27

1.1K 206 145
                                    

Terima kasih atas pencapaian target yang melebihi ekspektasi. Apalagi spam comment-nya, bikin Arumi semangat hajar Santoso di part ini (dan part-part selanjutnya hehe). Part paling panjang! 2.200 kata kurang lebih, semoga tidak bosan ya 😭 Tidak ada target vote dan comment. Kita akan bertemu sebentar lagi, seperti biasa di hari Jumat!

Tapi kalau mau vote dan comment boleh banget ✨

Tapi kalau mau vote dan comment boleh banget ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amarah

===

Tiada yang lebih menyesakan dibanding amarah yang dipendam terlalu lama. Bagai ranjau yang dikubur, dan sekali saja salah langkah, meledak sudah tanpa terduga. Santoso lagi-lagi salah langkah, ia menginjak ranjau yang telah Arumi pendam bertahun-tahun.

Lembaga hukum Kenneth William punya aturan ketat dalam memasuki perusahaan. Banyak aset berharga di dalam sana, yaitu para pengacara profesional yang menangani kasus-kasus panas ibu kota. Jadi tidak semua orang bisa memasuki perusahaan itu. Arumi hilang kendali, ia sampai meninggalkan Jefery di bar dan lupa menanyakan bagaimana cara jitu Jefery bisa masuk perusahaan ini tempo hari.

"Anda tidak bisa bertemu dengan Mr. Santo." Sudah ketiga kalinya perempuan yang bertugas di bagian informasi itu memberi tahu Arumi. Meski tanpa cara jitu Jefery yang masih misteri, Arumi punya cara sendiri. Ia menerobos naik lift, menghimpit karyawan lain. Perempuan bagian informasi itu kebingungan, antara memanggil petugas keamanan atau mengejar sendiri.

Menurut peta gedung, ruangan Santoso ada di lantai 20. Ketika pintu lift terbuka, Arumi lekas turun dan lagi-lagi hendak menerobos masuk ruangan kaca berlabel, Santoso L.L.B., B.A., M.P.S. Bahkan gelar Santoso lebih banyak dibandingkan nama lengkapnya yang hanya tertulis satu kata saja. 

Hiro bersiaga di depan ruangan Santoso melihat seorang perempuan datang dengan wajah penuh amarah.

"Let me in," ucap Arumi dan Hiro menggeleng. "Atau suruh Santoso keluar."

"Tunggu, Miss. Harus ada janji temu dahulu dengan Mr. Santoso," larang Hiro.

"Oh, astaga. Sesibuk apa dia?"

Hiro mengembuskan napas. "Dia memang selalu sibuk. Tidak ada waktu menanggapi masalah sepele dari kencan buta."

"Kencan?" Arumi membentak. "Kau pikir aku mau berkencan dengan Santoso?" Ia mendorong Hiro menjauhi pintu masuk ruangan Santoso.

"Miss!" Hiro mencoba menghentikan Arumi tapi begitu gadis itu hadir di hadapan Santoso yang sedang sibuk membaca, Santoso tidak bereaksi apa pun. Justru terpana melihat kedatangan Arumi dengan wajah merah padam. Hiro tidak melihat atasannya itu marah, jadi ia yang tau diri pun segera menunduk sopan dan menutup pintu dari luar.

"Tahun depan kau mengundurkan diri saja jadi asisten Santo." Sebelum pintu ditutup Santoso sayup-sayup mendengar celotehan karyawan lain kepada Hiro.

"Rumi?" panggil Santoso, ia meletakan berkas dan membuka kacamatanya. Ia ingin mengerahkan seluruh perhatiannya pada Arumi. Santoso pun bangkit berdiri, bermaksud menyambut. "Saya nggak nyangka kamu yang datang dahulu menemui saya. Saya senang, itu artinya kamu butuh saya--"

Tanda SeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang