26. Forget and Find Your Way in Life

365 41 3
                                    

"Emang kenapa? Lagian nggak cuma lo doang kok di dunia ini yang namanya Casvy! Apa salahnya gue kayak gini? Wajar, kok! Secara gue berhak kesel sama lo. Kalo gue nggak kesel dan diem aja gue udah jadi Buddha sekarang!"

- BE MY MISTAKE (The Story of CEGIL)

[Author's POV]

"Oke" Laurels mengangguk ringan.

Tanpa berkata apa-apa, Gerry langsung mendekatkan wajahnya ke arah Laurels, dan mencium bibir indah Laurels dengan tulus.

Namun entah mengapa, seperti ada sesuatu yang melintas di kepala Laurels. Sesuatu yang membuat Laurels kemudian menghindar dengan cara menggeser tempat duduknya.

"Kenapa?" Tanya Gerry dengan nada yang terdengar kecewa.

"Nggak papa. Tadi cuma keinget sesuatu. Sorry, ya." Jawab Laurels lirih.

"Keinget apaan?" Tanya Gerry seperti penasaran.

Laurels membuka jendela mobil merah itu, dan menggeleng-gelengkan kepalanya ringan.

"Nggak, kok. Bukan apa-apa"

___________________________________

"Sumpah, ini nggak mungkin, sih! Gimana bisa Gerry gue jadian sama cewek gila itu?" Siswi berparas menor itu teriak-teriak di kelasnya.

"Udahlah, Ca. Lo nggak perlu teriak-teriak kayak gini. Toh, juga berita itu belom tentu bener." Ujar temannya menimpali.

Glenca tampak menghela napas lega, "Iya, lo bener. Menurut gue sih berita itu udah pasti nggak bener. Mana mungkin Gerry gue suka sama cegil kayak Laura. Lo bener, itu nggak mungkin banget." Suasana di kelas itu tampak sangat ricuh. Mereka saling memperbincangkan tentang satu topik, yaitu 'Hot news tentang Laurels dan Gerry yang kepergok pacaran di Orange's Cafe kemarin' dan kini berita itu menjadi trending topic yang paling ramai diperbincangkan di sekolah.

Di satu sisi, Laurels menyandarkan punggungnya di tembok plamir putih itu. Ia menghela napas, air mata tak kunjung membasahi pelupuk matanya. Ia ingin menangis sekencang-kencangnya, tapi tubuhnya serasa tak menuruti apa kata hatinya. Tetap saja ia tak bisa menangis saat itu juga.

"Gimana ini? Gue nggak ngerti sebenernya apa yang terjadi sama diri gue?" Ia mengacak rambutnya sendiri, mata teduhnya mengingatkan siapa saja yang melihatnya serasa terbawa oleh suasana hatinya.

"SUMPAH LO, YA! NATHANIEL CASVY KENAPA LO TERUS-TERUSAN MUNCUL DI KEPALA GUE SIH!!" Laurels berdiri dari duduknya seraya menghentakkan kakinya kesal. Berkali-kali ia memukuli kepalanya sendiri, ia merasa pikirannnya sangat pendek sehingga ia tak sanggup mengatasi hal yang menurut orang lain sangat kecil ini.

"Kenapa lagi? Perasaan gue mulu dah yang lo salain." Suara berat menanggapi perkataan Laurels. Laurels menoleh, melihat siswa berbadan kekar sedang duduk di bawahnya.

'Aduh, apalagi ini? Ngapain sih dia di sini? Kayak hantu aja di mana-mana ada terus' decak Laurels dalam hatinya. Ia melangkahkan kakinya ke belakang.

"L-lo? Ngapain di sini?" Selain gugup Laurels juga merasa ketakutan berada di depan lelaki tinggi tampan ini. Sungguh aneh sekali, rasanya seperti baru pertama kalinya ia bertemu dengan seorang lelaki tampan seperti Casvy.

"Harusnya gue yang tanya ke lo, ngapain lo manggil-manggil nama gue mulu? Segitu ngeganggunya apa gue buat lo sampe sampe lo terus-terusan bersikap kayak gini?" Laurels terkekeh.

"Emang kenapa? Lagian nggak cuma lo doang kok di dunia ini yang namanya Casvy! Apa salahnya gue kayak gini? Wajar, kok! Secara gue berhak kesel sama lo. Kalo gue nggak kesel dan diem aja gue udah jadi Buddha sekarang!" Rutuk Laurels mengeluarkan semua makian yang selama ini hanya ia simpan dalam benaknya.

Casvy menghela napas, "Yaudah, deh terserah lo. Btw, berita itu bener?" Tanya Casvy mengalihkan topik pembicaraan.

"Berita apaan?" Tanya Laurels angkuh.

"Berita lo ama Gerry jadian." Balas Casvy datar.

"Bener, kok." Jawab Laurels enteng.

"Lo gila, ya? Ngapain lo jadian sama orang yang jelas-jelas lo nggak punya perasaan sama dia? Lo nggak inget pesan nyokap lo! Sumpah, kenapa sih Rels idup lo tuh nyari masalah mulu." Casvy berdiri tepat di depan Laurels. Ia melipat kedua tanganya di depan dadanya.

"Tau apa lo tentang gue? Mentang-mentang lo kenal gue dari kecil terus lo tau gitu semua isi hati dan pikiran gue? Lagian gue suka kok sama Gerry. Jadi, nggak ada alasan buat gue nggak nerima dia jadi cowok gue." Casvy melotot mendengar perkataan Laurels.

"Apa?! Lo suka sama dia?"

"Lo kenapa, dah?" Laureles memicingkan matanya melirik Casvy dengan tatapan merasa aneh. 'Memangnya kenapa kalau aku menyukai Gerry?' pikir Laurels dalam benaknya.

"En-enggak. Gue nggak kenapa-napa. Pacarin aja sono, cowok nggak jelas kayak gitu. Lagian juga lo berdua cocok banget, kok. Pasangan yang sama-sama aneh, nggak jelas, prik lo berdua." Ledek Casvy dengan mulut entengnya.

"YYYAAAAAAAKKKKK!!!!" Laurels berteriak marah.

____________________________

[Laurels Greisy POV]

"Emang iya? Tapi, kalo dari apa yang lo ceritain tadi, gue rasa dia cemburu sih. Fix, sih dia cemburu. Lo yakin dia nggak cemburu?" Cloudy terus saja menjatuhiku dengan berbagai pertanyaan yang aku sama sekali tak beminat untuk mebahasnya. Rasanya ingin sekali aku memasukkan hotdog yang ada di tanganku ini ke dalam mulutnya.

"Arrggghh.. Udah, please. Cloudy my bestfriend my soulmate my love forever ever ever ever. Plis berhenti bahas itu, ya sayang. Lo tau nggak sih daritadi telinga gue udah keluar asap!!!" Teriakku memarahinya.

Cloudy tersenyum getir mendapatiku. "Yee, lo ini. Gue kan sebagai sahabat lo penasaran banget sama cerita lo. Ayolah, Rels. Ceritain ke gue. Kita kan bestie, masa iya gue nggak boleh tau tentang bestie gue sendiri." Cloudy menekankan kata 'bestie' untuk meyakinkanku bahwa aku ini merupakan sahabat terbaiknya.

"Oke oke, gue ceritain, deh. Tapi, nggak sekarang. Lo ke rumah gue aja deh nanti. Gue janji bakal ceritain semuanya. Gimana? Deals? Gue cabut dulu, ya! Gue ada janji ketemu Gerry di ruang OSIS. " Aku segera beranjak dari tempat dudukku di kantin ini, Cloudy tampak menunjukkan ekspresi tidak senangnya.

"Gitu lo ya sekarang, mentang-mentang punya pacar jadi lupa sama bestie sendiri. Oke deh, gue bakal ke rumah lo nanti. Awas aja kalo lo nggak cerita semuanya ke gue, gue penggal kepala lo!!" Aku tertawa mendengarnya.

"O-oke!" Aku berlari meninggalkan kantin itu dengan penuh tawa melihat wajah Cloudy yang semakin kesal menatapku dari tempat duduk kantin itu.

Dia memang satu-satunya sahabatku yang sangat lucu!

________________________

Langkah kakiku terhenti tepat di depan ruang OSIS. Aku mencari-cari sosok Gerry Crimsen yang sama sekali tak muncul batang hidungnya, dan gotcha! Aku menemukannya! Ia tersenyum melihatku berlari tergopoh-gopoh kearahnya dengan pakaianku yang penuh dengan keringat jerih payahku berlari menuju tempat ini.

"Ya ampun, rels. Kamu kok jadi basah kuyup gini? Aku kan nggak nyuruh kamu buat lari-lari kayak gini cuma buat nyamperin aku doang." Gerry mengusap lembut rambutku dengan kedua tangannya.

"Kamu ngeselin banget, sih. Aku lari jauh-jauh dari kantin ke sini cuma buat nemuin kamu, tapi kamu malah bilang kayak gitu." Aku mengerucutkan bibirku kesal.

Ia terkekeh melihat ekspresi wajahku. "Kamu lucu banget deh kalo lagi cemberut kayak gini." Ia mencubit pipiku gemas.

"Oh, iya tar malem jalan yuk! Sekalian kita mampir ke rumahku, kan kemarin kamu bilang mau main ke rumahku?" Sekali lagi ia tesenyum.

"Eh, tapi kayaknya ada tempat lain yang mesti kita datengin. Pokoknya kamu harus cobain dateng ke tempat ini minimal sekali seumur hidup. Tempatnya tuh bagus banget, aku yakin kamu bakal suka." Jawabnya lembut.

Aku suka cara bicara Gerry Crimson yang seperti ini. Ia terlihat sangat dewasa. Mungkin benar, untuk saat ini dan seterusnya.. aku harus bisa melupakan Nathaniel Casvy dan menghapus perasaanku ini selamanya. Aku yakin Gerry bisa membuatku bahagia, lebih dari Casvy. Mulai saat ini aku akan belajar untuk mencintainya.

BERSAMBUNG

Be My Mistake (The Story of CEGIL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang