Part 3

1.1K 35 0
                                    

Hari-hari pun terasa berbeda. Yang biasanya dibangunin bunda,sekarang jadi dibangunin jam weker. Belom lagi wajah-wajah asing yang bersliweran di depanku. Tapi,tetep aja aku cuek bebek. Selama gag ngusik hidupku,aku juga gag akan ngusik hidup mereka. Aish,yach mungkin dari beribu mahasiswa di kampus,hanya dia yang bisa ngerti dan paham tentangku.

Mata kuliah listening pun telah usai dan itu lah waktunya semua mahasiswa di kelas ini bubar.

"Pia,loe mo iqut gue balik?" tanya Aish sembari memasukkan laptop kedalam tas rangselnya.
"Gue ntar aja. Ini masih pengen keliling kampus. Pengen ke perpus juga. Hehehe. Tau kan hobby gue,apa an?" jawabku dengan senyuman penuh arti kearahnya.
"Hahaha. Yach,gue hafal banget malahan. Tapi,kalo loe ntar ilang gimana? Kalo loe diculik,gimana? Gue temen sama sapa?" tanyanya khawatir.
"Yassalaaam. Loe tuch kebanyakan nonton sinetron yach. Hahaha." jawabku dengan tawa.
"Iiih,Pia. Gue kan sahabat loe. Gue khawatir lah ama loe. Lagian disini loe sendiri." jawabnya dengan khawatir.
"Aduuuch,kunyukku sayang. Gue gag apa-apa. I'm fine. Percaya dech ama gue. Lagian gue kan tinggal di asrama kampus. So,just 15 minutes. Oke? Dan kalo terjadi sesuatu hal ama gue,gue langsung hubungin loe. Oke?" jawabku berusaha meyakinkannya. Dan akhirnya,Aish pun mengangguk yang berarti dia percaya padaku.

***

Kini kakiku pun telah berhenti pada sebuah bangunan,yap that's library. Dari dulu hobby banget baca buku sama browsing-browsing gitu dech. Setelah mengisi buku tamu pun,aku langsung memilih bangku pojok yang viewnya ngena banget. Pas noleh,liat sawah yang adeeeem banget. Padi-padi yang hijau serentak bergoyang oleh tiupan angin. Dan itu yang buat suasana makin tenang,menurutku. Hanya 1 kata yang bisa kuucap,subhanalloh.

Tanpa pikir panjang,langsung dech kubuka rangsel coklatku dan mengeluarkan laptop kesayanganku. Ketika akan menyalakan wifi pada laptop,aku lupa bertanya password pada seorang librarian. Daripada jauh-jauh,mending tanya sama mas-mas disebelah bangku. Hehehe.

"Mas,permisi maaf mengganggu." ujarku sembari menatap kearahnya.
"Iya,ada apa deg?" jawabnya dengan lembut dan tatapan yang menyejukkan hati.
"Mau tanya password mas. Hehehe." tanyaku sekali lagi.
"Iya deg. Passwordnya sabardanikhlas." jawabnya sembari tersenyum ke arahku.

Dengan sekejap,rona merah di pipi chubbyku langsung kentara. Ini karena wajahku yang putih. Wah,senyumnya menggunjangkan hati,batinku. Dan sebelum aku berterima kasih padanya,dia telah menghilang. Dan kini tinggallah aku yang tengah tersenyum sendiri,karena mengingat senyum mas-mas tadi. Yang sempat memporak-porandakan hatiku. Lebaaaaay!!! Hahaha.

***

Kulirik arloji berwarna putih dengan hiasan warna gold di sekelilingx berbackground Eiffel yang berada di tangan kiriku. Yach,jam 4 sore. Aku pun bergegas menuju asrama. Langsung saja kurebahkan tubuh ini di kasur nan empuk. Ketika mata ini mulai lelah dan perlahan menutup,ponselku pun bergetar. Dan aku pun terjaga.

Drrrrrt.... Drrrrrt.... Drrrrrt

"Hallo?"
"............"
"Iyach Aish,gue udah di kamar."
"............"
"Iyach,i'm fine."
"............"
"Oke,bye."

Begitulah persahabatan kami. Kami sangat dekat. Bahkan dulu saat SMA,Kak Anton,pacar Aish sangat cemburu dengan persahabatan kami. Tapi itu tidak berlangsung lama. Karena dia mulai paham dan mengerti. Kalo inget,malah pengen ketawa sendiri.

Readeeers,jangan bosan yach buat ngasih vote n commentnya. Maaf kalo masih acak-acakan. Hehehe. Sekali lagi thank you. :-)

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang