37

7.9K 636 251
                                    

Sambil berlari lian menggendong tubuh salsa menuju ruang IGD untuk membaringkan tubuh salsa di brangkar rumah sakit.

Sedari di perjalanan tadi salsa terus mengeluhkan perutnya yang terasa sakit. Salsa sendiri juga bingung, apa yang terjadi pada tubuhnya. Mengapa ia bisa merasakan sakit di bagian perutnya.

"Sakitthh..." rintih salsa dalam gendongan lian. Salsa masih setia memegang perutnya dengan satu tangannya, sedangkan satu tangannya ia lingkarkan pada leher lian.

"Tahan sebentar sa" balas lian panik. Tentu lian akan merasakan kepanikan, lian lebih dulu memiliki feeling tentang malaikat kecil di rahim salsa yang mungkin salsa sendiri tidak menyadari itu. Lian terus memohon dalam hatinya agar semua pikiran buruk tentang itu tidak akan terjadi.

"Ayah mohon nak, jangan pergi" batin lian.

Padahal belum jelas benar atau tidaknya anak itu tumbuh di rahim salsa, tapi yang jelas lian berharap ia tumbuh dan tidak akan pergi meninggalkan nya.

Lian membaringkan tubuh salsa di brangkar dalam ruang IGD ini, dengan lemas nya salsa masih merintih kesakitan.

"Hiks sakith..."

"Tahan sayang" ucap lian sambil mengusap lembut dahi salsa yang sudah bercucuran keringat bahkan kata 'sayang' itu kembali ia lontarkan untuk salsa. Disusul juga dengan tangannya mengelus perut salsa lembut. Salsa pun hanya diam menerima perlakuan lian, ia kesampingkan semua rasa marahnya dulu karena rasa sakit diperutnya sudah tidak bisa ia tahan.

Tidak lama dokter dan suster datang dengan sudah membawa alat yang mereka perlukan. Lian enggan meninggalkan salsa di ruangan ini, jelas ia tidak tega dengan salsa dan ia sangat khawatir sekali dengan istrinya.

"Bapak bisa tunggu diluar dulu" ucap salah satu suster ke lian.

"Jangan,,, jangan tinggalin salsa mas, salsa takut" entah sadar atau tidak salsa mengatakan ini barusan, sambil menahan ujung baju lian agar tidak pergi meninggalkannya.

Salsa tidak mau lian pergi dari ruangan ini, karena salsa memang takut jika berada sendiri dalam situasi seperti ini.

"Boleh saya di sini aja dok? Istri saya takut" pinta lian.

"Ya sudah" balas dokter pasrah.

"Sus darahnya" ucap dokter ke suster. 

Suster dengan gerakan cepatnya langsung membersihkan darah yang menetes di kaki salsa, sudah jelas darah itu pasti keluar dari vagina salsa. Dokter juga memberikan obat pereda nyeri lewat cairan infus salsa, lian sedari tadi masih setia menggenggam tangan salsa seolah sedang memberikan kekuatan.

Dokter mulai memasukkan alat ke vagina salsa yang sudah di oleskan gel terlebih dulu. Salsa dapat melihat ini dengan jelas, tentu salsa akan merasakan takut. Benda asing akan masuk kedalam tubuhnya lagi, walau alat ini tidak sebesar milik lian tapi hal ini berhasil membuat salsa trauma karena mengingat malam itu. Salsa bergerak sedikit mundur saat dokter akan memasukkan alat USG endovaginal itu.

"Rileks ya bu, gak sakit kok. tarik nafas yang dalam" ucap dokter itu dengan ramahnya.

Lian sadar dengan ketakutan salsa, pasti karena kejadian buruk itu yang membuat salsa takut, salsa takut jika alat itu akan membuatnya tambah merasakan sakit.

"Saya disini sa, tenang yaa" ucap lian ikut menenangkan sambil mengelus kepala salsa, dan ucapan itu berhasil membuat salsa sedikit lebih tenang.

Dokter berhasil memasukkan alat itu ke dalam milik salsa. Dokter mulai melihat monitor yang ada dihadapannya, terlihat jelas ada yang bergerak pada layar monitor itu. Bulatan kecil sebesar kacang merah, terdengar suara detak jantung tapi sangat pelan sekali.

Sorry For Your GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang