bab 33

457 37 4
                                    

Sesuai jadwal kini Gibran sedang melakukan pengobatan mengenai penyakitnya

Dihadapan gibran sudah ada dokter Kamal yang memegang surat hasil pemeriksaan nya hari ini. Dokter Kamal memegang keningnya melihat Gibran entah kesal entah sedih

Gibran yang dilihat aneh begitu gugup "ada...apa om dok" tanya Gibran hati hati

"Huh.." nafas kasar dokter Kamal, kemudian menyerah kan surat itu pada Gibran

"Berapa kali saya bilang Gibran jangan terlalu kelelahan" ucap dokter Kamal tegas

"Sekarang liat kanker kamu udah di stadium 4" ucap frustasi dokter Kamal

"Maaf" kata itu terlontarkan dari mulut Gibran ia benar benar merasa bersalah karena bagaimana pun dokter Kamal adalah salah satu orang yang berusaha untuk penyembuhan nya

"Kamu mau ya melakukan kemo" ajak dokter Kamal

Gibran menggeleng. "Kenapa gib ini semua demi kebaikan kamu" ucap dokter Kamal

"Buat apa dok" ucap Gibran sedikit teriak, dokter Kamal terdiam mendengar Gibran menaikkan nada bicaranya ini pertama kali ia mendengar nya

"Untuk apa aku kemo dok, toh gak akan sembuh" ucap Gibran frustasi

"Lagian kemo itu sakit dok, sakit aku gak kuat ngelewatinya sendiri gak kuat dok" ucap Gibran mulai berkaca kaca

Dokter Kamal melihat Gibran dengan mata berkaca kaca membiarkan Gibran untuk mengutarakan isi hatinya yang selama ini ia pendam

"Dokter liat gak ada yang peduli dengan saya gak ada om, papa, bahkan sahabat saya menginginkan kematian saya"

"Jadi untuk apa saya hidup dok untuk apa" Gibran memegang kepalanya

"Mama saya pergi gak tau kapan pulang, papa gak nganggap saya dan Abang saya baru sebentar ini nganggap saya dok" jelasnya lagi dengan suara yang mulai bergetar

Dokter Kamal mendengar kisah Gibran ikut sedih ia tak tau penderitaan pasien nya seberat ini

"Saya harus sekolah dok..." Rintih nya

"Saya haruss kerja buat kehidupan saya dok" ucap Gibran semakin bergetar

"Penyakit ini tiba dibadan saya dan menambah penderitaan saya"

"Apa saya harus bertahan atau mati dok jawab" ucap Gibran yang tak dapat ditahan airmata nya jatuh tangisnya pecah

"Maaf dok saya permisi" ucap Gibran pamit

Dokter Kamal ikut sedih mendengar kisah Gibran yang keluar dari mulut pasien nya itu sendiri, selama ini ia mengenal Gibran yang ceria dan periang namun ternyata banyak kesedihan yang anak itu pendam

"Kamu harus bertahan gib setidaknya untuk om dok"


............

Kanza melihat bangku Gibran yang kosong "Lo kemana gib" monolog nya dalam hati

"Gua harap Lo baik baik aja" monolog nya dalam hati

Leo melihat bangku Gibran yang kosong menatap nya datar "Lo gak datang sekarang jangan kira Lo aman" ucap Leo

"Besok Lo akan kehilangan semua teman teman Lo Gibran" ucap Leo sinis

..........

Gibran berada dikamarnya memeluk lututnya mengingat betapa menyedihkan nya hidupnya "apa hidup gua gak lama lagi ya" monolog nya

Ia menatap cermin yang memantulkan bayangan nya dari samping "apa gua bakal dapat kasih sayang papa dan Abang sebelum gua mati" monolog nya

"Apa gua harus percaya pada takdir yang baik"

"Apa takdir baik enggan menghampiri gua" monolog nya

"Jika takdir emang tidak berpihak pada gua untuk apa gua hidup"

"Mending gua mati" ucapnya

..........

Gani melihat istrinya yang sedang bermenung diruang tamu, ia menghampiri istrinya

"Ada apa hmm" ucap nya lembut

"Gak ada mas" jawab Rina

"Pasti masalah anak anak kamu kan"

Rina mengangguk "Rasya benci dengan aku mas"

"Gak papa pelan pelan aja ya" bujuk Gani pada Rina, Rina membalasnya dengan senyuman

"Sedangkan Gibran...." Rina menggigit bibir bawahnya "Gibran kenapa" tanya Gani

"Dia menyesal dengan kelahiran nya sendiri mas" pecah tangis seorang ibu malam itu, Gani sedikit terkejut mendengar ia segera memeluk istrinya itu

Gio yang melihat itu marah mukanya memerah dan tangan nya mengepal
"Gara gara Lo mama nangis gib" ucapnya geram

"Siap siap gua akan buat Lo menderita "













Bersambung

percaya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang