PART 30

478 11 0
                                    

Aku merasakan sebuah genggaman tangan yang begitu erat. Aku pun mencoba membuka mata dan mencari pemilik tangan tersebut. Dialah---Mas Ilham. Aku pun hanya bisa memandangi wajahnya yang tengah terbawa ke alam mimpi. Dia benar-benar tampan. Dia tertidur disampingku dengan menggenggam tanganku erat. Aku pun mencoba memejamkan mataku kembali,karena cidera di kepalaku terasa masih sakit. Ku coba untuk mengerjapkan mata dan mengingat semua kejadian.

*flashback ON*

"Nduk,bisa minta tolong?" pinta bunda.

"Nopo bun?"

"Tolong jemput adik ya. Hari ini gag bawa motor. Tadi bareng Ryan."

"Inggih bun." aku pun segera menuju kamar untuk mengambil jaket,helm,masker,dan kunci motor.

Cukup 30 menit,aku sampai disekolah. Dengan kecepatan yang 11-12 lah sama Pedrosa,hehehe. Kebetulan,sekolah tempat adikku menimba ilmu adalah sekolah yang sama denganku.

"Neng Via?" aku pun membuka helm.

"Pak Bambang." aku pun menghampiri pria paruh baya tersebut dan mencium punggung tangannya. Beliau adalah penjaga sekolah.

"Nunggu siapa neng?"

"Mau saya nunggu sampean pak. Tapi nanti istri sampean marah pak." beliau pun tertawa. Ya Pak Bambang memiliki selera humor yang sangat tinggi. Tak jarang pula beliau mengajakku bercanda sembari menunggu ayah menjemputku pulang sekolah.

"Neng tetep aja ya."

"Kalo saya berubah,saya sama donk dengan digimon." kita pun tertawa bersama.

"Neng,udah lama ya." tanya Rafi. Dia datang dengan dua orang cewek.

"Iah Fi. Udah dari subuh malah." Rafi pun tertawa.

"Wah,cowok basket yang lagi digandrungi banyak cewek,adiknya Neng Via ya?"

"Hehehe. Iya Pak Bambang." ucap adikku.

"Gag mau kalah ya,kayak Nengnya dulu. Banyak yang suka." dengan senyumnya.

"Ya sudah,bapak kembali ke dalem dulu ya." ijinnya.

"Monggo pak." ucapku.

Pandanganku beralih pada dua cewek yang berdiri disamping adikku. Mataku terhenti pada seorang cewek dengan penampilan sederhana. Wajahnya begitu polos.

"Neng,kenalin mereka ini sahabat adik. Yang ini Alice dan yang ini Ana." ucap adikku.

Oh,jadi namanya Ana."Saya Via,nengnya Rafi." ucapku seraya memperkenalkan diri kepada mereka.

"Rafi,kamu katanya mo pulang bareng aku. Kok sama neng kamu?" ucap Alice.

"Kamu kan bisa pulang sendiri. Lagi pula,jarak rumah kita jauh." jawab adikku cuek.

"Alice,biar Rafi pulang sama Neng Via. Kamu bareng aku aja." ucap Ana.

"Ya udah deh." pasrah Alice. Ngeri liat cewek modis macam Alice. Kayaknya salah penampilan deh.

"Neng,kita duluan ya." ijin Ana.

"Ya Ana,hati-hati ya." senyumku mengembang.

"Kamu kenapa pulangnya lama,hah?" tanyaku pada Rafi.

"Abis Remidi Kimia,hehehe. Neng kan dulu juga anak IPA,pasti pulangnya telat 1 jam." jujurnya. Bener juga kata dia.

"Ya udah,ayo kita c'mon." ucapku. Seraya memberi kunci motor pada Rafi. Dia pun menyalakan maticnya dan,terlihat sosok Mas Ifan berjalan kearah kami.

"Ada apa mas?" tanya Rafi.

"Mas mo ngomong sama Via." jelasnya sembari menarik tanganku

"Mas boleh ngomong sama Neng. Tapi tolong gag usah tarik-tarik." jelas Rafi.

"Kita butuh privasi!" sentaknya pada Rafi.

"Gag bisa! Mas udah nyakitin neng!" tegasnya.

"Diem loe anak bayi!" ucapnya sembari mendorong Rafi jatuh tersungkur.

"Jangan sakiti Rafi! Mas perlunya sama aku! Bukan Rafi!" tegasku.

"Cukup mas!" ucap Rafi.

"Loe diem disitu!" bentaknya pada Rafi. Aku mengangguk kearahnya berusaha membuatnya mrngerti bahwa memang Mas Ifan butuh privasi denganku.

Jalanan yang begitu ramai tak mengurungkan niatnya untuk tetap menarik tanganku. Bahkan hingga pergelangan tanganku lecet dan berubah warna. Dia tetap berusaha menarikku ke seberang jalan. Walaupun aku meronta kesakitan,dia tak menghiraukanku. Saat berada di tengah jalan yang begitu ramai,aku pun mulai melepas tarikannya dan segera lari menjauh. Tapi sebuah truck tengah berjalan kearahku.

"Aaaaaaaaaaaaaa." jeritku. Semua terasa sakit dan gelap.

*flashback OFF*

Perlahan aku membuka mata. Tapi luka di kepala masih sangat sakit. "Aaaaaaah." pekikku.

Mas Ilham pun terbangun karena suara kesakitanku. "Kenapa sayang? Mana yang sakit?" dengan raut panik. Dia pun mencium kepala ku yang di perban. Aku tak bisa apa-apa. Hanya linangan air mata jawaban jawaban dari kesakitanku.

"Sayang mas disini. Mas akan jagain kamu. Kamu istirahat ya." pintanya dengan linangan air mata.

"Mi--num." ucapku terbata-bata. Dia pun membantuku untuk duduk kemudian menyodorkan segelas air kepadaku.

"Mas,ke--na--pa di--sini?" ucapku.

"Itu gag penting. Nanti kalau kamu sudah sembuh,mas kasih tahu kenapa mas disini." tuturnya.

"Sekarang kamu tidur ya. Mas disini. Mas gag akan kemana-kemana. Mas janji." tuturnya dengan menggenggam tanganku dan mencium keningku.

"Ehem...Neng gag boleh mesum lho ya. Kan belum halal." ucap Rafi. Dia mengunjungiku dengan sahabatnya yang bernama Ana.

"Berisik kamu Raf. Ayah sama bunda kemana?" tanya Mas Ilham.

"Ntar juga nyusul. Mungkin sekalian sama yang laen." ucap Rafi.

Dia pun menghampiriku.

"Maafin adik mu yang gag berguna ini ya Neng?" ucapnya dengan nada yang hampir menangis. Aku pun menggenggam tangannya sebagai isyarat bahwa aku tidak apa-apa.

Pandanganku beralih pada sosok wanita sederhana sisamping adikku."Neng cepat sembuh ya? Nanti Ana mo minta diajarin private bahasa inggris,hehehe." ucapnya menghiburku. Aku pun tersenyum kepadanya.

"Neng tau gag,Mas Ilham kayak orang kesetanan kemarin. Dia gag mau jauh-jauh dari neng." jujur Rafi dan kini pandanganku beralih kepada laki-laki yang tengan menggenggam tangan kiriku. Aku pun tersenyum kepadanya.

"Ya udah,sekarang biarin neng istarahat dulu. Kalian pulang ya." ucap Mas Ilham dan langsung dibalas oleh anggukan.

"Selamat tidur sayang." ucapnya sembari menggenggam tanganku dan mencium keningku.


Cie cie cie,so sweet ya readers...hehehe....jangan lupa vote dan comment ya...thank you :-)

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang