tin sudah berada di rumah bersama pavel yang menemaninya.
"meski kau di nyatakan sudah pulih tapi lukamu masih belum sembuh sepenuhnya, jadi jangan berpikir untuk melakukan sesuatu tanpa seijinku, apa kau mengerti?"ujar pavel saat dia mendudukkan tin di kasur
tin mengerutkan keningnya
"phi.. aku bukan pasien lagi, aku sudah baik-baik saja!""jika kau terus mengelak aku tidak akan merawatmu lagi"
tin akhirnya hanya bisa membuang nafas dan menerima perintah calon istrinya itu,
lagipula jika dia terus membalas ocehannya dia rasa itu tidak akan pernah selesai sampai kapanpun.
jadi cara terampuh adalah menyetujui semua yang pavel katakan,
meski itu cukup sulit karena dia terbiasa mempunyai keputusan sendiri dalam hidupnya,
dan sekarang tiba-tiba dia harus menuruti perintah orang lain selain ayahnya,
hhhhhh.... itu cukup menggemaskan sebenarnya, melihat pavel mengurusnya dengan telaten,
memperhatikan makan dan kebutuhannya dan yang paling penting dia menemaninya sepanjang hari.
sungguh sebuah mimpi yang indah.
asyik dengan pikirannya sampai tidak sadar tin tersenyum sendiri,
"ey tin kau kenapa?"tanya pavel
tin menatap pavel lalu menarik pavel hingga dia duduk di pangkuannya.
"tinn..""aku butuh charger, batreiku habis"
"aku akan mengambilkannya" ujar pavel seraya hendak bangkit,
namun tangan tin masih memeluk pinggang ramping itu
"tin.. bagaimana aku bisa mangambil charger nya jika tanganmu sulit di lepas seperti ini"
"bukan charger handphone, tapi charger milikku"
pavel mngangkat satu halisnya dengan wjaah tak mengerti,
dan tin memberi isyarat dengan matanya melirik ke bawah.
dan seketika pavel tertawa keras namun langsung memukul tangan tin.
"aww phiii.. kenapa malah memukulku?"
"tin, kau baru saja keluar dari rumah sakit, kau harus istirahat dan pulih, apa pikiranmu hanya pada itu saja"
"ya! aku masih merasa mimpi jika aku belum menyentuhmu, apa kau tidak mau?"tin mengerucutkan bibirnya
dan itu membuat pavel menatapnya tak percaya,
"wajah apa ini?apa ini tin yang aku kenal? apa kau sedang merajuk sekarang?"tanya pavel
tin menyilangkan tangannya dan memalingkan wajahnya. dan itu membuat Pavel mendengus
"apa aku sedang membesarkan anak kecil sekrang"
tin tak menyahut.
pavel akhirnya menyerah,"hm baiklah, mari kita lakukan, tapi jangan terlalu memakai tenaga, kau masih butuh istirahat" ujar pavel
mendengar itu membuat tin tersenyum
"kalau begitu kau yang harus menggunakan tenaga"pavel mengerjapkan matanya seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"terserah kau saja, aku mau mandi dulu"pavel langsung pergi ke kamar mandi,
tin juga mencium tangan dan tubuhnya"bukankah seharusnya aku juga mandi, oyy sejak kapan kami harus bersiap untuk melakukan itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
love by change (Tin & Pavel)
FanfictionTin mempercepat hujamannya hingga Pavel kembali menangis merasakan sakit yang luar biasa pada bagian bawahnya. Dia sudah menjadi alat untuk kepuasan orang itu, harga diri Pavel sudah hancur, dia tak bisa lagi membela apalagi melawan, Semuanya sudah...