Alien-32

42 13 4
                                    

Tera mengutuk dirinya sendiri saat ini. Kenapa ia malah membuat suara hingga mereka melihat kearahnya sekarang.

Dia menatap Lava yang juga menatapnya.

"Gimana nih?"ucapnya tanpa bersuara."Gua takut banget ..."

Varel tak bersama mereka sekarang, jika ada Varel maka pasti mereka ada yang menolong.

Mereka menutup mulut mereka agar tak bersuara. Bisa dilihat Victor semakin mendekat ke arah mereka.

"Untuk apa kau melakukan hal ini!"

Tera menoleh, ia terkejut saat melihat Varel yang tak jauh dari Victor.

"Kenapa Varel ada di ... emm!"

"Sssst! Diem, Ra!"

Mulut Tera dibekap oleh Rendy. "Gua akan lepasin tapi elu diem ya,"

Tera mengangguk, ia tidak akan berteriak, tapi kenapa bisa Varel berani seperti itu,"Oren! Kenapa Varel ..."

"Udah dengerin gua, Varel bilang kita harus lepasin Piyo, dia akan ngalihin perhatian tu orang. Jadi kita harus cepet, elo juga Lava. Elu harus lepasin temen elu itu!"

"Tapi ..."

"Nggak ada tapi-tapian, Ra. Varel sendiri yang nyuruh!"

Walaupun Varel masih marah padanya tapi sebelum itu mereka sudah membuat rencana.

"Ikut aku,"Lava segera berjalan mengendap-endap untuk sampai ke arah Piyo yang masih terikat di rantai listrik itu.

Tera berdecak, jika seperti maka tanggung sendiri akibatnya."Gua tahu dia bokapnya Varel! Tapi tu orang ada senjata di tangan dia, nanti kalo Varel ke bunuh gimana! Kan gua nggak mau tanggung jawab! Apalagi kita yang libatin dia buat ikut!"

Victor tersenyum melihat putranya yang berada didepannya ini,"Akhirnya kau kembali tanpa aku suruh, kenapa? Sudah tidak bisa melakukan apapun di luar sana, percuma saja kau mengalihkan nama perusahaan atas namamu. Kau masih kecil Varel, bahkan kau belum mempelajari semua hal."

Haruskah Varel tertawa, kembali? Tidak sudi! Ia tidak akan pernah kembali pada Victor, lebih baik ia hidup miskin dan bersama Tera dari pada hidup mewah bersama iblis seperti Victor ini.

"What?! Itu bokapnya Varel?" Rendy tak menyangka apa yang dia dengar dan dikatakan oleh Tera.
Jadi yang berada didepan Varel itu adalah ayahnya sendiri."Kenapa dia jahat ya? Padahal Varel nggak gitu,"

"Nggak tahu, Oren. Keknya dia mau neliti nih alien, mirip banget sama gurita, dicat warna ungu nggak sih?"

"Tera nggak usah bercanda sekarang, jadi gimana kita bebasin dia? Listrik cok! Sentuh dikit aja kita mati! Kuat banget nih si Piyo!"

"Siapa yang bercanda! Orang lagi penasaran aja, nggak tahu juga Oren. Lava gimana?"

Lava menggeleng, ia juga tidak tahu. Tapi sekarang ia memberikan energinya pada Piyo. Tampak sekali Piyo dalam keadaan lemah sekarang.

"Pitu ..."

"Njir! Bisa ngomong juga ya ternyata! Gua kira enggak bisa!" Kaget Tera. Ia kira Piyo tidak bisa bicara.

"Lava aja bisa ngomong apalagi cuma gurita ini! Bisa lah! Malahan Lava lebih serem dari Piyo!" Rendy hanya memutar matanya malas, Tera ini sungguh ada-ada saja.

"Pitu ... jangan ke sini, manusia-manusia itu ingin meneliti kita, dia ingin menjadikan kita untuk eksperimen agar mereka bisa mempunyai kekuatan seperti Pitu ..." Piyo sudah agak membaik sekarang saat di salurkan tenaga oleh Lava di sela-sela jaring rantai listrik itu.

"Tidak Piyo, kau bersamaku berarti kau harus bersamaku selamanya. Aku akan mencoba melepaskan ini,"Lava mencoba memegang rantai listrik itu tapi hal yang sama terjadi. Dialah yang terluka.

"Udah Lava! Itu listrik! Elu kira bakal kebal sama listrik, ngeliat dia bersinar gitu udah pasti kalo tegangannya bener-bener tinggi." Cegah Tera, ia berpikir sebentar."Oh iya! Tadi kalo enggak salah bokapnya Varel megang alat dah, keknya itu yang bisa buka rantai ini, dia pencet tombol-tombol!"

"Keknya emang gitu!" Rendy berdiri dengan hati-hati, ia melambaikan tangannya agar Varel melihat kearahnya beberapa kali ia melambaikan tangannya akhirnya Varel menatapnya.

Varel mengerutkan keningnya, kenapa dengan Rendy. Tapi saat Rendy menunjukkan tangannya sendiri dan menunjuk ke arah Victor baru pandangannya turun ke arah tangan Victor.

Ia paham sekarang, Victor memegang benda, sepertinya itu yang bisa membuka rantai itu.

"Aku tidak mau kembali, aku hanya ingin kau tidak ikut campur dengan alam semesta! Biarkan mereka hidup, mereka juga makhluk di dunia ini!"

Victor terkekeh pelan, apa yang diucapkan Varel ini,"Maksudmu dia?"Victor membalikkan tubuhnya.

Seketika membuat Varel terkejut, untung saja Rendy dan Tera segera bersembunyi.

"Dari mana kau tahu jika aku memiliki dia? Kau menyelidikiku? Atau kau bekerja sama dengan pemerintah agar bisa menyerahkan benda berharga ini demi mereka?"ia terkekeh kecil."Kau terlalu ikut campur tentang masalahku, kenapa kau tidak menyelesaikan kelainan mu itu, selesaikan kelainan itu dan ubahlah menjadi normal! Kau tahu kau itu seorang pewaris! Jika orang-orang tahu kau seorang gay maka mau diletakkan dimana wajahku! Tidak bisakah kau hidup normal!"

Varel geram mendengar itu, memangnya kenapa,"Itu urusanku! Bukan urusanmu!"

"Kau anakku! Maka kau urusanku!"

Jangan tanya bagaimana reaksi dari Tera dan Rendy sekarang. Mereka saling memandang satu sama lain.

"Gua nggak salah denger kan, Oren? Si Varel gay?"

Rendy juga mengangguk, ia juga tidak menyangka. Ia tidak mempermasalahkannya tentang itu, semua orang bebas memilih jalannya tapi ... ini Varel!

Sosok sempurna, kaya dan tampan yang digadangkan sebagai pewaris utama perusahaan terbesar di negara ini adalah seorang gay?

Pikiran Rendy melayang dengan kejadian tadi."Apa Varel marah karena gua udah cium dia? Kan gua cowok dan dia gay! Berarti keknya dia suka sama gua karena dia sampe marah gitu pas gua cium, pasti dia salting!"



ALIEN (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang