46. The Enemy I Feel Pity

3 1 0
                                    

"Ngeliat muka lo sekarang rasanya bikin gue pengen muntah tau, nggak? Sampai kapan lo mau terus-terusan hidup kayak gini? Lo pikir lo keren kayak gini, hah? Lo tuh cuma pengecut yang lari dari kenyataan."

- BE MY MISTAKE (The Story of CEGIL)

[Laurels Greisy POV]

Aku membuka jendela kamarku. Matahari baru saja menampakkan dirinya. Kulangkahkan kakiku ke kamar mandi. Namun sebelum itu, aku mengetik sebuah pesan dan mengirimnya ke Casvy. Semacam ucapan selamat pagi terdengar sangat romantis. Sudah sebulan kami menjalani hubungan kami, dan semuanya berlalu dengan sangat indah. Ingin rasanya aku memperlambat waktu agar aku bisa mengisinya dengan kenangan-kenangan indah bersama Casvy.

Aku keluar dari kamar mandi setelah menghabiskan kurang lebih setengah jam untuk membersihkan diri. Langkah kakiku berjalan dengan lincah menuruni anak tangga. Laura dan Mama tersenyum menyambutku,

"Ya ampun, anak Mama makin hari makin disiplin sekarang, ya? Jadi, bangun lebih awal terus dan semangat pergi sekolahnya. Apa jangan-jangan gara-gara tetangga rumah kita kali ya, Ra?" Laura tertawa mendengar ledekan Mama yang terlempar ke arahku. Membuatku gemas ingin mencubit kedua pipinya.

"Apaan sih, Mah. Nggak lucu tau!" Rutukku sambil meneguk segelas susu putih di atas meja lalu memasukkan sepotong sandwich dipenuhi keju ke dalam mulutku. Daddy yang baru saja datang seketika langsung ikut menertawakan bentuk wajahku yang monyong karena dipenuhi makanan dalam mulutku.

"Kamu kok jadi kayak badut, Sayang." Ujar Daddy.

"Daddy, udah bisa ngomong bahasa sekarang?" Tanya Laura terkagum-kagum.

"Ya, just sedikit-sedikit."

Seisi keluarga ini memang hobi sekali dalam meledekku. Aku memakai sepatuku setelah selesai makan tidak lupa memakai ranselku lalu berjalan ke luar rumah. Di luar tampak seorang siswa tinggi tersenyum di atas motornya. Ia melambaikan tangan ke arahku,

"Lah? Lo udah nunggu di sini dari tadi? Kenapa nggak masuk?"

"Hehe enggak, deh. Takut ngerusak keharmonisan keluarga kalian."

"Uhuk, keharmonisan apaan? Itu mah pembulian namanya. Yuk, berangkat!" Aku memakaikan helm ke kepalaku lalu menaiki motor Casvy di belakangnya. Kami pun berangkat menuju sekolah yang jaraknya sangat dekat dengan rumah.

"Tumben lo bawa motor?" Tanyaku pada Casvy di tengah perjalan.

"Ya iyalah, siapa juga yang tega biarin tuan putri kepanasan jalan kaki?" Aku tertawa mendengat jawabannya yang dipenuhi dengan gombalan-gombalan tidak penting meski terkadang terdengar agak romantis *Ehem.

Kami pun tertawa bersama di sepanjang perjalanan. Casvy membawaku mengelilingi kota terelebih dahulu di pagi hari, itulah sebabnya kami datang ke sekolah lebih awal dari jam biasanya.

"Vy,"

"Ehm?"

"Jangan pernah nyembunyiin apapun lagi dari aku, ya?"

"Iya."

___________________________

Jangan pernah samakan aku dengan orang lain, karena aku tidak seperti mereka. Aku berbeda. – Laurels Greisy

Laurels membenturkan kepalanya berkali-kali di atas mejanya sendiri, membuat Lucas yang duduk di sampingnya menatapnya penuh tanda tanya. Gadis itu sudah seperti itu sedari pagi, entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Sepertinya kepalanya sedang dilanda kebingungan.

"Apa lagi, Rels?" Lucas menyentuh bahu Laurels, membuat wajah Laurels beralih melihatnya.

"Daniel. Gue masih penasaran sebenarnya di mana sih dia sekarang? Kenapa si upil itu harus ngilang, sih! Sumpah gue nggak ngerti maksud tuh cowok." Mendengar jawaban dari Laurels, Lucas tertawa terpingkal-pingkal. Bagaimana bisa ia memikirkan Daniel di saat ia telah disakiti berkali-kali, Laurels sungguh terlihat seperti gadis yang bodoh yang sok peduli terhadap orang lain.

"Daniel? Lo masih mikirin cowok psikopat itu? Apa buat lo masih nggak cukup atas apa yang terjadi pada Rachelle kemaren, Rels?"

"Ya, maksud gue nggak gitu, Cas."

"Apa lagi sih, Rels? Sumpah, gue nggak ngerti deh sama lo. Please deh jangan kayak ini. Gue ngeliat lo makin kehilangan diri lo sendiri tau nggak, sih. Lo tuh nggak kayak gini, Rels. Lo bukan cewek bodoh yang ngasih belas kasihan ke orang yang nggak seharusnya dikasihani." Mendadak Lucas berjalan keluar kelas meninggalkan Laurels yang menatapnya dengan tatapan kosong. Entah mengapa perkataan Lucas seakan menyadarkan dirinya.

"Hei, Rels?!" seseorang menepuk munggung Laurels, sambil menyunggingkan senyum evil di bibirnya. Siapa lagi kalau bukan Cloudy.

"Bengong aja lo. Tar kerasukan loh." Ujar Cloudy lalu menempatkan dirinya di kursi kosong sebelah Laurels.

"Gue denger kemarin lo ngedate sama Casvy? Gimana ngedatenya? Lancar?" Laurels tak membalas perkataan Cloudy, melainkan beranjak meninggalkan gadis itu di sana setelah mendapatkan sebuah pesan lewat ponselnya.

"Eh, Rels? Kok malah pergi? Woi?!" Teriak Cloudy menggema, membuat mata seisi kelas tertuju padanya.

From : Daniel Hudson

"Lo nyari gue kan, Rels? Temuin gue di bandara sekarang."

Sebuat pesan masuk ke ponselnya. Pesan tersebut adalah pesan dari Daniel yang baru saja Laurels baca, Laurels menunjukkan ekspresi terkejut bukan main. Ia berlari keluar sekolah di jam yang seharusnya para siswa menggunakannya untuk beristirahat. Ia melambaikan tangan melihat taksi melintas di depannya, lalu berjalan memasuki taksi tersebut.

"Pak, tolong antar saya ke bandara, ya. Tolong agak cepet ya, Pak. Saya lagi buru-buru soalnya."

"Oke, Neng."

Taksi pun melaju kencang menuju tempat yang menjadi tujuan Laurels sekarang. Beberapa saat kemudian taksi berhenti. Laurels mengeluarkan lembaran uang dari sakunya untuk diserahkan ke sopir taksi, lalu ia berlari memasuki bandara tersebut. Suasana di sana tampak ramai, orang-orang berlalu lalang, Laurels mencari-cari sosok Daniel di sana. Tak ada Daniel di sana. Ia terus berjalan menelusuri bandara, hingga matanya menangkap sosok laki-laki tinggi bertopi hitam sedang memandang ponselnya.

Itu dia! Itu Daniel Hudson!

Laurels berlari menghampiri Daniel yang kali ini matanya beralih menatap Laurels. Sebuah senyuman kecil tersungging di wajahnya.

"Hai, Laurels. Udah lama nggak ketemu." Ujar Daniel dengan suara khasnya.

Pandangan kosong. Tanpa ekspresi. Laurels menatap Daniel dengan wajah ketakutan. Dia kira Daniel akan berubah setelah melakukan semua ini. Namun dugaannya salah, Daniel tetap mengerikkan seperti biasanya. Namun, pandangan Laurels beralih saat tiba-tiba Casvy menarik tangannya dan menyembunyikannya di belakangnya.

"Kan gue udah bilang jangan bertindak ceroboh!" Tegur Casvy mencengkram pergelangan tangan Laurels kasar. Membuat Laurels meringis kesakitan. Casvy merenggangkan tangannya dari pergelangan tangan Laurels. Ia menarik Laurels ke sampingnya.

"Rels, kan gue udah bilang berkali-kali. Please, berhenti melibatkan diri lo sama Daniel. Dia bukan cowok baik-baik. Semhaangan terlibat apapun dengannya. Sudah kubilang dia bukanlah pria baik-baik. Lo belum kapok sama semua kejadian tragis udah ngebuat lo celaka, Rels? Lo ini bener-bener polos apa gimana sih?" Perkataan Casvy ada benarnya juga, tak seharusnya Laurels bersikap seperti ini. Namun, bukan Laurels yang ingin menemui Daniel, melainkan hatinya yang sedari tadi gelisah setelah melihat keluarganya yang menunggu kedatangan Daniel di rumahnya.

"Wow, lo dateng jauh-jauh ke sini di tengah jam sekolah cuma buat nyamperin gue, Rels? Sumpah, gue salut, sih. Apa jangan-jangan lo masih nyimpen perasaan sama gue?" Entah mengapa perkataan Daniel terasa sungguh keterlaluan, ia mengeluarkan semua hal buruk dalam mulutnya seenak jidat. Laurels menampar wajah Daniel keras. Membuat Daniel terkejut, namun seutas tawa kembali menghiasi wajahnya.

"Berhenti pura-pura jahat kayak gini depan gue, Niel! Gue udah tau semuanya. Sadar! Pikirin keluarga lo di rumah. Mereka menderita kesakitan, dan lo bahkan nggak tau kondisi keluarga lo sekarang? Asal lo tau? Ngeliat muka lo sekarang rasanya bikin gue pengen muntah tau, nggak? Sampai kapan lo mau terus-terusan hidup kayak gini? Lo pikir lo keren kayak gini, hah? Lo tuh cuma pengecut yang lari dari kenyataan!" Laurels berbalik meninggalkan Daniel yang tiba-tiba raut wajahnya berubah drastis. Ia pun berlari keluar bandara, tidak mengejar Laurels melainkan pulang menemui keluarganya di rumah.

BERSAMBUNG

Be My Mistake (The Story of CEGIL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang