15

816 122 106
                                    

Terima kasih atas tercapainya target 🔥 untuk chapter kali ini tidak ada target ya karena lusa sudah Jumat. Nanti update Jumat seperti jadwal rutin.

Tapi kalau vote dan comment boleh sekali ⚠️⚠️⚠️

Oh, I have an idea. Untuk spam comment, kita sepakati pakai emoji Tanda Seru ⚠️❗‼️ atau ketik !!!!

Kali ini 1.900++ kata, semoga tidak bosan dengan romance tipis. Hari Jumat nanti kita romance brutal! Happy reading

 Hari Jumat nanti kita romance brutal! Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekstrim

===

Johan berkelok ekstrim ke sebuah bangunan megah. Di depannya terdapat seorang laki-laki bertubuh besar yang tengah mematik api untuk tembakau tebal di mulutnya.

"Glazah bayatsa, a ruki dyelayut!" teriak Johan, seketika pria itu segera menjatuhkan korek api dan membuka gerbang lebar-lebar. Bagai kata-kata Johan barusan adalah kode canggih pembuka pintu rahasia.

Orang-orang yang semula mengejar mereka mundur. Takut hanya dengan menatap bangunan megah bergaya etnik khas Eropa. Bangunan tersebut tampak mencolok, serba hitam namun tidak mencekam, sebuah Eropa di tengah Rusia.

Ketiganya berhenti mendadak, melawan gaya dorongan diri sendiri. Johan gesit berguling kemudian setengah berjongkok dengan satu lutut menyentuh lantai. Sayangnya Santoso dan Wening tidak bisa setangkas Johan. Keduanya menabrak Johan dari belakang, membuat Johan tersungkur ke depan, tidak tahan menahan beban dua orang.

Pria yang tadi membuka gerbang untuknya tertawa. "Ochen' plokhoy den', Johan?"

Perhatian tertuju di pintu utama, menyaksikan ketiganya hadir mendadak, bagai kejutan pembawa tawa. Johan mendorong kepala Arumi dari perutnya dan paha Santoso dari kepalanya. Anak kecil dan orang dewasa sama-sama bisa terjatuh. Tetapi anak kecil dimaklumi, sedangkan orang dewasa akan ditertawakan. Seolah terjatuh dan salah hanya untuk anak kecil saja.

"Ini Underneath." Johan memperkenalkan, mengabaikan rasa malunya setelah terjatuh dan tertimpa dua orang sekaligus. "Klub petarung bebas. Banyak pejabat, menteri bahkan mafia berkumpul di sini. Bertaruh dan bertarung."

Orang-orang yang menertawakan mereka perlahan-lahan pergi. Sudah sibuk karena di tengah bangunan besar tersebut ring tinju tengah dipersiapkan. Semua ruangan ini serba hitam dan terbuat dari besi. Mulai dari lantai, ornamen dinding sampai dengan ring bertarung. Seperti disengaja agar para petarung pantang terjatuh, bila terjatuh sekali saja, lantai besi siap menyambut punggung mereka.

Arumi dengan polosnya menunjuk seseorang di seberang. "Itu... diplomat Indonesia dan Prancis. Aku tau soalnya dulu orang itu pernah main ke rumah Bapak beberapa kali."

Tanda SeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang