Waw. Tidak menyangka target bisa tembus dua hari. Keren sekali kalian. Maaf kalau aku banyak minta but, can I get 60 vote and 70 comment again for fast update?
Vote dan comment kalian ditunggu untuk bekal Santoso hijrah ke Rusia. WKWK.
Banding
===
Ada yang lebih galak dibandingkan para dosennya yang gemar memberikan Santoso tugas di akhir pekan. Yaitu para petugas bea cukai. Berita mengenai betapa rumit dan aneh proses pemeriksaan barang oleh bea cukai tersebut sering disematkan di halaman depan koran harian. Santoso sering membaca berita itu dari koran bekas Soeryo. Maklum, dari pada membeli koran, lebih baik Santoso membeli makanan.
Soeryo tiap hari mendapat koran di rumahnya karena berlangganan. Paling pria itu hanya membaca satu atau dua berita atau dilipat dua dijadikan kipas dadakan. Santoso membutuhkan koran-koran tersebut untuk menambah berita di sekelilingnya, supaya tidak tutup mata dengan apa yang terjadi di dunia.
"Ada peraturan baru," tegas petugas bea cukai yang memeriksa barang bawaan mereka. "Setiap barang yang dibawa dari Indonesia ke luar negeri, harus dicatat. Silakan catat barang bawaan kalian ke bilik sana." Petugas itu menunjuk sebuah ruangan.
"Oh, peraturan aneh itu," Santoso mengambil barang bawaannya, mengeluh menuju suatu bilik yang tidak banyak orang mengantre. Ia tau peraturan aneh tersebut, koran di ibu kota mencetak berita itu berulang kali tanpa bosan.
"Anak-anak muda mau liburan ke Rusia saat mendekati musim dingin?" Petugas bea cukai itu seperti menyelidik, bahkan barang pribadi bawaan mereka digeledah tanpa sopan. Mulai dari baju, pakaian dalam sampai dengan pasta gigi.
"Yes. Matushka di sana, kepentingan keluarga," jawab Johan dengan akses Rusia yang kental. Tampak lebih fasih berbicara dengan bahasa Rusia dibandingkan Indonesia.
Santoso nyaris tidak mengenali sahabatnya itu setelah Johan melepas semua penyamarannya. Ia baru tau warna mata Johan ternyata coklat terang, senada dengan warna rambutnya. Kulitnya pun putih pucat, tidak lagi agak kusam diterpa matahari.
"Kalian berteman?" tanya petugas itu, sedikit tersenyum menatap pakaian dalam Wening yang juga ia geledah.
"Nyet. Kami sepupu," ucap Johan.
Petugas itu melirik ketiga muda-mudi di hadapannya. Johan dan Wening bisa dibilang serumpun, walau Wening masih khas dengan wajah Indonesia, mata bulat dan rambut hitam. Akan tetapi Santoso berbeda, wajahnya khas sekali keturunan Timur Tengah.
"Uh, ibu saya dari Iran," bohongnya. "Bertemu ayah saya karena Rusia menjadi sekutu Iran. Terus saya lumayan lama di Indonesia." Ia mencomot asal berita mengenai Rusia dan Iran yang kini menjadi sekutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanda Seru
ChickLit"Pergi dari Indonesia atau kau akan mati menderita." Itu seruan yang mengerikan, tetapi kenapa masih banyak yang bertahan di negeri ini? Santoso merelakan beasiswanya demi menjadi musuh pemerintah, membuat ia harus meninggalkan Indonesia. Hanya ada...