Ifan's POV
Setelah kejujuranku pada chubby,aku tak menemuinya lagi. Tapi,aku juga tak menghindar darinya. Hanya saja,aku masih perlu mengumpulkan hatiku yang telah berserakan. Memang,kami adalah sepupu. Tepatnya,sepupu jauh. Aku sadar dengan perasaan ini. Tapi,aku begitu menyukainya. Walaupun perasaan yang dia miliki tidak selaras denganku. Entah sejak kapan rasa itu menghinggapi diriku. Tapi,aku merasa nyaman ketika bersamanya.
Senyumnya selalui menghiasi hariku. Dan hari ini,senyum itu mulai menggoda dan membuatku tak mampu beraktifitas. Semua tentangnya. Hari ini adalah hari minggu. Dimana hari bersantai karena semua kegiatan di kampus libur. Ku gunakan saja hari ini untuk mengunjunginya. Mengunjungi chubby ku di asrama kampus. Pasti dia akan senang dengan kedatanganku,batinku dengan senyum yang rada-rada gag jelas. Namanya juga falling in love. Hehehe
***
Sesaat setelah mobil sport ku terparkir di halaman asrama, entah mengapa kaki ku enggan turun dari mobil. Kulihat chubby bersama Kak Ilham. Dia mantan gubernur BEM di fakultas ku. Dia salah satu mahasiswa berprestasi. Chubby menangis? Kenapa dia? Ada apa dengannya? Apakah laki-laki itu? Mengapa mereka bersama?gumamku.
Ketika chubby akan memasuki asrama, tanpa berpikir panjang, aku pun berlari mengejarnya. Karena aku tak akan rela pipi chubbynya basah karena tetesan air mata.
"Chubby tunggu!" aku berteriak hingga dia menoleh ke arahku. Disaat dia membalikkan badannya aku pun langsung meraihnya dalam dekapanku. Berusaha membuatnya tenang.
"Mas,kenapa disini?" tanyanya dengan suara yang masih sedikit terisak.
"Kangen kamu. Makanya mas kesini deg." saat itu juga,dia langsung merenggangkan pelukannya dan mengajakku masuk ke dalam ruang tamu asrama.
"Kamu kenapa nangis? Mana chubby ku yang dulu?" ucapku bersamaan dengan memiringkan kepala.
"Iiiih, sekarang pinter ngerayu yaaaa. Pergi ke dukun mana mas?" pertanyaannya langsung kusambut dengan tawa nyaring.
"Ini dukunnya disini,depanku. Hahaha." saat itu pula,tatapan tajamnya langsung tertuju padaku sehingga aku pun semakin tertawa.
"Auk ah mas. Udah sana go home."
"Udah ah,jelek tau kalo nangis."
"Emang."
"Makanya,diem deg. Gag usah nangis lagi."
"Iya." ketusnya.
"Ikut mas yuk?"
"Uweeeee....gini nih,kalo gag punya pacar. Sepupu pun jadi. Hahaha."
"Ngapain nyari pacar. Sekarang aku juga sama pacar aku." ucapanku langsung dibalasnya dengan mata cantik yang melotot.
"Ya udah,ayok ah. Kesuwen [1]!" akupun langsung menariknya dan membawanya ke suatu tempat.
***
"Maaaaas,niat ngebunuh chubby pelan-pelan ya!" sungutnya
"Yassalaaam chubby,kalo udah niat ngebunuh gag mungkin kamu mas bawa kesini."
"Lha ini,jalannya turun. Terus nanjak. Apa-apa an ini. Nyuruh olahraga kok siang?"
"Aduuuh,cerewet! Udah diem! Trust to me!"
"Ntar kalo aku jatuh gimana? Kalo aku keseleo gimana? Kalo aku-?"
"Shut up!"
Kali ini aku membawanya ke puncak. Yang dikelilingi dengan bukit-bukit cantik. Dia sangat menyukai alam. Gag heran kalo SMA dulu dia ikut pecinta alam. Hanya saja,dia sempat fakum karena kakinya sempat bengkak dan dokter melarangnya. Apa pun,akan aku lakukan untukmu,chubby ku. Hanya kamu dan demi kamu,batinku dan kututup dengan senyuman untuknya yang tengah asyik menenteng high heelsnya.
"Mas ipan, masih lama ya nyampeknya?" rengeknya.
"Sebentar lagi sampai."
"Okeh. Ayo kita balapan sampai atas." ucapnya dan kubalas dengan anggukan.
Aku berusaha menahan tawa dengan keadaan sekarang. Gadis manis di depanku penuh semangat. Saat dirinya hampir jatuh pun,dia segera bangkit. Karena dia tak ingin aku menjadi pemenangnya.
"Mas ipaaan,kalah. Weeeeek!" ucapnya dengan menjulurkan lidah.
"Awas kamu chubby." jawabku dengan nafas terputus-putus.
****
"Huwaaaaaaaa......mommy,it's so beautiful view."
"Kamu suka?"
"Banget."
Aku suka melihatnya tersenyum. Aku benar-benar bahagia. Ini yang aku cari. Aku tak 'kan mengizinkan air mata membasahi pipi bakpaonya lagi.
"Mas,sini. Ini bagus view-nya. Ayo selfie. Hehehe."
"Siapa takut. Mau berapa gaya selfinya?"
"Sebanyak-banyaknya. Hahaha. Baguuus. I like it."
Dia pun mengeluarkan hpnya dan berselfie bersamaku. Aku pun tak ingin kalah, ku buka aplikasi photo di hp ku dan mengajaknya berselfie bersama. Setelah itu kami duduk di batu besar di dekat bukit.
"Chubby"
"Hmm"
"Kok hm?"
"Ada apa mas papan sayank?"
"Mas mau ngomong."
"Apa?"
"Jangan marah ya."
"Gag janji."
"Gag jadi."
"Ini orang belum pernah di bawain golok kali ya?"
"Belum."
"Auk ah."
"Hahaha"
"Apa siih mas?"
"Ngomong aja."
Dengen segenap keberanian, aku berusaha menyatakan hal itu kembali. Dan aku berharap tidak ada penolakan untuk yang kesekian kali.
"Mas?"
"Eh?"
"Mas mau ngomong apa?"
"Kamu mau jadi calon istri mas? Mau jadi ibu dari anak-anak mas?"
[1] kelamaan
Halluuuuw readers...maaf kalo amburadul...jangan ditimpukin ya? Hehehe.
Jangan lupa vomennya.
Thank you :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Here,I'm Waiting You
Romance"Aku tak percaya bahwa aku harus mengalami ini semua" ucapku lirih saat melihat apa yang terjadi dihadapanku. Tangisku pun semakin memuai,bagai besi yang terkena panas. Seketika itu pula Aish,sahabatku memelukku dengan erat.
