63. desek-desekan

1 0 0
                                    

"kalau kantin rame terus kaya gini, mending kita nunggu sampe sepi aja deh, soalnya aku males desek-desekan sama orang banyak kaya gini. kata disha."

"nunggunya sambil duduk dikursi dong, karena gak mungkin kan kita nunggu sambil berdiri kaya gini. kata sana."

"iya. kata disha lagi."

Disha, sana, dan riri langsung duduk dikursi kantin. saat mereka sedang duduk di kantin. tiba-tiba ada orang yang menghampiri mereka bertiga di kantin.

"hai. kata evir dan razam."

"bener kan kataku, pasti aku ketemu lagi sama razam, soalnya kita satu sekolah. apalagi razam udah tau aku sekolah di sini juga. riri berbicara dalam hati."

"hadeh. kenapa ketemu sama evir lagi sih, pengen ngehindar tapi gak bisa soalnya kita satu sekolah. Disha juga berbicara dalam hati."

"hai vir, hai zam. kata riri."

"dih. bukannya riri masih kesel sama evir gara-gara aku kesel sama evir ya. tapi ini kok riri tiba-tiba jadi baik kaya gini. aneh. kata disha."

"Sana, disha. sapa mereka juga dong. kata riri lagi."

"hai. kata disha terpaksa."

"males banget aku nyapa mereka, tapi ya udahlah. aku nyapa mereka aja, supaya disha sama riri gak curiga. ujar sana."

"Na tinggal kamu yang belum nyapa. kata riri."

"hai salam kenal aku sana teman disha dan riri waktu SD. kata sana."

"aku evir, dan ini temenku razam dari Sd. kata evir."

"kalian berdua temennya disha sama riri dari SD kan? tapi SD Probolinggo ya bukan di bangil. Sana bertanya kepada evir dan razam."

"kamu tau darimana? evir juga bertanya kepada disha."

"Aku yang ngasih tau. kata disha."

"Aku wes eroh lek evir lan razam pernah tinggal nang Probolinggo, tapi awakku malah tanya mereka. Sana berbicara dalam hati."

"Sana wes eroh lek aku tau nang Probolinggo, teros lapo areke takok. evir juga berbicara dalam hati."

"Sana pura-pura ora kenal karo aku lan evir, tapie aku lan evir kenal areke. razam berbicara dalam hati."

"Awakmu karo disha lan riri cepet akrab yo? Evir bertanya kepada sana."

"iyo, soale kenal dari SD di Probolinggo. oh iyo awakmu isok basa jawa? kata sana."

"isok. soale Probolinggo iku kan isok basa jawa pisan kaya nang Bangil. kata evir."

"buset. Aku, riri, karo razam dikacangin dan mereka malah asik ngobrol di kantin. Disha berbicara dalam hati."

"wingi. sana seng dadi nyamuk nang kantin, saiki wes gantian aku, disha, karo razam seng dadi nyamuk nang kantin. riri juga berbicara dalam hati."

"weh. kita gak diajak ngobrol nih? malah asik ngobrol sendiri lagi. Disha bertanya kepada sana dan evir."

"gantian dis. kemarin kan kamu yang ngobrol, sekarang gantian aku yang ngobrol sama evir. kata sana lagi."

"kalian udah mesen makan belum? Razam bertanya kepada disha, sana, dan riri."

"belum. kantin masih rame. kata disha."

"kalau kantin udah sepi, kita mesen makanan bareng ya? Evir juga bertanya kepada disha, sana, dan riri."

"boleh. kata riri."

"Riri kok malah bolehin sih. kan aku belum jawab. Disha berbicara dalam hati."

Tiba-tiba kantin mulai sepi. Disha, riri, sana, evir, dan razam langsung memesan makanan di kantin.

"Ri. kamu kenapa bilang boleh sih? disha bertanya kepada riri."

"emangnya kenapa? Riri juga bertanya kepada disha."

"malah nanya lagi. kamu pasti tau kan kenapa? Disha bertanya kepada riri lagi."

"pasti karena kamu masih marah sama evir kan? Riri bertanya kepada disha."

"itu tau terus kenapa kamu nanya? Disha bertanya kepada sahabatnya. Riri."

"aku cuman nanya doang. kata riri lagi."

"Tapi aku gak mau mesen makanan bareng evir gimana dong? Disha bertanya kepada sahabatnya. Riri lagi."

"kamu jaga jarak aja sama evir jangan deket-deket sama dia kalau kamu gak mau bareng sama dia. kata riri."

"oke. kata disha."

Disha langsung mengjaga jarak dengan evir.

"kenapa jaga jarak? Evir bertanya kepada disha."

"gak papa. kata disha lagi."

"Aku tau dis kamu jaga jarak karena kamu masih marah sama aku, dan kamu gak mau deket-deket sama aku mangkanya kamu jaga jarak. evir berbicara dalam hati."

Tiba-tiba riri mendekati razam.

"Zam awakmu mesen opo? Riri bertanya kepada razam."

"panganan. kata razam."

"Aku ero awakmu mesen panganan. tapi maksud aku iku awakmu mesen panganan opo? Riri bertanya kepada razam lagi."

"panganan kaya biasae nang kantin. kata razam lagi."

"panganan razam nang kantin biasae iku opo yo? aku ora ero. riri berbicara dalam hati."

Tiba-tiba makanan yang dipesan oleh disha, riri, sana, evir, dan juga razam sudah jadi. mereka langsung mengambil pesanan itu. selesai mengambil pesanan itu. mereka langsung duduk dikursi. evir duduk di samping disha, riri duduk di samping sana dan razam.

tiba-tiba disha pindah kursi karena dia tidak ingin duduk dekat dengan evir.

"Dis kok malah pindah sih? Riri bertanya kepada sahabatnya. disha."

"aku lagi pengen duduk sendiri, mangkanya pindah. kata disha."

Ternyata di kantin masih ada kursi yang kosong waktu kantin sepi dan karena kantin sepi. Disha langsung pindah dikursi yang kosong.

"aku juga ikutan deh. kata riri."

Riri langsung pindah ke kursi yang ditempati oleh disha. riri duduk dikursi yang kosong.

"Na awakmu pindah pisan yuk! daripada awakmu karo evir lan razam. apalagi pean wedok dewe nang kono. kata riri lagi."

"iya. aku pindah. kata sana."

"iki wedok-wedok opoo seh? sijine pindah dua-duane ikut-ikutan. Razam bertanya kepada evir. sahabatnya."

"polae disha masih ngamok karo aku zam, mangkane awake pindah. ujar evir."

"teros konco-koncone disha lapo melok pindah pisan? Razam bertanya kepada evir. sahabatnya."

"riri kan pisan ngamok karo aku zam. ujar evir lagi."

"lek Sana melok pisan ngamok karo awakmu vir? Razam bertanya kepada sahabatnya."

"Awakmu kan wes ero lek aku, awakmu karo sana pisan. lagi onok masalah. mangkane sana melok pindah. kata evir."

"tapie vir sampe kapan kene onok masalah karo disha lan riri? Razam bertanya kepada sahabatnya lagi."

"sampe disha karo riri maafin aku. kata evir lagi."

"seng salah bapakmu, tapi disha karo riri ngamok karo awakmu. kata razam."

"aku pisan salah polae nyembunyiin kesalahan papah."

"aku pisan salah vir polae gak isok bantu opo-opo. kata razam lagi."

"Awakmu gak salah zam. Soale aku ngerti awakmu pengen supoyo aku isok akur karo mereka. tapi mereka masih ngamok karo aku."

"semoga aja kamu bisa bikin mereka maafin kamu vir, dan kalian bisa deket lagi kaya dulu."

"Amin."

Disharmonious family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang