"Rachelle mutusin gue. Dia bilang kalo sejak awal dia nggak suka sama gue. Dia punya cowok lain di belakang gue. Gue nggak terima, dong. Terus tiba-tiba dia nyuruh anak-anak sekolah sebelah buat ngabisin gue gitu aja."
- BE MY MISTAKE (The Story of CEGIL)
[Author POV]
"Eh, buruan bawa ke UKS!" Teriak beberapa siswa di kelas itu panik.
Daniel pun dibopong oleh beberapa siswa termasuk Liam dan Dean menuju ke UKS. Di sana dokter Beatrice langsung menyambut Daniel dan mengobatinya. Diam-diam Laurels mengintip dari balik jendela UKS. Entah mengapa ia merasa begitu khawatir pada Daniel. Ia mengakui bahwa tindakannya sudah terlalu berlebihan sehingga membuat Daniel masuk UKS lagi.
Saat beberapa siswa keluar dari UKS, Laurels bersembunyi dibalik tembok. Ia tak menyadari bahwa sedari tadi dokter Beatrice telah memperhatikan gerak-geriknya dari balik pintu UKS.
"Rels," Panggil dokter Beatrice.
"I-iya, dok?" Balas Laurels canggung.
"Kamu merasa bersalah sama Daniel, kan?" Tanya dokter Beatrice memastikan.
Laurels merasa kebingungan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Kalau memang merasa bersalah, kamu jagain dia sampai jam istirahat kedua, ya. Saya harus pergi untuk urusan mendadak." Terang dokter Beatrice meninggalkan UKS.
dan di sinilah ia berakhir, melihat Daniel yang terbaring lemah di atas bangsal UKS. Dengan langkah pelan, Laurels menggeser sebuah kursi dan duduk tepat di samping ranjang tempat tidur UKS yang kosong. Sambil terus memperhatikan Daniel yang masih tak sadarkan diri.
Laurels mengambil kapas dan salep luka. Ia mengoleskan sehening mungkin pada luka di wajah Daniel yang masih basah.
"Kenapa bisa separah ini, deh?" Ucap Laurels sambil terus mengobati Daniel.
"Sumpah, gue nggak maksud ngatain lo tadi, Niel." Setelah mengobati Daniel, Laurels meletakkan kapas dan salep luka itu di meja kecil sampingnya.
"Sorry," Katanya lirih hendak meninggalkan Daniel, namun tiba-tiba sebuah tangan kekar menahannya.
"Sebenarnya ini bukan karna lo!" Ia terkejut saat mendengar perkataan Daniel.
Daniel mencoba membenarkan posisi duduknya. Laurels berpaling menatap matanya, "Nggak mungkin. Kalo bukan gue, siapa lagi?" Jawab Laurels merasa aneh.
"Rachelle mutusin gue. Dia bilang kalo sejak awal dia nggak suka sama gue. Dia punya cowok lain di belakang gue. Gue nggak terima, dong. Terus tiba-tiba dia nyuruh anak-anak sekolah sebelah buat ngabisin gue gitu aja." Jelasnya pelan.
"Sorry, Rels. Sumpah gue nggak pernah ada niatan buat nyakitin lo. Waktu di atap, gue bener-bener suka sama lo. Gue bener-bener jujur atas perasaan gue waktu itu. Cuma karna gue takut lo bakal ngasih jawaban yang nggak sesuai sama apa yang gue harapkan, akhirnya gue milih buat mundur dan jadian sama Rachelle." Laurels memicingkan matanya tak percaya saat mendengar perkataan Daniel.
"Dan sekarang, lo masih suka sama gue?" Tanya Laurels tegas.
Daniel mengangguk, "Gue masih sayang banget sama lo, Rels. Gue nyesel ngelukain lo waktu itu. Gue nyesel banget. Maafin gue ya, Rels." Daniel memeluk erat Laurels seaakan takut kehilangannya. Tanpa mereka sadari, seseorang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
"Sorry, Niel. Gue nggak bisa kayak gini." Laurels melepas pelukan Daniel dan berlari meninggalkan ruangan berbau obat itu.
___________________________________________
Laurels tak berhenti menatap layar televisi berukuran besar itu dengan tatapan kosong. Ia tak bisa mengusir pikiran-pikiran negatif yang sedari tadi memenuhi kepalanya. Ia membuka ponselnya dan masih tak berani membuka pesan yang dikirimkan oleh Rosalia dan Laurels. Ia merasa begitu kewalahan menghadapi ini semua dalam satu waktu.
"Kapan lo pulang?" Tanya Casvy melemparkan tubuhnya pada sofa.
"Kenapa emang lo nggak suka ada gue?" Balas Laurels sinis.
"Sejak kapan gue suka ada lo." Jawab Casvy tak kalah sinis.
"Lagian lo mau sampe kapan sih kabur begini?" Tanya Casvy melemparkan pandangannya ke arah Laurels.
"Kalo ada masalah tuh hadepin. Percuma lo sembunyi kayak gini juga ujung-ujungnya harus lo hadepin juga. Buang-buang waktu nggak, sih? Padahal lo bisa pake waktu itu buat quality time sama bokap lo daripada ngasih makan ego lo yang nggak penting itu." Sambung Casvy lalu mematikan televisinya.
"Besok gue pulang, kok. Tenang aja." Kata Laurels sambil beranjak untuk memasuki kamarnya.
___________________________________________
Pagi harinya, Laurels membuka kenop pintu rumahnya. Ia mendorong kopernya memasuki rumah yang sudah seminggu lebih tak ia singgahi itu. Ia terkejut melihat suasana pagi itu, seluruh keluarganya bersatu pada meja makan yang biasanya terasa kosong tanpa ayahnya.
"Dad," Panggil Laurels berlari memeluk sosok yang begitu ia rindukan sepanjang hidupnya.
"I miss you so much, dear." Ujar Jeff Greisy, ayah Laurels.
"I miss you more, Dad. Always." Balas Laurels memejamkan matanya senang.
"I didn't expect you to grow up so quickly into the pretty girl now." Puji Jeff mengacak-acak rambut Laurels.
"How about Laura, Dad? Do I look so pretty too?" Teriak Laura dari meja makan.
Laurels langsung melempar tatapan tajam ke arah Laura, "eh gue belom selesai ya sama lo!"
"Sama mamah juga. Tega banget kalian berdua boongin aku." Sambung Laurels kesal.
Jeff menarik kursi dan mempersilahkan Laurels untuk duduk,"Rels, eat first or be late for school!"
"Sok sok an ngambek, bilang aja masih betah nginep di rumah Casvy!" Ledek Laura menjulurkan lidah.
"Eh jaga ya mulut lo!" Teriak Laurels kesal.
Entah mengapa, Laurels merasa rumahnya begitu lengkap sekarang. Padahal sebelumnya ia selalu merasa ada yang kosong saat di rumah. Kehadiran Jeff benar-benar membuat Laurels merasa terpenuhi. Meski terasa menyakitkan mengetahui fakta bahwa ia dibohongi oleh Laura dan Mamanya selama bertahun-tahun, namun, kenyataan bahwa ayahnya masih hidup seperti suatu keajaiban besar yang mengobati hatinya. Ia begitu senang sampai tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya selain membuat keributan sebanyak mungkin bersama Laura.
Ya, membuat keributan dan saling memaafkan, serta saling mengasihi satu sama lain. Itulah keluarga. dan Laurels merasa bangga menjadi bagian dari keluarga Greisy.
___________________________________________
"Lo kenapa dah senyum-senyum kek orang gila?" Ujar Casvy melihat Laurels yang merasa begitu senang atas kembalinya Jeff sebagai bagian dari keluarganya.
"Karena hari ini suasana gue lagi bagus banget,"
"Erico! Beli snack yang banyak, hari ini gue yang traktir!" Sambung Laurels memberikan debit cardnya pada Erico.
Dengan senang Erico menerima debit card itu, "Serius, Rels? Apa aja?" Tanya Erico memastikan.
Laurels mengangguk angkuh, "Ambil apapun yang lo mau. Tenang, hari ini bos yang bayar."
Mendengar itu, Erico langsung berlari menuju koperasi sekolah untuk membeli snack.
"Bos apaan? Bos kita kan Casvy." Cibir Jovan tidak setuju.
"Ya kalo dia cewek bos kita ya berarti dia bos kita juga, tolol!" Sahut Ferrel memukul kepala Jovan dengan botol minuman plastik bekas.
Tiba-tiba siswa berjaket hitam datang menghampiri meja mereka, siapa lagi kalau bukan Daniel Hudson. Casvy, Ferrel, Jovan, dan Laurels yang melihat itu terlihat sedikit terkejut. Sebenarnya apa lagi yang diinginkan laki-laki ini?
"Rels, band gue ada konser weekend ini. Lo dateng, ya! " Ucap Daniel dengan suara beratnya.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Mistake (The Story of CEGIL) [COMPLETED]
Teen Fiction"Mencintai seorang pria adalah suatu kesalahan." Itu adalah kalimat yang diajarkan pada Laurels sejak kecil. Laurels Greisy, siswi yang akrab dengan julukan cegil (cewek gila) selalu terlibat dalam pertikaian dengan Nathaniel Casvy -tetangga rumahny...