-37-

143 3 0
                                    

vote nya atuu guyss, sumvahh w gak gigit kok 🌚

Happy Reading!

•••

"Sayangg....???" Aksa membuka pintu rumah dengan harapan bahwa Ona sudah pulang terlebih dulu sebab Aksa yang tak melihat gadis itu di sekolah. Hatinya kian mencelos saat tak melihat sepatu Ona di rak sepatu.

Tapi, meski begitu Aksa masih berpikir positif dan berjalan masuk untuk memeriksa Ona di kamarnya. Barang kali gadis itu membawa sepatunya ke lain tempat dan si pemiliknya sedang selonjoran di sofa kamar saat ini.

CEKLEK

Hatinya kian berdenyut saat melihat kondisi kamar yang masih rapi tak berpenghuni.

"Sayang...?? Kamu di mana? Belum pulang??" monolognya bak orang bodoh karena terus bertanya padahal jelas-jelas di sana tidak ada siapapun selain dirinya.

Pasalnya sejak tadi Aksa menelepon, istrinya itu tidak sekali pun menjawabnya bahkan ponselnya pun tidak aktif. Aksa tentu cemas, setelah insiden terciduk bahwa ia berpelukan dengan Lena dirinya belum menjelaskan apapun pada gadis itu. Aksa takut Ona salah paham dan marah walaupun Aksa meragu jika Ona benar marah padanya mengingat gadis itu tidak pernah bersikap demikian selama ini.

Aksa duduk di tepi ranjang dengan gamang. Hatinya gelisah, kosong, dan marah. Marah pada dirinya sendiri.

Merasa ingat bahwa tadi Ona tidaklah sendiri, Aksa bergegas meraih ponselnya dan mencari nomor seseorang untuk ia tanyai.

"Paan?"

Judes bener kayak bukan temen sendiri aja.

"Tadi siang Ona bareng lo kan? Kok gak ada di rumah? Lo anter dia ke mana?" tanya Aksa to the point pada Abram yang merupakan lawan bicaranya.

"Gak taulah. Kok nanya gue, lo kan lakinya kocak!" sarkas Abram membuat Aksa berdecak, "Lo anterin Ona ke mana? Gue suaminya dan berhak tahu keberadaan dia! Jangan main rahasia-rahasian sama gue."

"Baru nyadar kalo elo suaminya? Tadi siang malah selingkuh lo sama Cimey! Lo pikir Ona gak punya hati??? Hatinya tercabik-cabik kayak di cakar harimau katanya, lo malah keenakan berduaan sama Cimey!" cerocos Abram yang gaya omongnya udah mirip Ona, mana manggil Lena pakai sebutan Cimey lagi.

"Justru itu gue mau minta maaf. Gue mau jelasin semuanya dan gue udah lepasin Lena sepenuhnya. Gue gak mau berantem sama elo, Bram. Gue malah mau berterima kasih karena udah nemenin Ona di saat gue malah buat dia sakit. Gue sadar mungkin lo juga marah sama gue, Bram. Tapi, gue pengen ketemu Ona... Gue mau minta maaf... "

Abram tidak langsung menjawab hingga Aksa berpikir jika temannya itu mematikan sambungan telepon secara sepihak, namun tidak. Sepertinya Abram tengah memikirkan apa jawaban yang seharusnya lelaki itu keluarkan.

"Sa, lo tau gak kalau selama ini Lena gangguin Ona?" hingga pertanyaan itu keluar membuat Aksa termangu. Ia tahu, namun ia belum bertindak. Mengingat sebelah pipi Ona yang memerah tempo hari dan pengakuan gadis itu sendiri yang mengadu padanya mengenai Lena yang mengganggunya, namun Aksa tak berbuat apa-apa seperti orang bodoh yang seolah menikmati penderitaan istrinya sendiri.

"Gue tahu..."

"Terus kenapa diem aja?? Hari ini gue mergokin Lena abis nampar Ona. Lo bisa bayangin gimana sakitnya?? Gue gak nyangka lo sebego ini, Sa. Apalagi setelah lihat lo pelukan sama Lena__"

FRIONAKSA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang