Pagi ini lagi-lagi salsa terlambat untuk bangun, dan lagi-lagi lian sudah berangkat ke kantor tanpa ia siapkan semua kebutuhannya. Dan seperti biasa, malah lian lah yang menyiapkan sarapannya di setiap pagi.
📜
"Sa, mas berangkat ya. Vitamin dan susu hamilnya jangan lupa diminum. Sarapannya kalau bisa dihabisin ya, kalau berasa mual atau pusing dibawa tiduran aja ya sa. Titip salam sama mas bayi, ayah nya kerja dulu"
Dan sticky notes lagi-lagi menjadi perantara lian berbicara dengan salsa untuk mengingatkan nya sarapan dan minum vitamin.
Salsa membuang nafasnya kasar, ia merutuki kebodohannya sendiri. Sudah ia niatkan dari semalam agar ia bisa bangun lebih awal dan bisa menyiapkan semua kebutuhan lian, tapi mengapa saat ia hamil sekarang jadi sulit sekali untuk tubuhnya bangkit dan melakukan aktivitas seperti biasanya saat ia belum hamil.
Salsa menyibakkan selimutnya, menatap perutnya yang selalu membuatnya mual dan pusing setiap hari.
"Heh bayi, kamu kenapa sih selalu bikin aku jadi pemalas kaya sekarang? Bisa gak kerja samanya, kalau sudah buat aku mual jangan buat aku jadi pemalas kayak sekarang. Aku harus ngurus ayah mu, dia masih suamiku. Kamu ngerti gak? Hey bayi, kamu denger kan aku ngomong apa barusan?" ucap salsa pada perutnya sendiri.
"Kamu denger kan ayahmu selalu bilang apa ke kamu? Gak boleh nakal, harus pinter, berarti kamu gak boleh buat aku pemalas ya. Kamu ngerti kan bayi? Kalau kamu besok masih nakal gak akan aku kasih kamu strawbery, biarin gak makan strawbery seharian" lanjutnya yang masih menatap perutnya sendiri.
Salsa kembali membuang nafasnya kasar, ia belum menyadari apa yang ia lakukan barusan. Tanpa sadarnya, salsa mengajak janin yang ada di perut nya berbicara untuk pertama kalinya. Masih dengan nada bicara yang halus, cuma memang seperti ibu yang sedang memarahi anaknya. Seperti inikah ketika bocil memiliki anak?.
***
"Maaf pak lian, sepertinya kerja sama kita dibatalkan saja. Mungkin kita bisa bekerja sama lagi untuk proyek yang lain" ucap klien lian yang bernama heru itu.
"Maaf pak heru, tapi apa bapak yakin ingin membatalkan proyek ini? Proyek ini sudah akan dimulai dan proses untuk dikerjakan" ucap lian menatap heru.
"Harusnya bapak paham kenapa saya tiba-tiba membatalkan kerja sama kita, profesional sangat dibutuhkan disini pak lian. Baru kita akan memulai proyek ini, tapi bapak sudah tidak fokus dengan apa yang sedang kita kerjakan" ucap heru dengan raut wajah yang kesal dengan lian karena sudah pertemuan kedua mereka lian terlihat acuh dan tidak menghargai adanya proyek ini.
"Tapi pak-"
"Saya permisi dulu, selamat siang" ucap heru yang langsung berlalu pergi dari ruangan.
Lian memejamkan matanya, menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Lian sendiri paham, inilah memeng konsekuensi yang harus ia terima. karena dirinya sendiri yang memang belum bisa fokus kembali bekerja membuat pekerjaan nya jadi ikut bermasalah.
Nando memegang pundak lian, memberikan kekuatan untuk sahabatnya.
"Gak papa li, kita coba lagi nanti" ucap nando.
Lian mengangguk paham, lalu ia duduk di kursi dan minum segelas air putih. Berharap dengan ini emosinya akan mereda dan ia bisa mengontrol dirinya lagi untuk tetap terlihat baik-baik saja.
***
Salsa menuruni anak tangga, melangkah menuju dapur menghampiri bi ratih yang ada disana. Rasa malas nya perlahan hilang, mungkin karena ia berbicara dengan anak yang ada di perutnya tadi pagi, mungkin anak itu nurut dengan ucapan salsa. Membuat salsa hari ini ingin kembali memasak untuk makan malam nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry For Your Grudge
Ficção GeralTerpaksa menikah untuk menebus semua kesalahan dimasa lalu yang bahkan dia sendiri pun tidak tahu apa yang terjadi. Ia hanya sebagai korban dari semua ini, dinikahi dengan laki laki yang hidup nya sangat dingin, penuh dendam dan tidak percaya cinta...