"Rel, elu kenapa? Kenapa jalan elu kayak gitu?"
Tera terheran-heran dengan Varel yang berjalan aneh seperti itu. Baru saja Tera bangun dari tidurnya, pintu kos'annya di ketuk oleh seseorang dengan kerasnya.
Dan ternyata Varel lah orangnya.
Varel tak menjawab, dia memeluk Tera dengan isakan pelan.
"Lah! Rel! Elo kenapa?! Kenapa tiba-tiba aja nangis nggak jelas gini, jangan bikin gua takut dong!"
"Sebentar saja,"Varel memeluk Tera dengan eratnya."Randy sialan! Terkutuk lah kau Randy! Mati lah kau sana!"
Berani-beraninya Randy itu malah menodainya seperti ini, benar sekali. Randy telah melakukan hal yang tak pantas padanya. Bahkan mengingatnya saja Varel ingin muntah."Aku mencintaimu, Tera. Kenapa dia malah melakukan ini padaku. Bahkan aku di jadikan pihak bawah seperti ini."
Sungguh hari yang sial,"Seharusnya aku tidak mengikuti apa kata emak untuk tinggal di bersama dengan dia. Dasar tidak waras! Bagaimana ini? Bagaimana jadinya aku bisa bersama Tera jika Tera tahu aku bukan berada di pihak atas lagi ..."
Varel menggeleng."Tidak tidak tidak. Itu hanya kesalahpahaman. Dan aku akan tetap berada di pihak atas. Jangan ingatkan itu lagi."
"Rel, elu oke?"Tera menepuk punggung Varel saat ini. Sepertinya sahabatnya itu benar-benar dalam keadaan yang tidak baik.
"Tera, aku akan pulang ke rumah untuk beberapa hari. Aku ada urusan dengan perusahaan."
"O-ke ... nggak apa-apa kalo gitu,"Tera paham jika sekarang Varel adalah pemegang utama perusahaan ayahnya."Tapi kenapa harus izin dulu? Kan kalo mau pergi, pergi aja! Aneh si Varel!"
Setelah memeluk Tera sekali lagi, barulah Varel pergi dari sana dengan berjalan pelan. Sungguh rasanya sakit saat ini.
Sebenarnya itu hanyalah alasan yang di buat oleh Varel. Varel tidak mau bertemu dengan Randy lagi, dia benci laki-laki itu. Dan Varel berencana untuk menenangkan dirinya saat ini.
"Awas saja kau Randy! Aku akan membunuhmu nanti!"
Geram sekali dengan laki-laki itu, kenapa dia begitu berani melakukan ini padanya. Padahal mereka sama-sama laki-laki. Sudah Varel katakan. Dia menjadi gay karena untuk mengincar satu orang, yaitu Tera. Selain itu, Varel tak tertarik pada siapapun.
Setelah beberapa menit Varel pergi, tera di kejutkan dengan kedatangan Randy dengan seluruh wajahnya yang memar.
"Anjing! Oren kenapa! Kenapa bisa biru-biru gini sih! Kena begal apa kena apa ini!"Tera menyentuh wajah Randy yang babak belur saat ini.
Randy meringis, dia menjauhkan tangan Tera dari wajahnya."Kena pukul si Varel, Ra."
"Hah? Gimana maksudnya! Kenapa si Varel bisa mukul, Oren? Kalian berantem!"
Tadi Varel yang menangis, dan sekarang Randy pula yang babak belur.
"Gitu lah pokoknya."Randy hanya menghela nafas."Gua khilaf njir! Namanya juga laki-laki. Di tantang semakin jadi!"
Sakit sekali wajahnya saat ini karena di pukuli habis-habisan oleh Varel.
"Gimana bisa kalian berantem gini sih! Varel juga tadi sampe nangis gitu, kalian berantem apaan sampe segitunya!"
"Ada apa, Ra?" Epa yang harus saja tiba dari pasar bersama Lava sedikit mendengar pembicaraan mereka."Buju buset! Kenapa bisa muka lu jadi gitu, Randy!" Epa memegang wajah Randy dengan terkejut.
"Si Oren sama Varel berantem, mak! Tiba-tiba aja mereka dateng ke sini udah begitu! Si Varel tadi dateng ke sini sambil nangis-nangis!" adu Tera.
"Hah?! Elo apaan si Varel, Randy! Udah tahu tu anak lagi berduka, elu malah berantem sama dia! Tega banget jadi orang, lupa kalo dia itu udah jadi yatim! Lagian dia seumuran sama Tera! Bisa-bisanya elu berantem sama dia!"Epa menjewer telinga Randy saat ini.
Entah apa yang Randy lakukan hingga membuat anak orang bisa menangis seperti itu.
"Ampun, kak! Nggak sengaja, beneran dah. Nggak sengaja ... "Randy menepuk tangan Epa."Nggak mungkin gua kasih tahu ke mereka kalo gua udah unboxing si Varel! Nanti yang ada kak Epa malah tambah marah sama gua, gini nih kalo nggak bisa nahan diri! Kenapa sih nggak bisa nahan diri!"
Apalagi Tera mengatakan jika Epa tidak suka dengan hubungan sesama jenis seperti ini."Gua belum nyiapin alesan lagi buat jujur sama kak, Epa. Takut kak Epa salah paham nanti!"
Epa juga bingung saat ini,"Ni anak kenapa dah! Kenapa bisa berantem sama si Varel. Bukannya mereka harusnya jadi lebih baik. Masa berantem kayak gini! Gagak dong jadiin mereka kapal baru! Mana si Tera belum ada perubahan lagi sama Lava! Gini nih sudah bener mau nyariin orang yang sama-sama gengsi!"
Tera hanya menggeleng saja, saat ini dia Mecoba menghubungi Varel."Gua nggak tahu kalo dia lagi marahan sama, Oren. Kalo tahu bisa gua cegah. Biar mereka baikan lagi. Lagian kenapa tiba-tiba aja berantem sih. Emang mereka kurang deket, rapi nggak pernah berantem kayak gini. Sampe mukul-mukul. Jangan-jangan Varel yang nggak bisa jalan tadi karena kakinya parah lagi! Ya ampun, bahaya kalo gitu!"
Harus segera di tanyakan kondisi Varel saat ini,"Gimana kalo kakinya parah beneran! Kan nggak lucu! Benar juga, gua tadi ngeliat Varel kesakitan. Bodohnya elu Tera! Kenapa kagak di tanya lagi sih! Kan si Varel udah pergi sekarang."
Vote→ Comment →Follow

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...