Alien-33

25 9 2
                                    

Varel mengepalkan tangannya dengan erat, ia tak suka saat mendengar Victor mengucapkan kata-seperti itu. Lihatlah sekarang. Tera telah mendengar jika dirinya seorang gay, bagaimana jika nanti Tera malah menjauh darinya.

Padahal dirinya belum mengatakan perasaannya pada Tera, selama ini ia terlalu takut untuk jujur. Takut Tera akan menganggapnya seorang yang menjijikkan da bahkan mungkin saja setelah ia mengatakan hal ini dengan jujur tiba-tiba saja Tera akan menjauhinya.

"Tera, kuharap kau tidak menjauhi aku, aku suka padamu ..."

Victor mengangguk, sekarang ia tahu siapa orang yang berada didepannya ini. Dia bukanlah anaknya melainkan seorang pemberontak! "Kau tahu Varel, kau sudah keterlaluan. Kau pikir tindakan mu ini tidak akan di berikan hukuman? Kabur dari rumah dan bahkan mengubah asetku menjadi milikmu, sungguh berani. Kemarilah, aku akan mengurangi hukumannya jika kau menyerahkan diri, tapi jika kau tidak menyerahkan dirimu maka aku tidak akan melepaskan mu selama selamanya,"

Percayalah, ia akan mengurung Varel dan membawa anak itu jauh dari negara ini, menjadikan sosok anaknya itu kembali seperti laki-laki pada umumnya. Suka dengan wanita dan bahkan mungkin akan sangat jijik untuk berdekatan dengan laki-laki.
Pastinya dengan caranya sendiri.

"Bermimpi lah!" Varel menendang dada ayahnya itu hingga sang empu terdorong ke belakang, ia juga segera menendang tangan ayahnya yang memegang benda seperti remot itu.

Rendy menunjukkan benda itu berarti itu adalah benda berharga.

Berhasil! Remot itu seketika tenang dan mendarat sempurna di dekat Piyo.

"Kurang ajar! Kau memang ingin merasakan apa itu pelajaran dari ayahmu ini!" Victor menampar anaknya itu dengan geramnya, dia pikir siapa yang hebat di sini. Varel hanya anak ingusan yang belum sebanding dengan dirinya.

Mungkin Varel bisa bela diri tapi dari siapa dia belajar itu, dari dirinya juga.

Varel menggelengkan kepalanya cepat, tinju dari Victor tak main-main. Ia mengakui jika Victor adalah orang yang hebat. Tapi tak mungkin ia menyerah begitu saja.

Di sisi Tera, ia meringis saat melihat Victor dan Varel melawan satu sama lain. Apalagi melihat Varel lah yang banyak kali di pukuli oleh Victor.

"Bokapnya Varel nggak punya hati! Sialan! Ra, kita harus cepet. Elo ambil remotnya. Gua akan coba bantu Varel.  Cepet bebasin Piyo!"

Tera mencengkram tangan Rendy,"Jangan, Oren. Dia bahaya. Gua takut Oren kenapa-napa. Varel bisa bela diri sedangkan kita enggak!"

"Gua tahu, tapi elo nggak kasihan sama dia? Dia udah mau kalah, pokoknya elo harus cepet bebasin Piyo. Lava elo jaga Tera, gua akan tolong Varel bentar!"

"Oren!" Tera menghentakkan kakinya kesal melihat Rendy yang sudah pergi ke arah Victor itu.
"Lava, elo harus terus jaga Piyo, kasih dia energi, gua akan ambil remotnya."

Lava mengangguk, ia dengan sekuat tenaga memberikan energinya pada Piyo agar Piyo tak mati. Tubuh Piyo yang tadinya membaik kini semakin berubah menjadi ungu pucat. Mungkin tegangan listrik ini begitu tinggi jadi tenaganya tak dapat menyembuhkan Piyo sepenuhnya.

Piyo harus dibebaskan dengan cepat.

Entah kemana ketakktk Rendy sebelumnya tapi sekarang dia berani, ia menendang punggung Victor dengan begitu cepatnya hingga dia tidak menyerang Varel lagi.

"Apa lo! Lawan kita! Jangan keroyok dong!" Walaupun takut, Rendy tetap menunjukkan tinjunya.

"Tuan!" Erik membantu tuannya itu untuk bangun.

"Sial! Ternyata kau tidak sendiri?" Victor terkekeh, dari melihat orangnya saja dia tahu jika orang didepannya ini adalah orang yang biasa."Ah aku tahu, kau membawa kekasihmu itu! Menjijikkan, aku tahu kau seorang gay tapi pilihanmu sungguh sangat di luar nalar, jelek sekali," tidak bisakah Varel memilih laki-laki yang sedikit tampan atau lucu.

Bahkan memilih laki-laki saja anaknya itu tidak becus."Sungguh menjijikan."

Rendy melotot mendengar itu, dirinya yang tampan dan rupawan ini dikatakan jejel oleh Victor. Janda mala yang pernah menolaknya. Bahkan orang-orang mengantri ingin menjadi pacarnya."Gua nggak jelek ya anjing!"

Begitu pula den Varel, apa-apaan. Tidak sudi! Rendy bukanlah kekasihnya. Yang dia mau itu adalah Tera bukan Rendy! Siapa yang mau dengan orang sengklek, dan jelek seperti Rendy itu.

Bahkan jika dibandingkan dengan Tera ... tunggu! Bahkan dia tidak bisa dibandingkan dengan Tera'nya yang imut.

Victor tak peduli, ia hanya mengarahkan senjatanya pada Rendy."Jika dia mati bagaimana? Apakah kau sedih?"

"Woy! Main tembak-tembak aja! Jangan dong, gua belum nikah ini. Siapa yang ngurus kontrakan gua nanti kalo gua mati!"

Baiklah Rendy berkeringat dingin sekarang, hatinya terasa ingin meledak melihat senjata itu mengarah padanya."Sekali tembak langsung mati! Gua masih jomblo ..."

Matanya beralih menatap Varel dengan memelas, "Tolong gua Varel ..."

Sungguh tidak apa-apa, Varel tidak kebs jika Victor menembak Rendy. Bukan urusannya juga, tapi melihat Tera yang menatapnya memohon di sana, ia menjadi tak tega.

Tera berhasil membuka rantai itu, ternyata memang benar jika remot itu adalah gunanya sebagai alat penyiksaan dan untuk membuka rantai listrik ini.

Lava sudah memegang Piyo yang sangat lemah saat ini bahkan dirinya juga lemah karena banyaknya kehilangan energi.

"Varel tolongin Oren ..." Tera takut jika Rendy kenapa-napa."Nanti donatur gua kagak ada lagi, Udha tahu Emak pelit ..."

Melihat Varel yang hanya diam, Victor ingin menarik pelatuk itu.  Tapi sebelum itu terdengar suara tembakan. Ia juga merasa dadanya sakit.

"Tuan! Tuan muda Anda keterlaluan!". Erik segera menembakkan pelurunya ke Varel.

Varel menembak ayahnya sendiri. Sungguh anak yang tak berbakti.

"Cepat lari!" Varel berusaha menghindar, ia akan pergi ke mobil lebih dulu agar mereka bisa kabur dengan segera.

Rendy, Lava dan Tera juga tak kalah berlari dengan cepat, mereka takut tertembak oleh bawahan Victor itu.

"Cepat naik! Mereka mengejar kita!"

Puluhan bawahan Victor itu sudah sangat dekat. Mereka sudah kembali ternyata.

Mereka masuk ke dalam mobil, tak menunggu lama mobil melaju meninggalkan lokasi itu.

Mereka semua menghela nafas karena bisa lari.

"Gua takut banget ... kita di dalem taruhan nyawa tapi Jonson malah enakkan tidur di mobil!"

Entah kapan kucing itu berada di mobil tapi yang pasti syukurlah kucing itu tidak tertinggal.

Jika tertinggal bagaimana nanti dia menjelaskannya dengan Epa. Tera sungguh takut di pukul oleh emaknya itu.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALIEN (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang