bab 32

250 21 10
                                    



Gibran kesal karena Al melarangnya untuk bekerja hari ini, ia bingung harus ngapain sekarang karena biasanya ia akan kerja pulang sekolah ia akan mengambil cuti jika harus kerumah sakit

"Sumpah guaa bosan..."keluh Gibran dikamarnya

"Apa gua keluar aja ya bosan kalau dirumah terus" ucap Gibran

Gibran turun kebawah, Riko yang melihat Gibran turun dari tangga sedikit kaget biasanya putranya itu tidak akan ada dirumah

"Kemana kamu" tanya Riko walau tidak seketus dulu masih ada nada dingin nya

Gibran yang merasa terpanggil "mau keluar pah" ucap Gibran jujur

"Anak jaman sekarang tau nya keluyuran terus" sindir Riko

"Gibran gak keluyuran pah" ucap Gibran

"Alah kamu aja sering pulang malam"

"Ya itu ada alasan nya pa" bela diri Gibran

"Apa main, nongkrong gak jelas" sindir Riko

"Gak pah Gibran ada alasannya" bela dirinya lagi ia tak terima papanya mengatakan yang tidak tidak tentangnya

"Ya apa alasan anak remaja pulang malam selain keluyuran"

"Papa gak perlu tau" ucap Gibran dengan nada pelan

"Apa kamu bilang saya gak perlu tau heh gak tau diri banget kamu" ucap Riko

"Selama ini papa juga gak peduli dengan apa yang aku lakukan, lalu kenapa sekarang papa peduli"

Riko terdiam mendengar ucapan putranya "lebih baik papa tetap seperti dulu aja" ucap Gibran penuh penekanan

"Karena aku sudah tidak percaya papa akan perhatian dengan aku" ucap Gibran pergi

Riko yang ditinggal mendadak lemah, kata kata yang selama ini tidak pernah Gibran ucapkan ke dia begitu sakit ia terima, ia tak bisa marah karena itu memang lah yang sebenarnya

"Maaf, maaf "

..........

"Huh bosan bengat ya gak ada kerjaan gini" ucap Gibran "itu para pengangguran gak bosan apa dirumah Mulu" sindir Gibran mengingat Indonesia memang banyak yang pengangguran

Gibran melihat seorang wanita yang duduk di kursi taman sendirian, ia menghampiri wanita itu

"Permisi buk" ucap Gibran menghampiri nya

Wanita itu terkejut melihat sosok remaja lelaki dihadapan nya "loh ibuk yang kemarin di haltekan ibuk Rina" ucap Gibran mengingat kembali wanita itu

Rina mengangguk bahagia ia senang didepan nya adalah putra nya yang ia cari

"Ibuk ngapain disini sendirian" tanya Gibran

"Ibuk cuman bosan dirumah" ucap Rina jujur

Gibran mengangguk paham, Gibran melihat penjual es krim "sebentar ya buk" ucap Gibran lalu pergi

Rina melihat Gibran dari kejauhan. Gibran membawa dua es krim itu kehadapan Rina

"Ini untuk ibuk" Gibran memberikan es krim rasa vanila kepada Rina

"Loh kok kamu tau kesukaan ibuk" ucap Rina menerima es krim pemberian Gibran

"Lah ibuk suka vanila sama dong aku juga suka, aku beli itu karena aku suka" ucap Gibran jujur

"Wahh selerah kita sama ya buk" ucap Gibran lagi

Rina senang mengetahui rasa es krim favorit putra bungsu nya ini

"Oh ya lalu apa lagi yang kamu suka" tanya Rina sungguh ia ingin tau apa yang Gibran suka

"Hmm aku suka semuanya, suka vanila, suka bermain, suka berolahraga, lumayan suka pelajaran tapi aku kurang suka stroberi" ucap Gibran

"Kesukaan kita banyak yang sama ya nak" batin Rina. Rina tersenyum melihat Gibran menceritakan semuanya pada nya

"Ntah kenapa gua nyaman banget ceritakan hal favorit gua ke ibuk ini"batin Gibran melihat Rina

"Lalu yang kamu gak suka" tanya Rina

Senyuman Gibran luntur ia bingung akan menjawab apa, Rina yang melihat perubahan raut wajah Gibran merasa bersalah"kalau gak mau cerita gak papa kok" ucap Rina gugup

"Kelahiran ku" ucap Gibran

Rina yang gelagapan tadi terdiam ia kaget mendengar putranya tidak suka dengan kelahiran nya sendiri

"Kelahiran gibran adalah petaka bagi orang terdekat Gibran" jelas Gibran

"Karena kelahiran Gibran, bang Rasya dan papa kehilangan sosok mama dan istrinya"

"Mama pergi ninggalin papa setelah aku lahir" ucap Gibran yang mulai menahan tangisnya

"Bahkan sampai sekarang mama tidak pernah pulang" ucap Gibran

Rina terdiam membeku ia sedih kesal marah pada dirinya sendiri saat ini karena keegoisan nya putra nya sendiri tidak suka dengan kelahiran nya

Ketika semua remaja sangat senang akan kelahiran nya tapi tidak untuk putranya

"Maaf ya buk Gibran duluan takut kemalaman" jujur Gibran lalu pergi

"Mama salah nak"


percaya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang