28

1.1K 211 234
                                    

Chapter ini campur aduk. Uhuk.

200 vote and 200 comment for fast update! Kalau tidak tercapai, tenang, Tanda Seru tetap update setiap Jumat.

200 vote and 200 comment for fast update! Kalau tidak tercapai, tenang, Tanda Seru tetap update setiap Jumat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bodoh

===

Tanpa sapaan pembuka, Santoso langsung menendang Gate hingga perempuan tersebut menabrak dinding di belakangnya. Gate lengah, sedikit lagi tinjuan mengenai kepalanya. Ia berkelit ke samping, melayangkan hook keras di pinggang Santoso. Hook itu ditepis mudah, malah kini berbalas ke perutnya.

"Sial! Aku baru melahirkan, jangan di perut!" Tidak tau alasan apa yang membuat Santoso tiba-tiba menghajarnya. 

Gate terus menghindar sampai pada akhirnya ia merasa cukup dengan permainan ini. Ia pun melayangkan tendangan di dagu Santoso hingga pria itu goyah.

Kesempatan tersebut digunakan Gate untuk menindih Santoso dari atas. "Meski sudah pandai bertarung, tetap petarung terbaik adalah aku. Apalagi aku telah menjadi ibu, aku lebih kuat dari siapa pun."

"Kenapa kau tidak memberi tahu Arumi sakit?" Santoso mengadu kepalanya dengan Gate. "Dia sakit hepatitis, lalu operasi karena gagal fungsi hati. Kau bisa meretas rekam medik rumah sakit kalau kau mau. Kau selalu tidak benar dalam bekerja."

"Mana aku tau? Dia perempuan tangguh, Santo. Kau tidak perlu melindunginya lagi." Kendati pening, Gate sekuat tenaga menahan dan berhasil menghantam pipi kanan Santoso. "Kau tidak ingat kita pernah bersembunyi dari kejaran pemerintah Ukraina? Selama itu kita kehilangan kontak dengan siapa pun. Kau juga memutus hubungan dengan keluargamu di Indonesia agar tentara Ukraina tidak mencari keluargamu. Aku juga punya kesibukan menjadi pemimpin Bratva, bukan hanya pengasuh Rumi."

"Meski kau pemimpin Bratva, kau tetap anjingku!" Santoso mengangkat tubuh Gate, lalu membantingnya bak pesumo. "Kau tidak akan jadi pemimpin Bratva kalau bukan aku yang mengatur proses bisnis kokain dan ganjamu dari Indonesia."

"Kau jadi gila karena satu perempuan yang bahkan tidak berani kau dekati bertahun-tahun, apa sulitnya menemuinya sesekali? Kau selalu beralasan tidak bisa menahan diri atau kendali nafsu atau sejenisnya dan melimpahkan semua padaku." 

"Aku menahannya karena aku ingin ia berkarir menjadi balerina dan ia masih belum terlalu dewasa."

"Omong kosong." Gate hendak kembali melawan tapi ia meringis memegangi perutnya, bekas luka caesarnya terbuka sedikit. "Bahkan setelah urusan kita dengan Ukraina selesai dan kau mendapatkan perlindungan Bratva, kau masih enggan menghubunginya. Alasan apa lagi, Santo? Sibuk jadi penjagal? Kau menikmati berada di pucak kejayaanmu 'kan sampai lupa segalanya?"

Baru saja Santoso hendak menghabisi Gate. Ia mendapat kesempatan karena perempuan itu meringkuk tak bergerak. Tapi ia teringat perjalanan panjang yang dilalui bersamanya. 

Tanda SeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang