19 Belajar Cerita

200 46 28
                                    



Ronald Bangun pagi, kepalanya begitu berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ronald Bangun pagi, kepalanya begitu berat. Acara semalam membuatnya menghabiskan banyak alkohol. Dia duduk di sofa di studio musik di Toko Merah, semalam dia tidur di sana. Ada temannya yang memakai kasur di kamarnya. Ronald meregangkan lehernya yang terasa kaku. Rasanya masih malas, tapi sesuatu membuatnya segera mencari hp-nya. Lalu ia segera mengirimkan sebuah pesan pada seseorang, Aliya.

Perempuan itu bilang akan mengirim pesan padanya. Tapi dari semalam belum ada kabar. Entah kenapa Ronald menunggunya. Aliya menawarkan cara baru untuk mereka berkomunikasi melalui pesan, karena Ronald sulit untuk bercerita. Apalagi dengan orang baru. Apalagi tentang keluarganya. Tapi dia ingin memecahkan teka-teki itu.

 Tapi dia ingin memecahkan teka-teki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan pada Aliya dibalas dengan cepat. Dia juga bisa merespon dengan cepat di media pesan itu. Ronald benar-benar ingin memecahkan teka-teki itu juga dengan cepat. Tapi sepertinya perempuan itu tidak terlalu antusias. Aliya belum menyiapkan pertanyaannya. Mungkin teka-teki ini tidak menjadi prioritasnya. Perempuan itu harus bekerja juga. Dia harus menghormati itu.

Ronald menghela napas. Dia harus sabar. Tidak menjadi masalah buatnya. Sepanjang usianya sudah penuh dengan kesabaran. Untuk sekedar menunggu pesan dari Aliya, itu adalah hal yang mudah untuknya. Tanpa sadar Ronald tersenyum tipis, kenapa pesan dari Aliya tiba-tiba begitu dinantinya.

Ronald beranjak ke kamar mandi, dia ingin menghilangkan efek sisa mabuk semalam. Dia harus menyiapkan diri mendapat pertanyaan-pertanyaan dari Aliya. Ada rasa grogi menunggu hal itu.

Ronald ke kamar hanya untuk mengambil pakaian ganti. Membiarkan tiga orang temannya yang berbagi kasur di ranjang. Ronald tidak memperdulikan itu. Ini akhir pekan dan tidak ada yang bekerja di antara ketiganya.

Dia memilih ke bagian depan. Bang Jo pasti sudah siap di restoran.

"Kopi?" Tanya Bang Jo saat dia melihat kehadiran Ronald dari kejauhan. "Gue diajarin Bilqis kemarin."

Restoran itu sepi. Seperti biasanya. Ronald duduk di stool depan bar, memperhatikan Bang Jo yang sedang membuatkan kopi untuknya. Bangunan yang menghadap timur dengan jendela besar dari kaca membuat ruangan itu disirami cahaya pagi yang hangat.

Toko MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang