"Bagaimana Nathan? Apa kau menemukan pendonor?" tanya Max penasaran
Nathan menoleh ke arah Max, lalu menggeleng "Belum om, nyari pendonor darah AB Negatif, dengan jangka waktu sesingkat ini ga gampang. Sebenarnya tadi jam 5 sore, ada salah satu orang yang memiliki golongan darah AB Negatif, tapi kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan pendonoran darah. " ujar Nathan
Max menarik nafas gusarnya, ia duduk di bangku rumah sakit "Apa kita tambahin aja imbalan uangnya jadi 100 jt?"
"Ini bukan masalah uangnya om."
"Huftt, yasudah saya mau cari pendonor lagi. Semoga saja kali ini ketemu, soalnya tadi saya sudah di tanyakan oleh dokter sindi" Max langsung berjalan meninggalkan Nathan yang termenung. Sebenernya ia juga bingung, mau mencari pendonor darah selangka itu kemana lagi?
"Darah AB negatif?" gumam seseorang yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Nathan, dan Max, tadi.
Ia segera berjalan menuju ruangan dokter "Ini emang ga seberapa Qil, tapi setidaknya anggap semua ini adalah permintaan maaf ku, walaupun belum seberapa."
Sesampainya ia di ruangan dokter, ia mengetuk pintu 3 kali
Tok tok tok
"Masuk" sahut dari dalam pintu
Ia masuk kedalam lalu duduk di bangku depan dokter "Dok saya yang akan menjadi pendonor baut Aqilla, darah saya AB negatif"
Dokter menoleh ke arahnya dengan alis mengkerut "Apa kamu yakin? Pasien atas nama Aqilla membutuhkan cukup banyak darah"
"Memangnya seberapa? Saya bisa ko dok!"
"4-5 kantong darah yang di butuhkan, apa kamu siap?" tanya dokter memastikan
Ia mengangguk tegas "siap dok! Ambil aja seberapapun darah saya! Jika itu memang yang di butuhkan Aqilla saya siap dok!"
Dokter sindi terseyum, ia mengangguk lalu menyodorkan selembar kertas padanya "Oke, kalo begitu isi bio data kamu disini"
"Oke." ia menuliskan semua bio datanya pada kertas itu.
Setelah selesai menulis, ia menoleh ke arah dokter sindi "tapi apa boleh saya meminta nama dan bio data saya di simpan? Maksudnya jika nanti keluarga pasien menanyakan siapa pendonornya, apa dokter bisa merahasiakannya?" pintanya memohon
Dokter sindi mengangguk mengerti "baik, jika itu yang kamu mau Edgar."
Yah, dugaan kalian benar! Orang yang berniat mendonorkan darahnya sebagai tanda permintaan maaf, adalah Edgar Emilliono. Laki-laki yang menyebabkan semuanya jadi seperti ini. Tapi jika bisa memilih Edgar pun tidak mau seperti itu.
"Yaudah ayok ikut saya, kita periksa dulu apa kondisi badan kamu sehat, untuk melakukan pendonoran"
Edgar mengangguk lalu mengikuti langkah dokter sindi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GarQil {On Going}
Teen FictionHamil di luar nikah? Di saat umur nya baru menginjak 18 tahun? Bahkan dengan cowok yg sudah memiliki kekasih?! *** siapapun pasti tidak ada yang mau bernasib sama seperti Aqilla, gadis malang yang pulang dari Jerman ke Indonesia, berniat untuk me...