PART 31

937 10 0
                                        

14 hari,ya selama itu aku harus berada di ruangan serba putih yang memiliki aroma menyengat,aroma obat-obatan tepatnya.

"Mas? Kok gag balik ke Surabaya?" tanyaku pada Mas Ilham yang tengah mengelus rambutku sembari aku bersandar pada dada bidangnya.

"Mas akan kembali kalo kamu udah boleh pulang sayang."

"Oh,gitu Mas." jawabku.

"Sebentar ya,cairan infus kamu habis. Mas hubungi susternya dulu." ucapnya dengan mencium keningku.

Tak bisa kupungkiri. Aku pun merasa sangat bahagia. Setelah dia menjelaskan semuanya. Aku hanya bisa tersenyum dan merasa bahwa ini semua hanya mimpi.

"Neng?"

"Ana ya?" tanyaku pada sosok gadis di depanku.

"Hehehe,iya neng." ucapnya polos.

"Sama siapa kesini?" tanyaku.

"Sama Rafi neng. Tapi dia tadi ketemu Mas Ilham di depan." jelasnya.

"Oh iya,Alis bengkok kemana?" tanyaku heran. Sangat heran mungkin tepatnya. Karena sahabat Rafi yang bernama Alis tak pernah menjengukku.

"Lagi ada bimbingan belajar." jawab Ana.

Tak lama kemudian,Rafi dan Mas Ilham pun masuk bersama-sama.

"Cie,yang mo lamaran?" goda Rafi.

"Rafi,jangan gitu. Kesian Neng Via." ucap Ana.

"Usil mulu sih kamu. Kamu mo lamaran juga?" tanyaku.

"Boleh neng?" tanya nya dengan penuh pengharapan.

"Boleh kalo udah jadi dokter!" sahutku. Ya,impiannya memang menjadi seorang dokter. Aku selalu menyemangatinya agar tak mudah menyerah.

"Ana,kamu mau kan nunggu in aku jadi dokter?" ucapnya pada Ana.

"Eeeh,dasar! Kamu tuh usaha dikit kek. Kesian Ana nungguin kamu,kalo kamu gag mo usaha!" sungutku.

"Ya ini neng lagi usaha." jawabnya.

"Usaha apa?" tanya Mas Ilham sembari mencium keningku.

"Usaha bilang sama Ana,biar dia mo nunggu aku." jawabnya. Ana hanya tersenyum melihat tingkah Rafi.

"Yeeeee,mana mau nunggu dia. Siapa cepet dia dapet." jawabku.

Akhirnya Ana angkat suara," iya Fi,aku bakalan nunggu kamu." ucapnya dengan senyum.

"Tuch kan,apa Rafi bilang. Siapa siih yang nolak pesona adek gantengnya Neng Via." ucapnya yakin.

"Ya udah Fi,neng ngalah." ucapku.

"Ya udah neng,kita pulang dulu." ucap Rafi. Aku pun mengangguk sebagai tanda mempersilahkannya.

Setelah kepergian Rafi dan Ana,aku mencoba memejamkan mata kembali. Mas Ilham pun menemaniku hingga aku tertidur.

***

Ilham's POV

Wajahnya begitu menyejukkan hati. Kutatap ekspresinya ketika tidur. Damai. Itu yang bisa aku gambarkan. Melihat senyumnya dan mendengar suaranya,membuatku bahagia.

"Ham gu---"

"Diem loe sialan! Ngapain loe kesini!" tegasku.

"Gue mo minta maav Ham." ucap Mas Ifan.

"Puas loe nyakitin dia,hah?" teriakku.

"Brengsek loe!" aku pun memberinya pelajaran hingga dia jatuh tersungkur dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Sini loe,gue belum puas nyiksa loe!" sembari mengangkat kerah bajunya.

"Hentikan!" ucap Via.

"Vee,aku mo minta maaf. Aku tau aku salah. Maafin aku Vee." ucapnya memelas.

"Kalo gini,loe baru nyadar. Iya!" bentakku padanya.

"Puas kamu mas? Seneng kamu mas?" ucap Via setengah terisak. Aku pun mendekatinya. Berusaha menenangkannya. Ku kecup beberapa kali pelipisnya dan ku genggam erat tangannya.

"Aku udah maafin mas! Dan aku pengen mas pergi dari sini sekarang! Sebelum aku berubah pikiran! Pergi!" bentaknya. Ifan pun pergi dengan beberapa luka lebam menghiasi wajahnya.

"Sssst,diem ya sayang." ucapku dengan mrngelus rambutnya.

Dia menangis hingga membuat kaos putih yang dikenakannya penuh airmata. Dan terlihat jelas warna bra hitamnya. Kepalaku yang berada diatas kepalanya,melihat itu semua. Melihat benda kenyal yang tak dapat kujamah sebelumnya. Alamat terangsang! Fix,otak ku mulai gangguan.

Dia mulai mendongakkan wajahnya. Kutatap matanya. Kucium kedua matanya. Kemudian menuju hidungnya. Dia pun semakin mendekat dan melingkarkan tangannya pada leherku. Kulumat bibir mungilnya. Kulumat dengan penuh sayang hingga dia pun membalasnya. Membuka bibirnya sehingga membuatku leluasa untuk bermain di dalamnya. Erangan demi erangan membuatku nyaman. Tangan ku pun mulai memasuki tubuhnya. Kubuka pengait branya. Ku mainkan punggungnya. Ku alihkan tanganku benda kenyal di depanku. Ku tangkup keduanya penuh hasrat. Ku mainkan ujung payudaranya.

"Ah....mas....ah....ud.....ah" erangan itu membuatku semakin berhasrat. Kualihkan dengan mengecup dan bermain pada payudaranya dengan bibirku.
"Mas,uuuh....ud...ah....ak....uuuu....eeee...gaaaag.....kuuuu....at."

Aku pun segera menghentikan aktivitasku di area payudaranya. Ku cumbu bibir mungilnya sembari tanganku mengaitkan kembali kaitan branya.

"Aaaaaaah." dia pun mengerang sembari menjambak rambutku. Aku pun menghentikannya sebelum nafsuku memuncak.

"Suaramu,sexy sayang." bisikku ditelinganya. Dia pun merona seketika.

"Mas tuch apa an siiih." jawabnya.

"Kapan-kapan minta lagi donk." ucapku dengan mengerlingkan mata.

"Yeeee,mesum." jawabnya. Dan kami pun tertawa bersama. Tak lama kemudian beberapa dokter yang menangani Via masuk ke dalam ruang perawatan dan memeriksanya.

"Via,3 hari lagi kami sudah boleh pulang." ucap dokternya.

"Beneran dok?" tanyaku.

"Iya mas. Tapi tolong dijaga agar tidak berfikir yang berat-berat." pesan dokternya.

"Baik dok." aku pun senang mendengarnya.

"Ya sudah,sekarang saya keluar dulu. Via istirahat ya." pesannya. Dia pun keluar kamar perawatan.

"Sayang,tidur ya." ucapku pada Via.

"Tapi tungguin." pintanya.

"Siap! Sekalian grepe-grepe ya,bolehkan?" tanyaku dengan kerlingan mata.

"Mesuuuuum." dia pun memelukku. Kubelai rambutnya,sesekali ku kecup pelipisnya. Dan dia pun tertidur dalam damainya.





Halluuuuuuw *lambai-lambai* authornya lagi mampet nih idenya. Boleh donk kasih saran. *kedipkedipmata*

Oya,yang mo silaturrahmi sama author and tanya*,bisa add fb Dewi Anggrayny.

Thank you readers...
Ditunggu vote dan commenya ya. :-)

Here,I'm Waiting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang