Salsa kembali terbangun dari tidurnya, tidurnya terganggu akibat ingin buang air kecil sekarang. Akhir-akhir ini memang ia sering buang air terus, pasti karena hamil muda ini yang menjadi penyebabnya.
Perutnya terasa berat, salsa melihat ke arah perutnya. Ternyata ada tangan lian yang berada tepat di atas perutnya, dengan posisinya yang duduk, lian menidurkan kepalanya dengan berbantalan satu tangan kirinya dan tangan kanannya ia taruh di atas perut salsa.
Salsa tau posisi tidur ini tidaklah nyaman, jika bangun pasti badan akan terasa sakit karena posisi tidur yang salah. Tangan kanan salsa mengelus lembut surai milik lian, dapat salsa lihat wajah lian tampak begitu kelelahan.
"Mas lian kayanya capek banget" batinnya.
Perlahan salsa melepaskan tangan besar lian ini dari atas perutnya, ia tidak mau mengganggu lian yang sedang tertidur. Tapi niat itu sirna, baru salsa menyentuh tangan lian, sang empu langsung terbangun bahkan lelaki itu langsung berdiri dari posisi duduknya, lian juga langsung kembali menutupi perut salsa seolah melindungi perut ini dari pukulan lagi. Salsa yang melihat itu pasti paham dengan lian, pasti lian takut jika salsa akan menyakiti anak mereka lagi.
"Kenapa sa? Mau apa? Ada apa? Perutnya sakit lagi? Kram lagi? Apa yang dirasa? Mas bayi nya nakal? Please jangan dipukul lagi ya" cecar lian terlihat panik.
Bisa salsa lihat wajah kepanikan dari suaminya ini, salsa benar-benar merasa bersalah karena telah ada niatan untuk membunuh anak nya sendiri. Terlihat sekali jika lian sangat menyayangi anak mereka, lian tampak begitu protektif dan sangat berusaha untuk melindungi anak yang selalu ia panggil mas bayi.
"Salsa mau pipis" jawab salsa pelan.
Lian membuang nafasnya lega, sepertinya memang lian yang terlalu banyak memikirkan hal buruk tentang salsa dan mas bayi. Takut jika salsa melukai janinnya sendiri dan takut jika mas bayi nya ini akan pergi.
Dengan cepatnya lian melepaskan air infusan di tiangnya, menyibakkan selimut yang salsa kenakan, lalu menaruhnya di atas paha salsa, kemudian lian langsung menggendong tubuh salsa menuju kamar mandi.
"Turunin! Salsa bisa sendiri mas!!"
"Sssttt, kamu belum boleh jalan sa,,," mendengar ini salsa hanya bisa pasrah.
Lian mendudukkan salsa di kloset, kembali mengambil air infusan tadi untuk ia pegang, solah kini lian lah yang menjadi tiang infus itu.
"Udah, gih pipis" ucap lian.
Mendengar ini salsa langsung menatap lian, bisa-bisanya ia menyuruh salsa buang air tapi dia masih berada tepat di hadapan salsa.
"Mas,,, salsa mau pipis" ucap salsa penuh dengan penekanan.
"Iya sayang pipis aja" balas lian santai.
"Ya mas lian keluar jangan disini!"
"Kenapa? Aku mau bantu kamu, ini sambil aku bantu pegangin air infus nya"
"Salsa mau pipis masa dilihatin sih, salsa malu. Sana mas,,, salsa bisa sendiri!" ucap salsa sambil ingin meraih air infus yang ada di tangan lian.
Dengan cepatnya lian malah meninggikan air infus ini di tangannya agar salsa tidak dapat menjangkaunya.
"Aku suami mu saa, gakpapa. Aku juga udah pernah lihat semuanya, di IGD tadi aku juga udah liat, sekarang ngapain mesti malu?"
"Ck ihhhh,,,"
"Udah pipis, jangan ditahan gak baik"
Salsa akhirnya mengalah, percuma juga akan berdebat sama orang yang keras seperti lian. Salsa pun mulai melorotkan celananya sendiri dengan satu tangannya yang tidak di infus, salsa merasa kesulitan melakukan ini karena hanya menggunakan satu tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry For Your Grudge
Художественная прозаTerpaksa menikah untuk menebus semua kesalahan dimasa lalu yang bahkan dia sendiri pun tidak tahu apa yang terjadi. Ia hanya sebagai korban dari semua ini, dinikahi dengan laki laki yang hidup nya sangat dingin, penuh dendam dan tidak percaya cinta...