PART 27

432 12 0
                                    

Hiruk pikuk kota tempatku menimba ilmu,tak lagi terdengar. Ketenangan. Itulah perasaanku. Ku langkahkan kaki dan menjauh dari bus yang telah membawaku ke tempat ini. Terminal Kertajaya---terminal bus Mojokerto. Aku pun menuju sebuah avanza berwarna merah dengan plat S. Langkahku pun terhenti dan langsung menghamburkan pelukan pada seorang wanita paruh baya,bunda.

"Assalamu'alaikum bunda." diikuti dengan ciumanku pada punggung tangan.

"Wa'alaikumsalam." jawabnya dengan senyuman. Ya,itulah senyuman hangat yang selalu kurindukan.

Ayah yang sedari tadi melihat senyuman bunda,membuatnya meneteskan air mata.

"Assalamu'alaikum ayah. Ayah kenapa nangis?" diikuti dengan ciumanku pada punggung tangan.

"Tidak apa-apa nduk. Ayo pulang. Kasihan Rafi. Dia nunggu kamu kelamaan dan akhirnya dia tertidur di dalam." ucapan ayah membuatku meneteskan air mata saat melihatnya tertidur. Rafi---adikku tercinta. Kini ia telah tumbuh menjadi remaja SMA,sehingga kadar ketampanan yang dimilikinya pun bertambah.

Perjalanan ku menuju rumah sangatlah menyenangkan. Tak jarang pula aku tersenyum melihat jalanan yang dulu sering kulewati. Dikota inilah aku akan menghabiskan libur semesterku selama 3 bulan.

"Ayo nduk kita turun." ucap ayah.

"Inggih yah."

"Adik juga tolong dibangunin ya neng." ucap bunda.

"Inggih bunda."

Rafi tampak terkejut. Dia mengira ini mimpi. Aku pun langsung mengacak-acak rambutnya dan dia pun langsung memelukku.

"Neng kok gag bangunin adik dari tadi sih?" ucapnya dengan cemberut dan menjauhkan tubuhnya dariku.

"Aiiiih,adik neng kok cembetut gitu siih? Neng kan gag mau ganggu pangeran yang sedang terlelap tidur." ucapku gemas dan mengacak rambutnya lagi.

"Neng mesti gitu. Ya udah,ayo turun neng." ucapnya dan kubalas dengan anggukan

***

"Neng istirahat dulu. Ini kan hari minggu. Neng pasti capek." tuturnya.

"Iya Fi. Kamu mo kemana?" tanyaku bingung.

"Biasa neng. Adikmu mo kencan. Gag tau sama yang mana." jelas bunda. Aku pun tersenyum melihatnya yang sudah dihadapanku dengan parfum khasnya.

"Idiiiih,bunda tuh apa an. Rafi kan malu sama neng." jelasnya frustasi.

"Ya udah,sana berangkat. Gag baik buat seorang cewek nggu lama pasangannya. Ntar ceweknya diembat orang loh Fi. Mau?" tuturku dan dia pun menggelengkan kepalanya.

"Ya udah,adik berangkat dulu. Assalamu'alaikum." ucapnya dengan mencium punggung tangan bunda dan tanganku.

"Fi,udah pamit ayah?" teriak bunda dan dibalasnya dengan acungan jempol kanannya. Motor matic yang akan dikendarainya semakin jauh. Berarti dia sudah berangkat.

Walaupun sudah SMA,Raffa masih saja manja padaku. Tapi tak pernah sedikitpun aku terganggu.

"Bun,ayah kemana?" sejak tadi aku tak melihatnya.

"Ayah lagi ke rumah pak de nduk." jawabnya dengan senyum.

"Neng ke kamar dulu. Ngantuk bun." ucapku kearah bunda yang tengah membaca buku di ruang tengah. Aku pun segera berlari menuju kamarku.

***

Ilham's POV

Bagaimana kabar gadisku? Apakah dia telah sampai di kota kelahirannya? Mengapa dia tidak menghubungiku? Gelisah---itulah rasaku. Aku takut terjadi apa-apa. Tapi kekhawatiranku terjawab saat ponselku berdering. Gadisku,pekikku.

"Hallo sayang."

["Hallo mas."]

"Gimana perjalanannya? Sekarang udah dirumah kan?" tanyaku sedikit khawatir.

["Perjalanannya seru mas. Iya,nie di kamar. Lagi tidur-tiduran. Ngantuk aku mas."]

"Ya sudah,kamu istirahat dulu ya."

["Iya mas."]

"Love you sayang."ucapku dan langsung memutuskan panggilannya.

Baru beberapa jam dia meninggalkanku,aku merasa telah ditinggalkannya berbulan-bulan.

Aku telah memberitahu padanya,bahwa minggu depan aku akan berkunjung kerumahnya untuk melamarnya. Begitu pula dengan orang tua ku. Semoga tidak ada halangan nantinya,gumamku.





Morning readers...happy reading yach...ditunggu vote dan commentnya :-)

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang