41

9.2K 813 293
                                    

Dari dulu, lian selalu diselimuti dengan dinginnya angin malam, tak heran mengapa lian bisa kebal sekali dengan rasa yang dingin, karena ia sudah bersahabat lama dengan rasa ini sejak kepergian ayahnya beberapa tahun lalu.

Malam yang dingin akan selalu menjadi teman untuk lian sampai ia menikah dengan salsa beberapa bulan lalu. Sudah lama lian tidak memandang langit malam lagi, tapi malam ini kembali lagi ia lakukan. Ia memandang langit seolah sedang melihat ayah dan adiknya yang berada jauh di atas langit sana.

"Abang, cala kangen sama ayah" ucap syarla menatap lian sambil bermain boneka ditangannya.

Lian tersenyum tipis, dengan mata yang juga ikut tersenyum menandakan ada kesedihan di balik mata yang hanya terlihat segaris itu.

"Abang juga kangen sama ayah, tapi kan ayah udah tenang di sana." jawab lian.

"Cala mau di peluk sama ayah bang. Kemarin teman cala berangkat sekolah di anterin sama papah nya, terus sebelum masuk kelas dia di hug dulu sama papah nya" ucap syarla dengan raut sedihnya.

Tangan lian bergerak mengelus lembut kepala adiknya, menatap adiknya dengan tatapan yang selalu terlihat lembut kepada orang yang ia sayangi.

"Di peluk sama abang aja mau gak?" ucapnya dengan senyum yang selalu ia perlihatkan.

"Ya udah deh, peluk abang aja. Mari kita berpelukan" ucap syarla dengan binar mata yang sudah menyorot kebahagiaan.

Lian sigap menerima tubuh adiknya yang menghambur pelukan di badannya, dengan sayang lian memberikan pelukan hangat ini dari dinginnya angin malam yang menerpa.

"Di peluk abang aja gak papa ya?" ucap lian pelan.

"Gak papa dong, makasih ya bang. Cala sayang sama abang" ucap syarla pelan.

"Abang juga sayang sama cala"

Lian mengingat memorinya saat bersama syarla kala itu. Di rumah kontrakan kecil yang begitu dingin karena angin malam, adiknya mengeluh ingin dipeluk ayahnya karena rindu. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan, hanya pelukan hangat yang bisa ia berikan untuk adiknya syarla.

Dan hari ini, dimalam yang dingin ini, mungkin syarla sudah merasakan pelukan hangat itu dari ayahnya, bukan lewat perantara dirinya lagi. Lian hanya berharap semoga angin malam ini bisa mengantarkan rindunya untuk ayah dan adiknya yang jauh diatas sana.

"Bahagia disana ya dek" gumamnya pelan.

Salsa sedari tadi terus memperhatikan suaminya yang berada di balkon kamar. Selepas selesai pengajian tadi lian lebih dulu menemani yati untuk istirahat di kamar bawah, barulah ia naik ke kamarnya sendiri. Pikir salsa lian akan segera tidur dan istirahat, tapi ternyata tidak.

Suaminya itu malah menatap ke langit malam yang banyak sekali dipenuhi bintang-bintang. Dari semalam bahkan sampai saat ini sama sekali salsa tidak melihat air mata di mata suaminya, salsa benar-benar tidak habis pikir dengan ketangguhan suaminya ini dalam menutupi kesedihan.

Salsa mendekat ke arah lian tanpa di sadari oleh sang empu, karena sang empu masih saja fokus dengan lamunannya. Salsa memandangi punggung suaminya, punggung yang pasti banyak sekali beban yang ia bawa selama ini, salsa dapat merasakan bagaimana beratnya beban itu jika harus dibawa sendirian.

Tangan salsa terangkat, dengan perlahan ia menyentuh punggung lian dan mengelusnya lembut.

Tangan ini berhasil membuat lian tersadar dari lamunannya, tapi lian hanya diam dan hanya ingin menikmati tangan yang dulu selalu memijatnya saat lelah, tapi sekarang tangan ini tidak pernah lagi menyentuhnya, bahkan sekedar meminta salim saja tidak pernah lagi.

Sorry For Your GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang