Sejujurnya, ini salah satu bab favorit di Tanda Seru, tapi tidak tau ya bagi pada readers. Harap bersiap karena ini sudah memasuki konflik.
85 vote and 100 comment for fast update!
Perselisihan
===
Manusia akan menjadi kuat jika mereka berkumpul bersama dengan yang memiliki nasib sama. Hati mereka akan teguh dengan keinginan mencapai misi yang sejalan, sehingga tidak ada perselisihan. Santoso menutup pintu ruangan lantai tiga saat melihat Arumi sedang mencoba menghibur anak balita. Ia memberikan waktu pada gadis itu membaur dengan sesamanya, saling menguatkan.
"You're not joined?" tanya Gate, Santoso menggeleng.
"Biarkan Arumi bergabung dengan mereka sejenak. Itu tempat aman untuknya. Tunggu, bagi rokok." Gate menyerahkan satu tembakaunya dengan berat hati. Santoso nyaris tidak merokok beberapa hari ke belakang karena selalu bersama Arumi. Ini waktu yang pas baginya untuk kembali mengisap tembakau untuk menenangkan pikirannya sejenak.
"Hei, putri Soeryo," panggil kakek tua yang tadi memperingati Arumi. "Sebelum saya kabur ke Rusia, saya lewat rumah kamu di Menteng. Ada tulisan bangunan ini sudah jadi milik negara. Meskipun harta ayah kamu disita pemerintah seenaknya tapi kamu anak orang terkaya di Indonesia. Apa kamu nggak bisa berbuat apa-apa untuk kami di sini?"
Kedua bahu Arumi menegang. "Rumah Bapak? Kenapa jadi milik negara?"
Kakek tersebut berdecak kesal. "Saya tidak tau kenapa ada label berawarna merah mentereng itu di depan rumah Soeryo. Sudah, jawab pertanyaan saya, bisa bantu kami atau tidak?"
Sepertinya prediksi Santoso salah, itu bukan tempat aman bagi Arumi. Seorang pemuda yang sepantaran dengannya menggenggam lengan Arumi kuat-kuat. "Kak, bantu kami. Aku yakin Kakak punya tabungan banyak. Malah bisa jadi, uang jajan Kakak satu hari melebihi uang makan kami seminggu."
Arumi melepaskan genggaman tangan pemuda itu dengan kasar. "Aku nggak punya uang. Aku nggak bawa apa-apa ke Rusia. Aku beruntung ditolong sama kerabat Bapak."
"Nggak mungkin." Kali ini seorang ibu-ibu yang menyalak, ia menyerahkan anaknya ke orang terdekat di sampingnya demi menghampiri Arumi. "Setidaknya ada satu atau dua harta berharga di badan kamu, 'kan? Kita di sini semuanya senasib. Harus saling membantu. Pemerintah Rusia juga belum tentu membantu kami."
Dikarenakan Arumi tak juga kunjung berbicara, ibu itu melanjutkan. "Ingat apa yang sudah Indonesia lakukan pada kamu, Nak. Kalau kamu diam saja, siapa yang akan membalaskan keadilan orang-orang yang sudah mati di tangan Indonesia? Kamu orang yang berpotensi paling besar bisa membalaskan dendam kami."
"Maaf." Arumi mulai ketakutan berada di tengah ruangan itu. Ia mencoba mencari Santoso tapi nihil. "Aku masih remaja, aku nggak bisa apa-apa."
Semua orang di dalam ruangan tersebut menjadikan Arumi pusat perhatian. Mereka satu persatu mengeluh, dengan teriakan juga tangisan. "Kamu masih muda nggak punya tanggungan, saya punya satu bayi yang harus dihidupi. Kalau bayi saya mati di musim dingin Rusia bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanda Seru
Genç Kız Edebiyatı"Pergi dari Indonesia atau kau akan mati menderita." Itu seruan yang mengerikan, tetapi kenapa masih banyak yang bertahan di negeri ini? Santoso merelakan beasiswanya demi menjadi musuh pemerintah, membuat ia harus meninggalkan Indonesia. Hanya ada...