PART 37

463 13 2
                                    

"Nduk, bunda bahagia sanget." ucap bunda sembari mengelus rambutku. Kini, aku meletakkan kepalaku di atas paha bunda. Kami sedang menghabiskan waktu berdua di ruang keluarga.

"Bahagia kenapa bun?" tanyaku.

"Melihat sampeyan lahir, tumbuh, dan berkembang." jawabnya.

"Tapi bun, neng kan belum bisa buat ayah kale sampeyan bahagia?"

"Untuk sekarang, bunda sudah sangat bahagia. Apalagi bisa melihat sampeyan meraih gelar Sarjana Pendidikan. Belum lagi lihat sampeyan menikah. Melihat pria yang mengambil alih tanggung jawab untuk kehidupan sampeyan." ucapnya dengan suara parau. Tak lama kemudian, aku merasakan tetesan air yang jatuh mengenai pipi ku.

Bunda menangis, jeritku dalam hati.

"Bunda, pun dipikir nggeh. Neng masih pengen buat bunda sama ayah bahagia." ucapku memeluknya erat.

"Bunda ndak siap nduk buat melepas sampeyan. Tapi, bunda juga ndak boleh egois." tangisnya semakin pecah. Kurasakan tubuhnya bergetar disertai pelukan yang sangat erat.

"Bunda, pun nangis nggeh. Mau bubug sama neng?" tanyaku.

"Ndak usah. Sampeyan tidur dulu. Besok kan harus kembali ke asrama. Bunda nunggu ayah sama Rafi dulu."

"Inggih bunda. Neng istirahat dulu." Aku pun bergegas menuju kamar dan telah menjadi suatu rutinitas ketika aku dirumah, bahwa sebelun tidur terbiasa mendengarkan radio.

"101,3 FM. Radio Remaja, Jagonya Radio Remaja. Holla sobat R sekalian. Ketemu lagi nih sama Sitha. Sobat R, lagi pada ngapain nih? Jangan-jangan mikirin Sitha nih. Hahaha. Kalian tau gag, gimana perjuangan hidup dan mati seorang ibu? Ato gag, hal-hal lain lah yang menyangkut tentang ibu. Yuhuuuuuuu, malem ini tema kita adalah I LOVE YOU MOM." celoteh sang penyiar.

"Tadi tuh sebelum Sitha ke studio, Sitha dapet titipan lagu dari Rafi. Hay hay Rafi. Katanya, this song special for my sister Silvia Dwi Ananda. Eleuh-eleuh adeknya baik binggo ya. Langsung wae, Vee this song's for you. Selamat menikmati." celotehnya lagi.

Bunda.........

Engkaulah muara kasih dan sayang

Apapun pasti kau lakukan

Demi anakmu yang tersayang

Bait pertama telah mampu meloloskan buliran-buliran bening yang tak sanggup ku tahan.

Bunda.........

Tak pernah kau berharap budi balasan

Atas apa yang kau lakukan

Untuk diriku yang kau sayang

Saat diriku dekat dalam sentuhan

Peluk kasihmu dan sayang

Saat ku jauh dari jangkauan

Doa... mu kau sertakan

Bagai memutar memory lama. Dimana bunda selalu berdiri di baris depan untuk selalu mendukung dan mendo'akanku.

Reff:

Maafkan diriku bunda.....

Kadang tak sengaja ku membuat remah hatimu terluka

Kuingin kau tahu bunda....

Betapa kumencintaimu lebih dari segalanya

Ku merasa bahwa aku belum memberi yang terbaik untuk bunda.

*Kumohon restu dalam langkahku

Bahagiaku seiring doamu

Drrrt... Drrrt....

Benda pipih di atas nakas pun bergetar. Segerah ku meraihnya dan mematikan radio.

"Gimana neng? Suka?" tanya suara di seberang sana.

"Rafi. Gara-gara kamu. Aku mewek." jawabku.

"Hehehe. Suruh siapa tadi nangis-nangisan berdua di tengah."

"Kok tau?"

"Aku tadi sama ayah sudah di depan pintu. Ya udah. Istirahat gih neng ku sayang."

"Iya adek ku sayang. Eeeh, kamu dimana sekarang?" tanyaku.

"Nih kamar. Kamar kita kan sebelahan. Hahaha."

"Kenapa telpon?"

"Gratisan telpon lagi ada sisa 15 menit. Eman kan kalo gag guna? Haha."

"Kamu tuh ya. Ya udah neng istirahat dulu."

"Okke my sist. Have a nice dream."

Bip

Setelah sambungan telpon kami terputus, aku pun mulai merebahkan diri di peraduanku.

Ku tatap langit-langit kamar yang telah sedikit memudar akibat rentanya usia. Disini-di kamar ini, merupakan saksi bisu perjalanan hidupku. Dan sekarang aku telah tumbuh dewasa.

Bunda selalu memiliki alasan mengapa kami-aku dan Rafi harus terbuka. Ingatanku mulai melayang saat aku SMA. Karena kegalauanku, bunda akhirnya angkat bicara. "Karena disinilah kalian pulang. Dan bunda, siap menjadi audience untuk semua cerita-cerita kalian. Maka dari itu, jangan sakiti bunda ya." ujarnya dengan senyum. "We love you mom." ucap Rafi sambil memeluk bunda. Aku bersyukur, memiliki bunda yang sangat perhatian pada anak-anaknya.

Terimakasih bunda untuk semuanya. Bulir-bulir bening telah lolos dan membuat penglihatanku sedikit perih. Aku putuskan untuk memejamkan mata. Ya Alloh, lindungilah bunda dan ayah. Terimakasih Engkau telah memberikanku keluarga yang begitu sempurna, batinku.


Hehehe...gimana?dapet gag?

Vote dan commentnya ditunggu ya...

Oh iah part ini didedikasikan buat bakis_18 dan Radiel41

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang