19. I Want You to be My Mistake

341 29 2
                                    

"Jadi kesalahan gue, ya?"

- BE MY MISTAKE (The Story of CEGIL)

[Author POV]

'DRRRTTTTT'

Ponsel bergetar dengan sendirinya, tanda bahwa ada panggilan masuk. Layar hitam itu tampak berkedip kedip. Laurels yang mengetahui itu segera mengangkatnya.

"Halo?" Laurels memulai pembicaraan.

"Lo belom tidur?" Suara berat itu menjawabnya dengan lembut.

"Ya, menurut lo? Kalo gue tidur ngapain gue angkat telpon dari lo, pea." Seru Laurels sambil menekankan bagian akhirnya.

"Coba buka jendela lo, deh?"

"Mau ngapain, anjir? Mesum lo, ya!" Laurels seperti tampak bergidik ngeri menyaksikan dari jauh tirai jendela kamarnya yang bergoyang-goyang tertiup angin.

"Yaelah, bentar doang. Gue mau liat muka jelek lo."

"Kangen lo ya sama gue?" Laurels berdecak membuat si pemilik suara -aka Nathaniel Casvy tertawa di buatnya.

"Ngapain kangen sama monyet? Udah buruan buka jendela lo! "

"Yaudah, iya." Laurels pun membuka jendela kamarnya, disana terlihat seorang lelaki tinggi sedang berdiri menatapnya, dialah Nathaniel Casvy yang sudah berdiri tegap di atas balkon kamarnya.

"Hah, anjir monyet kebun binatang lepas!" Ejek Laurels berteriak.

Casvy yang mendengar itu hanya tersenyum kecil.

"Lo monyetnya!" Casvy balas mengejeknya.

"Tapi, baju lo cocok sama lo." Laurels tertegun mendengar perkataan Casvy.

Sejenak ia mengalihkan fokusnya pada dress putih yang ia kenakan. Tidak salah dengarkah ia? Seorang Nathaniel Casvy memujinya? Ini adalah hal yang sangat langka. Mengingat insiden terakhir kali Casvy memarahinya karena pulang terlalu larut malam. Laurels menutup teleponnya dan memasukkannya kedalam saku jeans pendeknya.

"Oke, tujuan gue ngajak lo ngobrol sebenernya gue mau minta maaf sama lo." Casvy mulai mengungkapkan perasaannya yang terdalam.

"Jujur gue kesepian malam itu. Gue bingung karna nggak ada seorang pun yang bisa gue ajak ngobrol. Gue juga nggak bisa ngehubungin Erico, Jovan, sama Ferrel. Sementara malam itu juga lo ngilang entah ke mana. Makanya gue marah-marah. Gue cuma ngerasa bosan aja. Lo tau sendiri kan gue nggak suka sendirian?"

Laurels tertawa mendengarnya.

"Oh, jadi lo kesepian?" Nada bicaranya terdengar mengejek.

"Oke deh kalo gitu. Gue ngerti. Yaudah, gue mau tidur. Gue males banget kalo telat sekolah besok." Laurels hendak menutup jendelanya, namun pertanyaan Casvy menghentikan aktivitasnya.

"Rels, soal kejadian di ferris wheel itu, ada yang lo mau sampein ke gue?"

Hening. Laurels hanya terdiam. Tak mengatakan sepatah kata pun, Laurels memutuskan untuk kembali membuka jendela kamarnya.

"Ah, soal itu? Kata lo cuma Kesalahan, kan? Yaudah." Ulang Laurels meyakinkan, Casvy hanya mengangguk pelan.

"Lo yakin itu cuma kesalahan?" Tanya Casvy dengan nada serius.

"Ya, memangnya apalagi selain kesalahan? Lo nggak berpikir gue ada perasaan spesial ke lo, kan?" Laurels balik bertanya.

"Ada juga sebenernya nggak masalah, sih." Balas Casvy santai.

"By the way, soal ferris wheel, makasih banyak, ya. Lo orang pertama yang bisa gue ajak naik ferris wheel selain bokap gue. Gue berutang banyak sama lo."

"Sama-sama. Gue juga seneng bisa naik wahana itu bareng sama lo. Jujur, itu pertama kalinya gue naik ferris wheel." Ungkap Casvy tersenyum.

Entah mengapa Laurels seperti melihat Casvy agak berbeda malam ini. Tak pernah sekalipun ia melihat Casvy berbicara seserius ini kepadanya. Rasanya sangat aneh, sekaligus asing. Ia merasa seperti sesuatu merayap masuk ke dalam hatinya dan entah mengapa rasanya tidak nyaman.

"Vy," Panggil Laurels saat Casvy hendak menutup jendelanya.

"Ya?" Balas Casvy mengurungkan niatnya untuk menutup jendela.

Laurels menatap kedua matanya penuh perasaan, bibirnya bergetar, seperti tidak mampu mengatakan apa yang ingin dikatakannya.

"Jadi kesalahan gue, ya?"

"Ha? Maksudnya?" Tanya Casvy tidak mengerti.

"Kata nyokap gue, cinta itu kesalahan. Gue nggak tau kesalahan apa yang nyokap gue maksud, tapi nggak tahu kenapa setelah kejadian di ferris wheel, gue ngerasa kayak gue ngelihat lo beda. Kalo emang kejadian waktu di ferris wheel buat lo adalah suatu kesalahan, lo mau nggak jadi kesalahan gue untuk seterusnya?" Beningnya masih menatap pria di depannya itu nanar.

"Rels, jujur gue masih nggak ngerti maksud lo apa." Ujar Casvy mengangkat kedua alisnya bingung.

"Gue nggak tau apa yang sebenernya gue rasain, tapi gue mau ngelakuin banyak kesalahan sama lo. Gue mau ngabisin masa muda gue sama lo. Gue nggak tau bilangnya gimana tapi rasanya gue-"

Laurels mencoba melanjutkan perkataannya, "gue sayang sama lo."

Casvy menatap Laurels terkejut, seakan-akan tak percaya pada perkataan seorang Laurels Greisy barusan.

"Rels, lo nggak inget perjanjian sama nyokap lo?"

"Gue inget," balas Laurels sendu.

"Terus? Lo mau ngelanggar gitu aja?" Tanya Casvy memastikan.

Laurels mengangguk, mengiyakan pertanyaan Casvy.

"Lo yakin?" Tanya Casvy sekali lagi.

"Iya." Balas Laurels singkat.

"Konyol nggak sih gue?" Laurels mengusap matanya yang mulai basah, sambil berusaha tertawa di depan Casvy.

"Konyol banget. Sumpah Rels gue nggak tau apa yang lo pikirin. Kenapa lo tiba-tiba jadi kayak gini dan-" Laurels memotong perkataan Casvy.

"Lo mau nggak jadi kesalahan gue?" Tanya Laurels dengan wajah datar.

"Lo? Rels, please pertanyaan lo itu-" Laurels memotong lagi perkataan Casvy.

"Gue tanya lo mau atau enggak?" Kali ini Laurels bertanya dengan nada lebih tinggi.

Disisi lain, Casvy tampak kebingungan berada di situasi seperti ini. Ia seakan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Laurels. Ia mengusap rambutnya sendiri dengan kasar, lalu memberanikan diri untuk mengatakan yang sejujurnya tentang apa yang dirasakannya selama ini pada Laurels.

"Sorry, Rels. Gue nggak mau jadi kesalahan lo. Jujur, gue belom tau perasaan gue sendiri ke lo gimana. Karna sejauh ini lo cuma temen sekaligus tetangga buat gue. Nggak pernah lebih dari itu."

Mata Laurels membulat, tidak menyangka bahwa Casvy tidak pernah menyimpan rasa apapun padanya selama ini, hanya dia yang memiliki perasaan tersebut seorang diri.

"Cuma temen sekaligus tetangga?" Tanya Laurels mengonfirmasi perkataan Casvy.

Sementara Casvy hanya menatapnya lesu, "Sorry, Rels."

Lagi-lagi kata-kata itu yang keluar dari bibir Casvy.

"Terus maksud lo gue sendiri gitu yang punya perasaan konyol ini?" Laurels angkat bicara.

"Sorry. Cuma itu yang bisa gue sampein." Casvy menutup jendelanya begitu saja dan meninggalkan Laurels seorang diri di depan sana.

Mendadak tubuhnya melemas, Laurels yang sebelumnya selalu terlihat kuat kini mersimbah lutut di atas lantai kamar tidurnya yang dingin.

"Bodoh banget lo, Laurels! Gimana bisa lo nyatain perasaan lo ke Casvy kayak tadi?" Ujarnya pada dirinya sendiri.

Laurels mengacak-ngacak rambutnya, air mata terus keluar dengan derasnya, seakan malam ini adalah malam terpahit baginya.

"Sumpah, lo jahat banget, Nathaniel Casvy." Lirihnya pelan.

BERSAMBUNG

Be My Mistake (The Story of CEGIL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang