49. Happy Graduation

3 0 0
                                    

"Kalo aja Casvy masih hidup, pasti sekarang dia lagi ketawa gede banget sambil nyombongin toganya ke gue."

- BE MY MISTAKE (The Story of CEGIL)

[Author's POV]

"Happy graduation?!" Teriak gadis berambut hitam itu berlari memeluk pria berambut legam. Pria itu membalas memeluknya sambil berbisik di telinga gadis itu,

"Happy graduation juga, Sayang. Yes, akhirnya bentar lagi kita nikah." Seketika itu tawa meledak di antara keduanya.

"Ya, Sayang. Bentar lagi kita nikah!"

"Pokoknya malam ini juga aku akan melamar kamu! Dandan yang cantik ya, Sayang. Oh iya, kamu udah ngobrol sama orang tua kamu tentang hubungan kita, kan?" Tanya pria itu sambil memegang kedua pundak mungil gadis itu.

"Sudah kok, Sayang."

"Bagus deh kalau begitu. Pokoknya aku udah siap banget buat nikahin kamu. EH, GUYS BENTAR LAGI GUE NIKAH?!" teriak pria berambut legam kembali memeluk gadis itu. Teman-temannya yang merasa terpanggil menoleh, tertawa melihat sahabatnya sudah tumbuh mejadi pria dewasa.

"Ya ampun, Ferrel kita udah jadi cowok beneran ternyata. Sini deh, Rel. Gue jadi pengen peluk sahabat gue yang keren ini," Jovan memeluk pria berambut legam dengan bangga, disusul Erico dan Michael yang sudah berdiri di belakang mereka.

"Lo sendiri gimana, Ric? Kapan lo mau nikahin Suzy?" Tanya Ferrel tersenyum sombong, Erico yang merasa ditanyai mengedipkan mata kirinya sambil merangkul Suzy di sampingnya.

"Bro, gue mesti kuliah dulu. Masalahnya bokap Suzy ini persyaratan dinikahinnya banyak banget, woi. Harus lulus S1 lah, harus punya aset sama asuransi lah, ribet deh pokoknya. Tapi, karena gue cinta banget sama Suzy, ya mau nggak mau gue harus penuhi." Ujar Erico tersenyum tipis. Ia memainkan toganya, sementara Suzy kembali mengotak-atik kameranya.

"Wahh, bener-bener cowok sejati temen gue satu ini." Semua bersorak kagum.

"Eh, guys. By the way kalian nggak ada yang ngeliat Laurels?" Tanya Suzy tiba-tiba membuat mereka menghentikan pembicaraan unfaedah mereka.

___________________

"Rels, lo nggak keluar? Liat deh, temen-temen lo di sana kayaknya lagi seru banget. Lo nggak pengen ngucapin selamat gitu ke senior-senior kita?" Laurels menggeleng atas pertanyaan Daniel. Ya, kini mereka menjadi sangat akrab sejak insiden terakhir kali yang melibatkan Nathaniel Casvy.

"Kalo aja Casvy masih hidup, pasti sekarang dia lagi ketawa gede banget sambil nyombongin toganya ke gue." Gumam Laurels yang dapat didengar oleh Daniel. Daniel yang sedari tadi memandang ke jendela kini beralih mengambil tempat di depan Laurels.

"Rels, gue bakal jawab pertanyaan-pertanyaan lo di rumah sakit waktu itu, Jadi, sekarang coba lo dengerin baik-baik."

Flashback

"Kak, gue sekelas sama Laurels. Sumpah, gue masih kayak nggak percaya gitu gue bisa sebangku sama dia." Seruku sambil menyeruput minuman kami di sebuah kedai kecil. Pria yang dipanggil 'Kak' tampak sedikit terkejut,

"L-lo? Sebang sama dia?" Ulang Casvymemastikan.

"Ya abisnya kita bingung karna semua bangku udah kepake. Jadi ya mau nggak mau akhirnya kita harus duduk sebangku. Awalnya sih gue ngeliat dia kayak kaget gitu pas tau gue anak band. Sumpah, gue bener-bener nggak nyangka semua ini bisa kejadian ke gue." Daniel mengacak rambutnya sendiri pelan, lalu kembali menyeruput minumannya.

"Gue ikut seneng dengernya. Kalo gitu semangat, bro. Sudah saatnya lo ngungkapin perasaan yang udah bertahun-tahun lo simpen sendiri itu." Casvy ikut menyeruput minumannya, membuat Daniel terkekeh geli.

"Tapi, saran gue kayaknya mending lo nggak usah ngasih tau ke Laurels tentang identitas lo, deh. Lo nggak perlu ungkit masa lalu lo dan bilang ke dia kalo lo udah lama diem-diem suka sama dia. Lo harus jadi cowok yang sengak tapi keren. Lo harus ngebuat dia terpikat sama lo!" Ujar Casvy melanjutkan perkataannya.

"Maksud lo gimana, Kak? Gue masih nggak ngerti." Daniel mengeryitkan dahi tidak mengerti.

"Jadi orang baru buat dia. Lo nggak perlu ungkit-ungkit surat-surat lo yang cupu itu. Lo harus berubah, Niel. Kalo lo masih idiot kayak dulu ya yang ada Laurels bakal nolak lo." Casvy tertawa melihat ekspresi Daniel yang tiba-tiba menjadi kesal saat mendengar perkataannya.

"Anjir, Nathaniel Casvy! Lo mau mati?!"

<<<<<

"Kak, gue butuh bantuan lo!" Dengan tangan gemetar Daniel memegan kedua lengan Casvy. Napasnya tersenggal, keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya.

"Kenapa? Ada apa? Lp nggak kenapa-napa? Sini masuk aja, Niel." Casvy mempersilahkan Daniel masuk rumahnya. Daniel pun masuk ke dalam rumah Casvy. Menempatkan dirinya di sofa ruang tamu yang tampak lengang.

"Bokap gue, dia mukul nyokap gue lagi, Kak. Gue udah berusaha buat berentiin, tapi, bokap gue nggak berhenti mukul nyokap gue. Bokap gue terus mukulin nyokap gue sampe punggung nyokap gue berdarah-darah. Bokap gue bilang, gue harus ngelakuin perintah dia kalo pengen nyokap gue selamat."

"Bentar, Niel. Pelan-pelan ceritanya. Tarik napas dulu, oke?"

"Jadi, apa perintah dari bokap lo?"

"Dia pengen gue ngelakuin hal buruk ke Laurels Greisy. Gue pun nggak ngerti kenapa harus Laurels? Gue nggak tau harus gimana? Tolongin gue, Kak."

"Tenang, Niel. Gue yakin semua bakal baik-baik saja. Gue punya rencana bagus, sini deh!" Daniel pun pasrah mendekatkan telinganya pada wajah Casvy yang berbisik tentang rencana yang terpikirkan olehnya.

Flashback end

"Jadi, menurut lo semua yang terjadi selama ini adalah skenario Casvy sama lo?" Laurels mengacak-acak rambutnya bingung.

Flashback

"Gimana? Lo udah pasang alat perekamnya?" Tanya Casvy dari balik telepon.

"Udah, Kak. Barusan Ethan udah konfirmasi ke gue."

"Ya udah kalau gitu. Gue bakal bikin Laurels banyak ngomong malem ini."

Flashback End

"Kenapa kalian harus ngelakuin semua itu ke gue, sih?" Kini Laurels angkat bicara.

"Karena kita diawasin, Rels. Temen bokap gue nyamar jadi guru, petugas kantin, satpam, dan mungki beberapa murid di sekolah kita yang gue sama sekali nggak tau. dan asal lo tau? Bokap gue bahkan nyamar jadi petugas yang ngawasin CCTV sekolah kita!"

"Tapi kenapa harus gue yang diincer? Salah gue apa ke bokap lo?" Keingintahuan Laurels semakin menjadi-jadi,

"Mengapa lo suka sama gue?"

"dan kenapa lo nggak bilang sejak awal?"

Daniel terdiam, mencerna satu-persatu pertanyaan yang dilemparkan Laurels ke arahnya. Ia menundukkan kepalanya, mengacak rambutnya kasar.

"Nyokap lo pernah bikin salah sama bokap gue. Sebelum nyokap lo nikah sama bokap gue, nyokap lo pernah pacaran sama bokap gue 7 tahun. Karena nyokap lo nggak tahan sama sikap bokap gue yang keras kepala, akhirnya nyokap lo mutusin buat ngeudahin hubungan mereka dan pergi ke Amerika. Asal lo tahu, Rels? Bokap gue bahkan datengin nyokap lo ke Amerika, nyiksa nyokap lo karena nggak terima sama keputusan nyokap lo yang sepihak. Bahkan, setelah nyokap lo nikah dan lo lahir, bokap gue masih ngusik kehidupan nyokap lo."

Tak terasa air mata telah membasahi wajah Daniel. Padahal tidak biasanya ia bisa menangis seperti ini.

Sedangkan Laurels, ia mencoba kembali memutar masa lalunya.

BERSAMBUNG

Be My Mistake (The Story of CEGIL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang