[BIG BROTHERS KIM]
:
VOTE+KOMEN
:
[Name] memang bilang itu hanya sebentar.
Tetapi Gitae tak bisa mempercayai nya.
Gitae berfirasat jika [name] akan semakin menjauh darinya jika misalnya Gitae menerima keputusan [name] secara lapang dada karena itu sama saja memberikan [name] kebebasan dari pengawasan nya.
Pria itu merasa khawatir pada [name] jika misalnya gadis itu terlepas dari pengawasan nya. Tak apa-apa jika misalnya [name] akan menatapnya jijik atau pandangan merendahkan lain nya, tetapi Gitae tak mau Kim [name] membuat dirinya menjauh dari jangkauan gadis itu.
Gitae semakin merapatkan punggung [name] pada dadanya. Kedua tangan nya yang besar menangkup seluruh perut [name] dengan tekanan yang tak menyakiti agar gadis itu tak pergi sebelum Gitae berbicara."Jangan membuatku menjauh [name]"
[Name] menghela nafas lelah. Jujur saja ia muak berada di situasi yang semacam ini. Karena baginya hal seperti ini tidak akan selesai jika salah satunya bersifat keras kepala.
"Lalu apa mau mu Kim Gitae?" tanya [name] dengan nada yang kesal. Ia memang luluh tadi dengan air mata Gitae, tetapi jika Gitae menentang keputusan nya lama-lama garis kesabaran nya akan putus saat itu juga menghadapi keinginan Gitae yang tentu sangat merugikan dirinya.
"Apa saja. Tetapi tidak membuatku jauh darimu" jawab Gitae pelan disertai hembusan halus di rambut [name] yang panjang.
Gitae lupa ya [name] belum mandi selama 2 minggu?
[Name] saja sampai heran karena Gitae tak merasakan jijik karena [name] dalam kondisi tak bersih karena belum mandi.
Sial! [Name] salah fokus!
"Keinginan mu sama sekali tak menguntungkan ku Kim Gitae" jawab [name] dengan ekspresi wajah datar. "Jika kau masih mau berdekatan denganku berlakulah sewajarnya kakak pada adik perempuan nya seperti Kak Gimyung! kau begitu aneh..." lanjut [name] disertai kerutan kesal di dahinya.
Gitae terdiam. Dia tak begitu yakin bisa menyanggupi nya atau tidak sebab itu ia membisu. Tetapi jika ia terus menuruti ego nya untuk menjadikan [name] hal yang lain, tentu saja [name] malah semakin menjauh darinya dan Gitae tak mau itu.
"Baiklah..." jawab Gitae pasrah disertai helaan nafas lelah.
[Name] tersenyum ceria dan reflek membalikan tubuhnya untuk melihat ke arah Gitae.
"Benarkah kak? kau serius?" tanya nya dengan nada antusias yang kental.
Gitae mengangguk dengan berat, ekspresinya bahkan terlihat seperti seseorang yang baru saja diduduki oleh kerbau.
"Ehmmm..." jawabnya dengan deheman kecil tak niat.
[Name] langsung tertawa bahagia dan memeluk leher Gitae dengan senyuman yang riang.
"YESSS!!! KAU ADALAH KAKAK KU SEKARANG HAHAHA" ujar [name] dengan teriakan senang yang membahana membuat Gitae tak bisa tidak terkekeh melihat tingkah adiknya.
[Name] langsung melepaskan pelukan nya dari Gitae.
"AYAHHH! ayah dengar kan tadi? apakah ayah sudah merekam nya?"
Gitae mengernyit bingung ketika [name] memanggil Gabryong padahal Gabryong tak ada disini. Tetapi hal itu benar-benar tak terduga karena Gabryong muncul dari balik dinding sambil menunjukan riwayat rekaman suara pada [name] dengan senyuman kecil.
"Sudah tentu saja, putri kecilku..."
jawab Gabryong dengan penuh kelembutan yang membuat [name] semakin girang karena ide nya tadi untuk menyuruh Gabryong merekam pembicaraan nya dengan Gitae berjalan mulus.Berbeda dengan [name] sedang tertawa konyol bersama Gabryong. Gitae malah terdiam berdiri dengan ekspresi bingung.
Sejak kapan bajingan itu datang?
:
:
:
Malamnya, Gitae kembali menjadi seseorang yang menunggu dan menjaga [name] di rumah sakit ketika Gabryong, Minseon, dan Gimyung tidak bisa melakukan nya karena memiliki kesibukan yang tak bisa ditinggalkan secara sembarangan.
Saat ini [name] tertidur pulas dengan berbantalkan lengan Gitae beserta posisi miring ke kanan menghadap Gitae hingga tubuhnya tenggelam dalam dekapan kakak sulungnya itu.
Setelah [name] meminta hubungan wajar antara dirinya dan [name]. Gadis itu terlihat menjadi lebih tenang dan tak menatapnya waspada membuat Gitae tersenyum kecut ketika menyadari bahwasanya ia malah membuat [name] takut dengan bertindak agresif.
Dengan janjinya tidak melewati batas hubungan antara saudara kandung saja, [name] begitu tenang dan kembali mempercayai Gitae seolah-olah pria itu tak pernah menjadi seseorang yang melakukan kesalahan berat padanya di masa lalu.
Gitae tersenyum miris dengan perasaan bersalah sekaligus menyesal. Ia merasa sangat berdosa pada [name] karena masih bisa memeluk [name] dengan bebas ketika ia menjadi orang yang menorehkan trauma terdalam untuk adiknya hingga terbaring di ranjang rumah sakit dalam kondisi invalid selama 2 minggu.
Jika [name] tidak amnesia, mungkin saja [name] sudah menjadi gila karena perasaan takut pada manusia jahat yang merenggut kepercayaan [name] yang murni. Dan juga tidak mau mempercayai kakak sulungnya lagi seperti sekarang.
Gitae terkekeh pahit ketika mengingat ia menyakiti [name] sedemikan rupa hingga adiknya hampir mati. Pria itu mengecup dahi [name] dengan kasih sayang yang tulus berusaha menghapuskan semua memori buruk itu dari pikiran [name] yang memang sudah rusak.
"Maafkan aku [name]..." ujarnya penuh dengan rasa penyesalan.
"Seharusnya aku membunuh bajingan itu dan bukannya malah menyakitimu yang tidak tau apa-apa"
Gitae memandangi [name] yang sedang tertidur dengan pandangan rumit.
"Tapi sayangnya masalah ku dengan bajingan itu tidak seringan yang kau pikirkan dulu [name]..."
Gitae menyatukan dahinya dengan dahi [name].
"Aku harap suatu hari nanti kau akan percaya dengan apa yang kukatakan tentang hal yang mungkin tak ingin orang lain dengar..." bisiknya parau mengucapkan sebuah janji.
TBC
SABTU, 5 OKTOBER 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕭𝖎𝖌 𝖇𝖗𝖔𝖙𝖍𝖊𝖗𝖘 𝖐𝖎𝖒 [𝐋𝐨𝐨𝐤𝐢𝐬𝐦 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬]
Fanfiction"𝐊𝐚𝐮 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐮𝐭𝐫𝐢𝐤𝐮" 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐦𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐚𝐲𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐭𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚�...