PART 16

350 12 0
                                    

Ilham's POV

Setelah rapat bersama seluruh pegawai,aku pun kembali ke ruangan. Dan ternyata,beberapa dokumen telah setia menanti di meja kerjaku.

Lagi dan lagi. Senyum itu menggodaku. Senyum manis Silvia Dwi Ananda. Senyum yang setiap saat ku rindukan. Yang mampu membawa kehangatan untukku.

Ya,setelah pertemuan kami di hari ulang tahunnya dan setelah pertemuannya dengan mama dan papa di danau itu,membuatku yakin untuk meminangnya. Ingatanku berputar pada percakapan kemarin di ruang makan.

*flashback ON*

"Morning Pa,mama,Zia." sapaku penuh semangat.

"Pagi-pagi udah senyum-senyum. Gila ya mas?" tanya adikku.

"Zia,udah jangan digangguin itu masnya. Dia lagi berflower-flower." sahut mama.

"Wah,akhirnya Ya Alloh. Mas ku payu pisan. Hahaha." jawabnya dengan tawa.

"Emang gue barang." sungutku.

"Pasti payulah. Mas mu kan ganteng,CEO,mahasiswa berprestasi juga." timpal papa.

"Iya deh iya." jawabnya cuek.

"Ya udah ayo di makan dulu sarapannya. Nanti kalian keburu telat." perintah mama.

"Ilham,kamu kenal Via dari siapa?" tanya papa.

Papa yang biasanya cuek,sekarang hobby kepo. Apalagi mengenai kedekatanku dengan Via. Sebenarnya papa kasih restu gag sih? gumamku.

"Dari Icha pa. Calon istri Kak Anton." ucapku.

"Kok bisa?" tanya papa.

"Bisa donk pa. Icha kan sahabat Via."

"Terus,kapan kamu akan melamar Via?" tanya papa.

"Uhuuk... Uhuuuk... Uhuuuk." aku pun tersedak dan Zia pun langsung memberikan segelas air putih kepadaku.

"Iih,papa tuh. Kesian kan mas kalo gini. Tapi,Via itu siapa mas?" tanya Zia penuh selidik.

"Itu calon istri mas mu." timpal mama.

"Nah loe,udah siap jadi bapak-bapak mas? Hahaha"

"Papa sama mama udah kasih restu apa belum?" tanyaku dengan tatapan mengarah kepada mereka.

"Sudahlah Ilham." jawab mama dengan kerlingan mata.

"Dia baik,dia cantik,dan juga pandai. Papa tidak ragu dengannya. Apalagi,dia mahasiswa papa sendiri. Jadi papa ngerti dia." tegas papa.

"Cie yang udah tua. Hahaha." ledek Zia.

"Bisa diem gag loe!" sungutku.

"Iya pa,ma. Mungkin dalam minggu ini Ilham akan melamarnya secara pribadi dulu. Dan akan melamar langsung,ketika Via sudah lulus." tegasku.

"Baiklah. Papa bangga sama kamu." ujarnya.

"Mas,kenalin ama gue donk itu cewek." rengeknya.

"Iya,ntar aja kalo udah waktunya."

"Kenapa nunggu waktu? Nanti sore jam 4 kamu jemput dia. Bawa dia kerumah dan kita cari baju batik kembaran." titah mama.

"Kenapa Via harus ikut?" tanyaku.

"Dia kan akan hadir di wisudamu sebagai calonmu." tegas mama.

Aku tak mampu berkata apa pun. Alhamdulillah,gumamku.

"Oh ya pa,nanti papa tolong kasih tahu Via juga di kampus ya?" titah mama.

"Iya sayang. Papa juga ada jadwal hari ini di kelas Via." ucap papa sebelum mencium kening mama.

"Eiiitz,papa gag lupa kesekolahan aku kan?" tanya Zia.

"Papa gag lupa princess."

*flashback OFF*

Alhamdulillah,papa dan mama merestui hubungan kami.

***

Icha mana siih lama banget,gumamku. Ya aku sedang menunggu Aisha Megantari di ruang tamu. Ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan. It's all about Vee.

Besok adalah hari dimana kami akan bertemu di rumah pohon ba'da maghrib. Ku bulatkan tekad ku untuk melamarnya secara pribadi.

"Woy mas,ngapain mondar-mandir gag jelas? Ngerusak pemandangan aja!" ucap Zia.

"Diem loe!" sungutku.

"Iiih,atuuuuut."

"Mimpi apa kak Via punya calon suami kayak setan gini." sungutnya.

"Bisa diem gag loe!" ucapku geram.

Tok

Tok

Tok

"Biar gue yang buka pintunya!" ucapku pada Zia.

"Sorry kak,lama. Hehehe." ucap Icha.

"Dari mana loe? Jam segini baru nongol."

"Abis kelelep kak. Hahaha."

"Iye,kelelep di hati Kak Anton. Hahaha." timpal Zia saat melewati aku dan Icha.

"Tuh,Zia tau kak." jawabnya.

"Oh ya,ada apa kak?"

"Gini,loe tau gag ukuran jari manis Via?"

"Kakak mau---?"

"Iya." jawabku yakin.

"Tau kak. Cincin dari Abi masih aku simpan."

"Abi?" kataku dengan mengernyitkan dahi.

"Iya. Mantan pacarnya dulu waktu SMA. Yang udah buat dia takut jatuh cinta." jelasnya.

Ada sedikit rasa benci ketika mendengarnya. Tapi tak apalah. Itu hanya masa lalu Via. Dan masa depannya sekarang bersamaku.

"Ya udah. Gue anter loe pulang and gue pinjem itu cincin." tegasku dan Icha pun mengangguk.

"Bentar,gue ke atas dulu. Ambil kunci mobil."

"Kayaknya Mas Ilham sayang banget ya sama Kak Via?" tanya Zia pada Icha ketika keduanya kutinggal di ruang tamu.

"Iya Zia. Gue juga bisa lihat dari mata Via. Maklumlah,dia sahabat gue waktu SMA dulu." ucap Icha.

"Cha,C'mon." ucapku.

"Ati-ati mas." ucap Zia.

"Oke Zi. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."



POV Ifan,be patient ya readers... Jangan lupa vomentnya yach...
Thank you :-)

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang