muka Al yang semakin kesel karena di ledekin

"Apaan dah lu pada gua seriuss" kesel Al

"Iya deh iya lu serius yaudah ceritain siapa sih kok lu sampe segitunya" bukan hanya Rasya namun bima dan naura juga penasaran dengan karyawan Al

"Jadi dia itu karyawan yang udah gua anggap adik gua sendiri" ucap Al

"Kok bisaa" tanya bima

"Bentar ku anggap adik berati usia nya lebih muda dari kita" tanya Naura

"Lu mempekerjakan anak dibawa umur Al" sambung Rasya

"Iiiss bukan ,intinya dia udah gua anggap adik gua sendiri karena dia itu orang nya asik, baik, pinter banget, dan lu pada tau dia rajinn banget" Al dengan semangat menjelaskan mengenai karyawan kepada teman temannya

Seluruh teman Al sangat tertarik ketika mendengar Al menceritakan tentang karyawan nya itu

"Kenalin sabi lah " goda bima

"Iya ih gue jadi penasaran " sambung Naura

"Okeh gimana besok lu pada ke cafe guee" ajak Al kepada teman temannya, semuanya mengangguk semangat

..........

Kini Gibran tengah bersantai bermain gitar nya di balkon kamarnya, sunyi itu yang selalu ia rasakan, rasa kesepian dan sakit hati yang harus selalu ia terima dari keluarga nya

Setiap petikan gitar tersirat rasa sakit yang ingin ia sampaikan kepada orang orang namun ia tak bisa
Karena merasa sudah bosan Gibran memilih masuk kembali kekamarnya ia menidurkan badan nya diatas kasur tempat baginya agar ia dapat ketenangan walau untuk sesaat

........

Pukul sudah menunjukkan pukul 17.00 wib Gibran merasa haus ia memutuskan untuk pergi menuju dapur mengambil air

"Bang Rasya" panggil Gibran ketika melihat Rasya yang sedang berada didapur, Gibran kaget tak biasanya abangnya ke dapur biasanya ia akan meminta tolong kepada bibi

"Hmm" sahut Rasya dingin, "tumben bang Rasya kedapur" tanya Gibran. Rasya melihat Gibran malas, Gibran yang ditatap begitu sedikit sedih

"Suka suka guee " sahut Rasya lalu pergi meninggalkan Gibran. Ketika Rasya hendak melangkah pada anak tangga langkah nya terhenti ketika mendengar kata kata dari Gibran

"Gibran seneng banget Rasya mau ngobrol dengan Gibran" ucap Gibran dengan senyuman

Rasya tentu merasa aneh perasaan ia hanya menjawab pertanyaan Gibran singkat tapi kenapa Gibran bisa sangat senang. Sebentar ia baru sadar bahwa selama ini ia tidak pernah mengobrol atau bahkan mengatakan tiga kata tadi pada adiknya itu

Tanpa menoleh Rasya segera pergi menuju kamarnya, meninggal kan Gibran yang masih menatap punggung nya yang semakin jauhh

"Suatu saat pasti bang Rakha nganggap guee ada" ucap gibrann

.........

Gibran yang sudah terikat janji dengan Indro pun segera berangkat kerumah Indro, sebenarnya Gibran ingin pamit dan meminta izin kepada Rasya namun sepertinya itu tidak perlu toh selama ini keberadaan nya tidak pernah dianggap

Kini ia sudah sampai didepan pintu rumah Indro, tak lupa sambutan hangat dari Indro dan bunda Indro kepada Gibran.

"Sudah lama Gibran gak kesini" ucap bunda Indro menyambut Gibran

"Hehe maaf Bun sibuk banget soalnya" jawab Gibran

"Udah yuk gib masuk lu pasti capek banget kan" ajak Indro mengajak Gibran menuju kamar Gibran

Di rumah Indro Gibran sudah dianggap seperti keluarga sendiri bahkan Gibran juga disediakan kamar pribadi di sini

"Lo berapa hari disini " tanya Indro yang duduk di ranjang nya Gibran

"Cuman semalam deh bang" sahut Gibran sambil bermain hp

" Kenapa " tanya Indro

"Gua kan harus kerja bang"

" Lu gua udah minta izinin Gibran" tekan Indro

"Gak ah bang guee mau kerja aja " tegas Gibran

"Gibran lu masih anak sekolah gue gak suka lu kerja masalah biaya biar keluarga gue yang nanggung gib" ucap Indro

"Bang guee gak mungkin ngerepotin elo teruss, Lo hargai keputusan gua ya" pinta Gibran

Pliss kalau udah gini Indro tidak bisa menahan diri ia juga tak tega jika menolak permintaan dari Gibran

.........

Kini Rasya tengah berada di ruang tamu, ia tengah fokus memainkan benda pipihnya itu

Setelah puas memainkan benda pipihnya itu, atensi nya teralihkan pada sebuah kamar yang kini ia lewati

"Kemana dia" tanya Rasya yang masih melihat kamar itu. Tanpa berpikir lagi ia memutuskan untuk kembali kekamarnya

..........

Pagi hari dirumah Indro, tiga orang berada di ruang makan yang sudah tertera banyak makanan

"Wihh enak nih" goda Gibran

"Iya pasti kan bunda yang masak" Indro ikut menggoda

"Wahh bang inimah wajib dihabiskan gak sih" ucap Gibran semangat

"Wajiblah" jawab Indro tak kalah semangat

Keduanya memakan masakan bunda Indro dengan sangat lahap, bunda yang melihat itu hanya tersenyum bahagia ia sangatlah Senang ketika melihat anak anak yang didepan saat ini bahagia seperti ini

"Gibran kata Indro kamu pulang sekarang ya" tanya bunda

"Iya bund soal nya kan aku harus kerja" jawab Gibran

"Yaudah tapi ingat ya jaga pola makan dan kesehatan" ucap bunda dengan tulu

"Siap bunn Pasti itumah" jawab Gibran memberikan hormat

Indro hanya menyimak pembicaraan dua orang yang berharga dihidupnya. Ia sebenarnya masih tidak rela Gibran harus bekerja tapi dia bisa apa Gibran itu orang nya keras kepala

"Kalau gitu Gibran pamit ya Bun, bang...."

percaya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang