"Rels, lo denger gue, kan? Lo denger suara pengecut ini, kan? Rels, please.. bangun, Rels! Gue nggak sanggup ngeliat lo dalam kondisi kayak gini."
- BE MY MISTAKE (The Story of CEGIL)
[Author POV]
Gadis berambut pirang itu berjalan gontai di sepanjang trotoar. Ia menatap langit yang terlihat teduh, seteduh hatinya hari ini. Air matanya turun, tetes demi tetes membasahi wajah cantiknya. Matanya tampak sembab, bibirnya pucat pasi, gadis itu tak mampu berbicara apa-apa lagi. Suasana hatinya sedang buruk, detak jantungnya berdetak tak menentu. Ia masih memikirkan perkataan pria tinggi tadi siang.
Dia mencintaiku selama ini? Dia menyembunyikan perasaannya lebih lama dariku. Tapi, mengapa alasannya sungguh tidak logis ketika aku menanyainya mengapa tidak membalas pernyataan cintaku tiga bulan yang lalu? Menjadikan alasan perjanjian yang kubuat antara aku, Laura dan Mamaku bertahun-tahun lalu. Apa itu logis? Gadis itu mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan. Membuatnya semakin berantakan. Gadis itu tak mengerti harus berbuat apa lagi. Gadis itu tidak tahu harus menghadapi pria tinggi itu dengan cara apa lagi. Gadis itu hanya terus berjalan. Berharap ia segera sampai rumahnya. Ia ingin sekali merebahkan tubuhnya yang sudah semakin tak berdaya itu.
"Rels? Lo nggak apa-apa? Ada apa?" Tanya Laura membuka pintu rumah mendapati adik semata wayangnya dalam keadaan sangat berantakan. Laurels tak menjawab, ia hanya terus berjalan memasuki kamarnya. Laura yang melihatnya dengan iba memilih untuk tidak menanyakan apa-apa lagi, menunggunya merasa sedikit lebih baik, barulah itu waktu yang tepat untuk menanyainya.
"Brengsek?!" Umpat Laurels merobek kertas berukuran A4 berwarna jingga yang menempel di dinding kamarnya. Kertas yang berisikan perjanjian antara ia, Laura dan Mamanya. Perjanjian yang terdengar amat sangat konyol.
"Dengan ini kita berjanji di bawah pohon palapa bahwa tak akan ada salah satu dari kami yang jatuh cinta pada seorang pria manapun. Karena seorang pria tidak ubahnya penjahat ulung yang hobi mempermainkan wanita."
Perjanjian itu ditulis tangan lengkap dengan stempel dan materai, tidak lupa juga tiga tanda tangan yang terulas di sana. Perjanjian yang dibuat Mamanya bertahun-tahun yang lalu. Laurels merobek-robek kertas itu menjadi berkeping-keping.
"Aaarrrgggghhhh!!!! Kenapa? Kenapa hati gue dibuat sehancur ini cuma karena perjanjian bego ini?!" Laurels mengobrak-abrik benda-benda yang berdiri kokoh di meja belajarnya.
Suara pecahan-pecahan kaca bercampur dengan isakan tangisnya yang juga pecah. Laura mengetuk pintu berkali-kali namun Laurels tak kunjung membuka pintunya. Hingga gadis itupun limbung dengan seperangkat tangisnya.
________________________
"Dia stres dan kurang istirahat. Selain itu, dia juga menujukkan gejala kurang gizi. Sepertinya dia harus lebih banyak beristirahat," kata Dokter menasehati.
Rosalia, Jeff dan Laura mengangguk mengerti penjelasannya. Rosalia terlihat sangat sedih melihat kondisi anak bungsunya. Ia menangis, diikuti dengan Laura dan Jeff yang berkali-kali mencoba untuk menenangkan mereka.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Laura?" tanya Rosalia sesenggukan.
"Laurels... Dia bilang hidupnya hancur hanya karena perjanjian yang kita buat bertahun-tahun yang lalu, Mah." jelas Laura masih menangis.
"Perjanjian apa?" kali ini Jeff yang penasaran memberanikan diri menanyakan ini.
"Perjanjian bahwa kami tidak akan pernah jatuh cinta pada laki-laki manapun. Perjanjian yang aku buat setelah aku salah paham melihat kamu bersama wanita itu. Perjanjian yang kuterapkan pada kedua anakku bahwa mereka tidak boleh mencintai laki-laki manapun. Kurasa memang benar, aku telah merampas masa remaja yang seharusnya menjadi masa-masa berarti bagi mereka. Masa di mana mereka menghabiskan waktu belajar mereka di sekolah dengan warna-warni persahabatan dan cinta. Sejak dulu aku memisahkan mereka dari teman-teman laki-laki sebayanya, aku tidak memperbolehkan Laurels bergaul dengan sahabat laki-lakinya, tidak memperbolehkannya pulang diantar laki-laki. Aku mengurungnya sejauh ini. Maafkan aku... Anakku.."
Rosalia memeluk erat Laura, mereka berdua menangis bersama. Laura menenggelamkan wajahnya dalam dekapan Mamanya. Ia tak tahu harus berbicara apa lagi. Mamanya benar-benar sangat peduli terhadapnya dan Laurels.
"Om? Tante? Laurels di mana?" Suara berat itu mengejutkan mereka bertiga. Kedatangan Nathaniel Casvy memang sudah mereka tunggu dari tadi. Rosalia melepas pelukannya dari Laura dan beralih menatap Casvy.
"Laurels di dalam, Nak. Masuk aja." Casvy yang sudah dipersilahkan Rosalia untuk masuk segera memasuki ruangan steril itu. Namun, kepalanya menoleh, mendengar Rosalia memanggilnya lagi.
"Nak Casvy,"
"Ya, Tante?"
"Maafin Tante ya, nak."
Itulah perkataan terakhir kali yang diungkapkan Rosalia pada Casvy sebelum Casvy benar-benar memasuki ruangan tersebut. Ia menatap wajah Laurels yang sangat pucat dengan tubuhnya yang semakin kurus tersembunyi di balik selimut berwarna biru yang membalutnya. Keadaan Laurels benar-benar menyedihkan hari ini.
Casvy menggenggam erat tangan kiri Laurels, menciumnya dengan air mata yang mengair membasahi wajah Casvy. Ia menggenggam erat tangan Laurels, dalam hatinya ia terus merutuk, Maafkan aku, Rels.. Tidak seharusnya kamu bertemu seorang pengecut sepertiku. Kali ini Casvy menatap wajah Laurels sendu, lalu ia mengecup singkat kening Laurels. Air matanya turun, mengalir ke hidung Laurels.
"Rels, jangan sakit kayak ini, please..." Lirih Casvy mengguncang tubuh Laurels pelan.
Ia terus menangis, menangis seperti seorang pengecut yang menyembunyikan diri dari berbagai masalah yang menyerbunya. Casvy menyesal, sangat menyesal telah bersikap sekejam ini terhadap Laurels. Berkali-kali ia telah mencabik-cabik perasaan Laurels. Ia sangat sadar dan menyesal.
"Rels, lo denger gue, kan? Lo denger suara pengecut ini, kan? Rels, please.. bangun, Rels! Gue nggak sanggup ngeliat lo dalam kondisi kayak gini."
Hening. Tak ada balasan. Laurels masih setia menutup kelopak matanya. Hingga Casvy tertidur di sampingnya, setelah berjam-jam menangis menunggu Laurels sadar dan membuka matanya. Laurels yang sudah lelah tidur seharian mengerjapkan matanya, sosok yang pertama kali ia lihat adalah Casvy yang tertidur di sampingnya, di atas kursi kecil, kepalanya menempel di atas tangan kiri Laurels yang berada di ranjang kecil itu.
Laurels tersenyum kecil. Baru kali ini setelah sekian lama ia tidak melihat wajah lucu Casvy ketika tertidur pulas, ia terlihat seperti kucing Persia saat tertidur sepertu ini. Laurels mengusap lembut rambut Casvy yang tumben tertata sangat rapi. Mungkin karena kemarin ia sempat di tegur oleh Miss Hannah karena mewarnai rambut yang tidak sewajarnya. Casvy terkadang benar-benar sangat lucu, meski terkadang ia juga terlihat sangat rapuh.
Casvy yang merasa ada benda yang bergerak di atas kepalanya terbangun. Melihat Laurels yang tersenyum menatapnya. Ia menarik tangan kanan Laurels, membalas tersenyum lalu memeluknya. Laurels yang terkejut melihat perlakuan Casvy tersenyum tipis, menenggelamkan wajahnya di dada bidang yang dirindukannya.
"Makasih udah sembuh, Rels. Makasih karena mau ngebuka kelopak mata indah lo lagi. Makasih karena lo masih bernapas sampai sekarang. Asal lo tahu? Gue sangat sangat khawatir sama lo, Rels..." Laurels hanyut mendengar perkataan lembut Casvy. Seakan tidak percaya bahwa pria yang memeluknya saat ini adalah Nathaniel Casvy. Ia merenggangkan pelukannya,
"Tunggu, tunggu, ini beneran Casvy? Coba sebutin siapa nama lengkap lo?" Tanya Laurels memastikan.
"Nathaniel Casvy." Jawab Casvy tegas.
"Nama nyokap lo?"
"Valleria Casvy"
"Nama orang yang paling lo sayang?"
"Ya, lo bodoh. Laurels Greisy!" Casvy kembali memeluk erat Laurels, membuat Laurels berbunga-bunga akan perlakuannya hari ini. Tidak biasanya perlakuan Casvy selembut ini. Laurels benar-benar merasa beruntung bisa bertemu dengan pria sebaik dan selembut Casvy, meski terkadang kebaikan dan kelembutannya itu selalu tersembunyi dibalik mulut kotornya yang suka ngatain orang dan meledek Laurels di depan banyak orang.
"Rels," panggil Casvy dalam pelukannya.
"Hm?"
"Jadi pacar gue, ya?"
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Mistake (The Story of CEGIL) [COMPLETED]
Teen Fiction"Mencintai seorang pria adalah suatu kesalahan." Itu adalah kalimat yang diajarkan pada Laurels sejak kecil. Laurels Greisy, siswi yang akrab dengan julukan cegil (cewek gila) selalu terlibat dalam pertikaian dengan Nathaniel Casvy -tetangga rumahny...