bab 17

389 26 2
                                    


Dokter keluar dari ruangan Gibran membuat semua nya berkumpul

"Gimana dok keadaan adik saya" serentak ucap Rasya Al dan juga Indro

Membuat Naura bima, kanza dan Kenzo sedikit kaget dengan kekompakan mereka bertiga

"Ooo kalian Abang nya ya, begini adik kalian sudah tidak apa apa untung saja asap yang dihirup nya tidak terlalu banyak jadi kondisi nya sudah membaik, dia juga sudah sadar kalian sudah bisa menjenguk nya" ucap dokter dan pergi

Bergegas mereka semua masuk kedalam, yang mereka lihat pertama adalah Gibran yang sudah terduduk di brankar nya.

"Gib Lo buat gua khawatir aja deh" ucap kanza

"Hehehehe sori" suara Gibran yang lemah dan serak itu membuat mereka yang melihat nya sedih

"Sekarang keadaan Lo gimana" tanya Indro

"Alhamdulillah baik" ucap Gibran

TAK...

Kenzo dan Al menyentil kening Gibran   " iih kenapa disentil sih" keluar Gibran

"Udah gua bilang hati hati " ucap Al kesal

"Tau kan gini jadinya " ucap Kenzo tak kalah kesal

"Kalian berdua.." teriak Naura dan menjewar telinga Kenzo dan Al bersamaan

"Aaaa sakit nau sakittt.." teriak kenzo

"Ihhh nau copot telinga guaaa" teriak Al tak kalah heboh

"Udah tau Gibran lagi sakit bisa bisanya kalian sentil diaa" ucap Naura geram dengan kedua manusia biadab didepan nya ini

"Ya maap namanya aja gemes " ucap Al memegang telinganya

"Tauu" ucap Kenzo yang masih mengusap telinga nya yang di jewer tadi

"Bang bima ternyata kak nau kalau marah serem ya" bisik kanza

"Iyaa dia bisa lebih serem lagi " ucap bima dengan bisik

"Kamu beneran gak papa gib" tanya Rasya dengan lembut pada adiknya

Gibran yang dapat perhatian dari Rasya sedikit menghangatkan dan mengangguk pelan mengisyaratkan kalau dia sudah baik baik saja

"Eh gib tapi kenapa Lo bisa digudang" tanya bima

Pertanyaan bima membuat mereka semua langsung melihat kepada Gibran. Gibran yang ditatap oleh semua orang sedikit merasa gugup

"Gak tau bang tadi ada kertas yang nyuruh gua kegudang" jelas Gibran

"Surat " ucap Naura merasa aneh

"Jangan jangan ini jebakan lagi" ucap Al yang tidak meleset sama sekali

"Kalau iy berati Gibran dalam bahaya dong" jelas kanza

"Wahh berati Gibran harus kita jaga ekstra nih " jelas bima

"Setuju sih" lanjut Naura

"Apa sih gak usah bang mungkin itu orang iseng dan kebetulan juga gudang kebakar" upaya Gibran agar semuanya tidak memperpanjang kasus ini

"Gak mungkin kebetulan gib ini pasti ada yang sengaja " ucap Rasya

"Guee juga sependapat dengan Rasya" jelas Indro

"Bang udah ya gak usah diperpanjang plisss" pinta Gibran

Yang lain hanya diam mendengar permintaan Gibran mereka aneh melihat Gibran biasa biasa saja padahal mereka sudah sangat khawatir dengan Gibran

...........

Kini gibran sudah berada di kamarnya sore tadi dia memang sudah diperbolehkan pulang

'apa bener ada yang mau nyelakai gua' batin Gibran. Jujur ia masih kepikiran masalah gudang tadi

TING

Bunyi notif di hp Gibran, Gibran melihat ada nomor tak dikenal yang ngechat dia

'kenapa Lo gak mati aja ya tadi' ketik gio

'lo siapa sih'' Gibran

'gio ingat kan' gio

'oo iya kenapa Lo selamat sih mati aja Napa tadi' gio

'bukan urusan Lo' Gibran

'itu baru awal, lihat saja game berikutnya gibran' gio

Gibran melihat isi chat terakhir itu ia bener bener tidak mengerti apa maksud gio melakukan itu, ia bahkan tidak mengenal nya tapi kenapa gio membencinya

"Apa salah gua" tanya Gibran pada diri nya sendiri

Tok tok tok

"Ini gua Rasya" teriak Rasya di sebalik pintu

"Iya bang masuk aja" ucap Gibran

Rasya masuk dan duduk disisi lain ranjang Gibran

"Gib Lo udah sehat kan gua khawatir banget sama lo" ucap Rasya dengan nada khawatir

"Udah gak papa bang, makasih ya udah nolongin Gibran" ucap Gibran tak kalah tulus

"Udah tugas gua gib buat ngelindungi elo"  ucap Rasya

"Gib" penggil Rasya

Gibran yang merasa terpanggil pun melihat Rasya "apa " jawab Gibran

"Gua mimpi Lo ninggalin gua dengan bokap,, Lo gak bakal pergi kan" ucap Rasya dengan nada lemah

Gibran yang mendengar itu sedikit kaget namun apa ini akan menjadi takdirnya sesuai dengan mimpi Rasya apa dia akan mati mengingat ia juga punya penyakit kanker

"Gibran kok bengong sih" ucap Rasya

"Hhh gak mungkin lah bang emang gua mau pergi kemana " ucap Gibran

"Lo janji" ucap rasya

" Bang yang hidup pasti akan merasakan mati" ucap Gibran

"Gua minta Lo janji bukan bahas itu" kesel Rasya

Gibran melihat Rasya ia takut kalau ia akan mengingkari janji nya

"Gibbbb....jawab" tanya Gibran buru buru

"Iyaa gibran janji Abang puas" ucap Gibran menunjukkan senyumannya

Rasya sangat senang dan sontak memeluk adik nya itu, Gibran yang dipeluk merasakan kehangatan seorang Abang yang selama ini ia rindukan

"Semoga gua bisa bertahan dan merasakan kehangatan ini lebih lama"








............

Bersambung

percaya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang