bismillah dulu yuk. jangan lupa vote dan komen dongg 😾
Happy Reading!
•••
"Lena nya ada?"
Semua pasang mata menatap ke arah pintu dengan kondisi yang sangat hening. Semuanya saling lirik untuk meminta jawaban, namun tak ada yang menyahut hingga Abram ikut buka suara, "Lena nya ada di mana?" tanyanya setelah sadar bahwa gadis yang mereka cari tidak ada di kelas.
"Eung... Eumm, tadi sih keluar sendirian," balas Dira yang merupakan teman terdekat Lena.
Tanpa menjawab apapun Aksa pergi untuk mencari Lena yang sekiranya ia tahu di mana keberadaan gadis itu.
"Lo mau cari dia ke mana, Sa?" tanya Abram berusaha menyusul langkah Aksa yang lebar, "Ke mana aja yang penting ketemu," Aksa menaiki lantai dua di mana ada beberapa ruangan kosong di sana.
"Ngapain ke sini? Ketauan guru mampus nih kita. Gue yakin sih dia ada di toilet atau gak di taman belakang," seru Abram yang tidak di gubris oleh Aksa.
"Iya, begitu maksud gue. Lo bisa gak? Ntar bayarannya gampang itu."
"Kapan maunya?"
"Lo bisanya kapan? Gue sih mau nya ntar istirahat ya. Terus yang lo ajakin pulang juga hari ini, gue gak sabar lihat dia mohon-mohon minta di pulangin."
Langkah Aksa dan Abram kontan berhenti saat mendengar suara familiar yang tak jauh dari sana. Asalnya pasti dari ruang kelas yang kosong diujung sana.
Perlahan namun pasti Aksa serta Abram berjalan mendekati ruang kelas tersebut sehingga membuat suara yang tadi di dengarnya kian bertambah jelas.
"Gue belum kenal jelas orangnya. Yang mana sih? Ada fotonya gak?"
"Bentar, gue minta Dira dulu."
Aksa mengintip dari balik jendela yang terhalang beberapa meja dan kursi sehingga kehadirannya tidak akan mereka sadari. Di sana terlihat presensi Lena yang tengah mengobrol dengan seorang lelaki yang ternyata Dimas. Ya, lelaki yang hendak memerkosa Lena tempo hari.
Aksa tak habis pikir saat melihatnya. Bisa-bisanya Lena masih berkomunikasi baik dengan lelaki yang nyaris melecehkannya itu.
"Udah gue kirim fotonya. Gimana? Gampang kali kalo dia. Orangnya bolot gampang banget di begoin," Lena tertawa saat Dimas tengah menatap foto yang baru saja Lena kirim untuk menjadi targetnya.
"Tadi siapa namanya lo bilang? Friona?" Dimas mengangkat kepalanya. Lena mengangguk, "Iya. Sekarang tuh anak temenan sama Sania."
"Gampang kali ini, asal bayarannya sesuai. Pulang sekolah langsung gue ajak ke kamar."
"Anjing tuh anak! Gak ada otak!"
Aksa menoleh saat umpatan itu terdengar jelas di samping telinganya. Ternyata Abram sama marahnya seperti dirinya.
"Sa, gue gak tahan, kita sikat aja mereka. Lo bagian Lena, biar gue yang hajar si Dimas bangsatt!"
Aksa cuma bisa diam. Ini benar Abram kan? Kok bisa semarah ini hanya karena menyangkut Ona?
Jadi... Benar ya, kalau Abram sesuka itu sama Ona?
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIONAKSA [SELESAI]
Teen Fiction"Punya bini bisa agak pinteran dikit gak sih?" _____________________________________________ Aksa Namura, sosok lelaki berandal, banyak tingkah, dan hobi membolos itu dipaksa menikah dengan gadis polos setengah bloon yang ternyata merupakan gadis ya...