51. mepet

0 0 0
                                    

"mepet gimana ya ri. jawab pertanyaannya aja besok bukan hari ini. kenapa mepet coba? Sana bertanya kepada sahabatnya. riri."

"mepet karena waktunya gak cukup na. kalau aku belajar hari ini terus aku gak bisa jawab pertanyaan buat besok gimana? gara-gara waktunya mepet. kata riri."

"kalau kamu emang gak bisa jawab pertanyaan buat besok. ya udah kalau gitu aku bantuin besok di sekolah. kata sana."

"berarti jadi dong kamu bantuin aku? Riri juga bertanya kepada sahabatnya. sana."

"jadi ri. kata sana lagi."

"cuman aku aja kan na. disha enggak jadi kamu bantuin kan? Riri bertanya kepada sana."

"iya gak jadi. soalnya dia kan pengen belajar hari ini meskipun waktunya mepet."

Siang harinya. waktunya pelajaran terakhir dan pelajaran hari ini adalah pelajaran IPS.

"udah siang nih. tapi dari tadi kita gak ketemu sama evir sama sekali. padahal kan kita satu sekolah sama dia. ujar riri."

"besok kali ketemu sama dia di sekolah. kata disha."

"kayanya kita emang susah ya buat ketemu sama si evir itu. kata sana."

"iya. lagian emang susah banget ya ketemu sama tu anak perasaan di sekolah. padahal kita satu sekolah lho sama dia. tapi susah banget ketemu sama dia. ujar riri lagi."

"gimana mau ketemu sama evir. orang yang sekolah di sini banyak bukan cuman kita bertiga, sama evir yang sekolah di sini. tapi banyak orang yang sekolah di sini. kata disha lagi."

"terus dis gimana caranya kita bisa ketemu sama dia. kalau buat ketemu aja susah. kata riri."

"caranya kita harus ke kelasnya evir kalau besok kita gak ketemu lagi sama dia di kantin. kata disha."

"kita ke kelas dia dis. aku gak mau ya ke sana."

"kalau kamu gak mau ke kelasnya dia. terus gimana caranya kita ketemu sama evir di sekolah."

"kamu ke sana aja, tapi kamu jangan sendirian ke sana. kamu ke sana sama sana aja. sana juga harus ikut."

"ngapain aku harus ikut sih. lagian yang punya kepentingan sama evir kan bukan aku tapi kalian berdua. soalnya kalian berdua kan temennya dia waktu SD. kata sana."

"gini aja deh biar gak ribet. aku sama riri aja ke kelasnya dia. kamu gak usah ikut na. kamu di kelas aja. kata disha lagi."

"gak bisa gitu dong dis. soalnya aku gak mau ikut. kata riri."

"oh. gak mau ikut. ya udah aku gak bakal bantuin kamu soal crush kamu. karena cuman lewat evir yang bisa bantuin kamu soal cowok yang kamu suka. kata disha."

"kok malah ngancem sih dis. bisa gak sih. gak usah pake acara ngancem segala. kata riri lagi."

"kalau gak ngancem kamu pasti gak mau ikut. kata disha lagi."

"emang."

"ya udah deh gak jadi ya bantuin kamu lewat evir."

"eh. jangan gitu dong dis. bantuin aku ya plis. kalau kamu gak mau bantuin aku. siapa yang mau bantuin aku."

"diri kamu sendiri lah."

"gak bisa kalau aku bantuin diri sendiri."

"kalau gak bisa berarti kamu masih butuh bantuan aku dong? Disha bertanya kepada riri."

"iya."

"kalau gitu kamu harus nurut sama aku."

"nurut gimana dis? Riri juga bertanya kepada disha."

"ya nurut sama aku ri. jadi kamu itu harus ikut aku ke kelasnya evir pokoknya. kalau kamu gak mau. ya udah aku gak bisa bantu apa-apa."

"oke-oke aku mau ikut kamu ke kelasnya evir."

"gitu dong dari tadi ri. masa harus nunggu diancem dulu baru langsung mau ikut."

"kan aku mau ikut juga karena kepaksa kali dis. tapi sana beneran gak ikut kan?."

"iya dia gak ikut. soalnya kan gak ada kepentingan di sana."

"aku gak ikut ada alasannya kok. ujar sana."

"alasannya apa na? Riri bertanya kepada sahabatnya. sana."

"alasannya karena evir teman kalian bukan teman aku. itu alasan yang pertama ya, kalau yang kedua: takutnya kalau aku ikut ke sana malah jadi canggung. karena aku bukan siapa-siapa di sana. ujar sana lagi."

"berarti kamu di kelas sendirian dong na? Riri bertanya kepada sahabatnya. sana lagi."

"enggaklah. kan di kelas ada anak-anak. jadi aku gak sendirian kok."

"Dis. ke kelasnya evir jangan lama-lama ya? Riri bertanya kepada sahabatnya. disha."

"ya elah ri. kita aja belum ke sana lho tapi kamu malah ngomong kaya gini sama aku. kata disha."

"soalnya kan dari awal aku gak pengen ke sana. tapi karena kamu ngancem aku. aku terpaksa pengen ikut ke sana, padahal aslinya males. kata riri."

"Ri. bukan cuman kamu aja yang males aku juga males kok. lagian kita ke sana karena kita butuh evir supaya bisa bantuin kamu. kata disha lagi."

"Dis. kita ke kelasnya evir kapan? Riri bertanya kepada sahabatnya. disha lagi."

"besok deh kayanya. tapi gak tau sih."

"kok malah gak tau dis? Riri bertanya kepada disha."

"soalnya kita kan belum ketemu sama evir sama sekali di sekolah. terus besok kita coba di sekolah. kita ketemu gak sama dia di sekolah. kalau kita ketemu sama dia di sekolah. kita gak usah ke kelas dia, dan kalau kita gak ketemu sama dia. baru kita langsung ke kelas dia."

"oh. kata riri lagi."

"semoga besok kita ketemu sama dia ya dis di sekolah. biar kita gak perlu ke kelas dia."

"amin ya allah. soalnya aku males ke sana dis kalau kita gak ketemu sama dia di sekolah."

"Ri. kamu masih inget kan kita berharap kita ketemu sama dia di mana? Riri bertanya kepada disha lagi."

"di kantin sekolah."

"bagus deh kalau kamu inget. berarti kamu gak lupa artinya."

Bel di jam pelajaran terakhir sudah selesai dan bel pun langsung berdering karena sudah waktunya mereka pulang sekolah. Disha dan riri langsung pulang ke rumah masing-masing, kecuali sana. karena dia mengikuti ekstrakulikuler PMR di sekolah.

Di rumah sunja. disha yang baru sampai di rumahnya langsung melepas sepatu dan juga kaos kakinya. selesai melepas sepatu dan kaos kakinya. disha langsung masuk ke dalam rumah dan mengucapkan salam. mendengar suara putrinya sudah pulang. Isha langsung menghampiri putrinya itu dan isha langsung menjawab salam dari putrinya itu.

"Akhirnya kamu udah pulang dis. oh iya dis. gimana pelajaran pertama di sekolah? Isha bertanya kepada putrinya."

"anak baru pulang sekolah yang ditanya sama mamah malah pelajaran sekolah. ujar disha."

"mama penasaran sama pelajaran kamu di sekolah dis. kata isha."

Disharmonious family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang