Gibran keluar dari ruang rawatnya, ia memang harus dirawat agar memastikan kondisi tubuhnya siap untuk operasi besok pagi, ia ditemani NauraSebelum keluar Gibran melihat Naura yang tertidur disamping brankarnya
"Calon kakak ipar gua perhatian banget ya" batin Gibran yang terkekeh geli, ia sungguh melihat Naura dan Rasya yang saling mencintai cuman masih gengsi untuk mengungkapkan nyaIa keluar melihat sekeliling rumah sakit yang tidak ramai ia berkeliling disekitar rumah sakit itu
"Gibran" nama Gibran dipanggil saat melewati satu ruangan
Ia melihat Rina yang sudah berada dihadapan nya saat ini "ada apa ya buk" ucap Gibran
"Gimana kamu sudah siap mendonorkan ginjal kamu besok" tanya Rina cuek
"Lebih dari siap" ucap Gibran
"Bagus" balas Rina cuek
"Oiya buk, ada yang ingin Gibran bilang kepada ibuk Rina" ucap gibrann masih terkesan formal
"Makasih udah ngelahirin Gibran, walau Gibran dilahirkan hanya untuk menderita" ucap Gibran lalu pergi
Rina yang mendengar ucapan itu dari anak nya merasa sedih "maafkan mama ya nak, mama gini supaya kamu berubah jadi anak yang lebih baik lagi" monolognya.
"Cara kamu salah sayang" ucap gani yang baru datang
"Maksud kamu mas"
"Kamu tidak pernah bertemu dengan nya dan dengan gampang nya kamu mengatakan kata kecewa dihadapan nya tadi sore" ucap gani yang masih kecewa dengan Rina
"Mas maksud aku supaya dia gak ngelakuin itu lagi mas, masa anak ku maling barang anak mu mas" ucap Rina
"Kamu percaya putra kamu maling" tanya Gani
"Semua bukti ada mas"
"Kamu tau fitnah" ucap gani membuat Rina terdiam
"Aku kecewa dengan kamu Rina" ucap gani
"Bahkan kamu belum tau masa lalu putra mu" ucap gani, "dan dengan santai nya kamu memaki nya tadi" sambung ucap gani penuh kekecewaan
"Lalu bukan pelukan melainkan tamparan yang kamu berikan pada nya tadi" ucap gani menyadarkan Rina dari kesalahannya sore tadi
"Mas aku terbawa emosi" ucap Rina yang mulai sadar
"Harusnya yang kecewa putra aku bukan aku" ucap Rina mulai menyesal
"Bentar mas aku jelasin kedia dulu ya"
"Besok aja sekarang tanggung, biarkan dia istirahat pasti dia lelah hari ini" ucap gani yang tau kalau Gibran tak ingin diganggu malam ini
........
"Besok penentuan gua hidup atau mati, apapun hasil nya gua ikhlas" ucap Gibran lihat langit malam ditaman rumah sakit
"Bang Indro...bang Al... Kanza apa kalian masih marah dengan gua, apa gua bakal pergi ketika kalian masih marah dengan gua" ucap Gibran sendiri
"Bang bima.... Kenapa ikut menjauh dari Gibran bang" tanya Gibran sendiri
"Bang Kenzo juga kapan pulang bang, gak lucu tau kalau gua pergi Lo gak tau" ucap Gibran terkekeh
Gibran sungguh merasa bimbang malam ini "apapun takdirnya Gibran percaya itu yang terbaik" ucap Gibran memejamkan matanya
"Dan yang terbaik Lo harus bertahan" suara bima membuat Gibran membuka matanya
"Bang bima kok bisa" ucap Gibran terpotong
"Gua dengar waktu Naura ngomong" jelas bima
"Ngeliat Lo gini gua yakin Naura gagal ngebujuk Lo kan" tebak bima yang tak meleset
"Bang bima kalau nebak benar terus" ucap Gibran
"Makasih ya bang, udah lama aku gak lihat bang bima" ucap Gibran jujur
"Gua ada urusan makanya gua gak muncul dihadapan lo, kangen kan Lo sama gua" ucap bima
Gibran tertawa geli melihat bima yang pede " Lo bertahan ya gib" ucap bima, membuat Gibran yang tertawa terdiam kembali
"Gib gua bakal ngizinin Lo donorkan ginjal pada Rasya, tapi Lo harus bertahan" ucap bima lagi
"Gua usahakan dulu ya bang, untuk takdir kita percaya kan pada yang diatas" ucap Gibran
Bima hanya tersenyum mendengar Gibran "Lo ngapain diluar malam malam gini" ucap bima yang sadar
"Lah Abang juga ngapain malam malam ke rumah sakit" tanya Gibran
"Ya jenguk Rasya, dan Lo lah" jujur bima
"Entah kenapa gua ngerasa bakal nyesal kalau tidak datang sekarang gib" batin bima melihat Gibran
Bersambung