Ronald tiba-tiba tertarik dengan nenek moyang keluarganya, karena ada cerita tentang harta keluarga yang masih tersembunyi. Konon kakek dari kakeknya adalah orang yang sangat kaya.
Sampai Ronald menemukan sebuah tulisan tanpa makna dari kakeknya. Di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa?" Tanya Ronald saat melihat Aliya terdiam.
Aliya menunjukkan simpulan tali pembatas buku Tuan Leon. Bukan sesuatu yang penting, mungkin hanya keisengan semata. Ronald mengajak Aliya mulai membaca buku ketiga itu untuk mengungkap makna simpulan tali pembatas itu.
Setelah masa yang kelam, Tuan Leon bisa mengambil alih Toko Merah lagi. Tapi tidak menjadikannya perusahaan perdagangan. Dia menjadikan tempat itu sebagai restoran. Imah yang menentukan menu-menunya. Buku catatan ketiga itu menceritakan hari di mana restoran itu dibuka.
Zaman sudah berganti. Saat pembukaan kembali restoran itu Leon begitu senang karena kerabat lamanya datang berkunjung. Paman Andries beserta keluarganya datang. Pieter yang sempat terputus komunikasi, akhirnya bisa berhubungan lagi karena ada rekan yang memberi informasi. Dia pun datang membawa keluarganya. Juga Tuan Liem yang sedang berkunjung kembali ke Indonesia ikut hadir di acara pembukaan itu.
Aliya teringat cerita Opa Tom yang mengatakan kalau Tuan Leon begitu bahagia saat mendapatkan kembali Toko Merah.
Tuan Liem datang bersama istrinya. Nyonya Liem memberikan simpul China (Chinnese knot) berwarna merah. Simbol keberuntungan katanya. Imah menyukainya, dia sampai minta diajari cara membuatnya pada Nyonya Liem. Mereka mempraktekan membuat simpul sederhana di pembatas buku catatan Leon malam itu. Bahkan Pieter menggambarkannya untuk Imah di salah satu halaman buku catatan itu.
Simpul sederhana di pembatas buku itu disebut sebagai simbol keberuntungan yang tak berujung. Juga persahabatan dan cinta kasih yang terus menerus. Seperti mereka yang akhirnya berkumpul kembali, keberuntungan karena bisa melewati masa suram.
Cerita mengenai pembukaan restoran Toko Merah membuat Aliya mengingat rencana re-opening tempat itu. Rencana lama yang ditunda pembahasannya karena kesibukan masing-masing.
"Jadi mau bikin acara launching tempat ini?" Tanya Aliya.
Tiga orang lainnya yang sedang asyik membaca menegakkan pandangannnya, lalu saling menatap bergantian satu sama lain.
"Jadi aja, penting itu," ujar Fernando. "Penting untuk menunjukkan adanya cafe di sini. Marketing, Bro. Syukuran sekalian, Ron."
Ronald yang mendapat tatapan dari Aliya lalu menimpali, "Boleh."
"Kapan?" Tanya Bilqis. Lanjutnya, "Jadi abis lo konser, Bang?"
"Boleh," jawab Ronald, menimpali dengan jawaban yang sama.
"Menu udah jadi yang fiks, Bil?" Tanya Aliya.
"Udah, Kak. Eh, tapi ini ada minuman yang menarik di sini," ujar Bilqis. Dia menemukan sesuatu dari buku catatan Tuan Leon. "Teh Seruni, sereh jeruk nipis."
"Namanya cantik amat," Aliya mengomentari nama minuman yang berupa akronim dari komposisi bahannya. Hal yang terlewatkan oleh Aliya saat membacanya kemarin. Mungkin karena ketertarikannya berbeda dengan Bilqis.