40

9.3K 841 454
                                    

Salsa terus memuntahkan isi perutnya sedari tadi, pagi ini mual muntah yang salsa rasakan lebih parah dari mual sebelumnya.

Salsa bahkan sampai menangis di kamar mandi sekarang ini, matanya merah dan air mata yang menggenang di pelupuk mata akhirnya tumpah membasahi pipi.

Lian juga menjadi sangat khawatir sekali dengan keadaan salsa, sudah satu minggu ini ia WFH. Niat hatinya ingin kembali masuk kantor hari ini, tapi saat melihat kondisi salsa saat ini, sepertinya lebih baik lian bekerja dirumah saja.

Tok tok tok

"Sayang buka pintunya"

"Sa? kamu baik-baik aja kan?" tanya lian panik dari luar kamar mandi.

"Sa, buka dulu pintunya sayang"

"Sayang ngomong, jawab mas sayang"

Tapi semua pertanyaan dan ketukan pintu ini terus di abaikan oleh salsa.

Salsa masih saja menangis merasakan gejolak dalam perutnya, ia tidak suka dengan rasa ini, tapi ia juga tidak tau bagaimana cara untuk menghentikannya.

"Kamu bisa gak, jangan buat aku muntah terus hiks hiks" ucap salsa pada perutnya sambil menangis.

Lian sudah kepalang panik dengan salsa yang tidak menyahut dan membalas ucapan nya di balik pintu, membuat lian memaksa masuk ke kamar mandi ini dengan bantuan kunci serep yang ada.

Saat lian membuka pintu, ia melihat salsa yang sudah terduduk lemas di lantai sambil bersandarkan dinding kamar mandi yang dingin.

"Astagfirullah salsa!"

Dengan cepat lian langsung menghampiri salsa, memegang kedua pipi salsa dengan kedua tangan nya.

"Sa?"

"Mual mas hiks, pusing" jawab salsa lemas bercampur dengan tangisnya.

Lian langsung menggendong tubuh salsa menuju kasur, saat sudah di kasur dengan perlahan lian ingin membaringkan tubuh salsa. Tapi saat dia taruh, salsa malah enggan melepaskan dirinya pada tubuh lian.

"Jangan pergi" pinta salsa ke lian.

Lian mengernyit heran, mengapa tiba-tiba salsa jadi meminta ini ke dirinya?. Padahal semingguan ini salsa selalu cuek dan terus mengabaikan apapun tentang lian. Apa karena kehamilan ini juga yang menjadi penyebabnya? Entahlah lian juga tidak mengerti.

"Sebentar sa, mas suruh bibi buatin minuman yang hangat buat kamu. Biar lebih enakan perutnya" ucapnya lembut sembari melepaskan tangan salsa yang melingkar di lehernya.

Salsa pun melepaskan tangannya dari tubuh lian, ia kesal dengan lian yang tidak mau untuk memeluknya dan menemaninya saja dikamar.

"Mas lian emang jahat!" kesal salsa.

Tanpa perduli dengan apa yang salsa ucapkan, lian melangkah turun ke bawah mencari bi ratih untuk menyuruhnya membuat minuman hangat untuk salsa. Lian juga membawa segelas air putih dan obat pereda mual yang sudah dokter maya resep kan, usia kehamilan salsa memang sudah masuk ke minggu ke 9, dan yang dikatakan oleh dokter maya benar adanya, mual nya akan lebih parah saat di minggu-minggu ke 9 ini.

Lian kembali datang ke kamar dengan membawa diffuser aromatherapy di tangan kirinya dan segelas air putih juga obat di tangan kanannya. Disusul lagi dengan bi ratih yang mengikutinya dari belakang membawa nampan yang berisikan segelas teh jahe yang telah ia buat untuk salsa.

Bi ratih menaruh minuman yang ia buat di atas nakas samping tempat tidur salsa, kemudian ia langsung kembali pergi ke dapur.

"Trimaksih ya bi"

Sorry For Your GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang