Perlahan kubuka mata dan mencoba mengingat. Aku dimana sekarang? Kenapa kerudung ku terlepas?gumamku.
Terdengar suara derap langka mendekati pintu kamar.
KLEK
"Bakpia? Udah bangun loe?" tanyanya sembari duduk disamping kasur berukuran big size.
"Kenapa gue disini?"
"Huaaaaa...loe amnesia ato pura-pura lupa? Semalem kan loe ke sini. Bukan muhrim kalo berdua sama Mas Ilham di kamar. Hahaha."
"Oh My God,lupa gue. Hahaha."
"Kalo gue jadi loe mah,gue seneng. Kapan lagi coba berdua an sama dia. Udah cakep,ganteng,baik pula. Oh iya,1 lagi. Dia pengusaha." jelasnya dan berhasil membuatku terdiam.
"Bakpia,gue ngomong ama loe! Bukan ama patung!" jelasnya dengan nada sedikit kesal.
"Hehehe,iyach maaf. Maklum,gue masih ngumpulin nyawa. Kan bangun tidur. Hahaha."
"Loe mah gitu orangnya. Ya udah cepet prepare. Udah di tunggu Mas Ilham di bawah."
"Ngapain dia kesini?" jawabku ketus.
"Katanya kangen sama loe. Hahaha. Handuk mandinya ambil di lemari cream warnanya ungu. Gue tau wana kesukaan loe." jawabnya sembari meninggalkanku.
Aku pun menyambar handuk itu dan bergegas menuju kamar mandi. 15 menit di dalam kamar mandi dan sekarang wajahku telah segar kembali. Setelah mengganti baju yang telah disiapkan oleh Aish,aku pun turun dari kamarnya. Kali ini,tubuhku terbalut kaos berlengan panjang berwarna maroon dan rok panjang berwarna cream dengan motif bunga-bunga.
Dan tatapan itu telah menyambutku di ruang keluarga Aish. Tatapan yang telah membuat hati ku terguncang dan begitu merindukannya. Kini dia telah berdiri di depanku dengan pakaian santai.
"Bakpia,you look so beautiful." ujar Aish sembari memelukku.
"Hehehe. Biasa aja. Gue pinjem baju loe dulu yach." ujarku dan berhasil dibalasnya dengan anggukan.
"Ya udah Mas Il,bawa sahabatku jalan-jalan sono. Inget,jangan diapa-apain sebelum dibawa ke KUA." ucapnya yang langsung kubalas dengan tatapan mautku.
"Siap sepupuku. Ku pastikan dia aman bersamaku dan secepatnya ku bawa ke KUA."
"KUA? Skripsi aja belom kelar. Hahaha."
"Ya udah ah,gue berangkat dulu." ucapku pada Aish dan langsung disambut oleh genggaman tangan Mas Ilham.
Dia pun membukakan pintu untukku. Aku mencuri kesempatan,untuk sekedar meliriknya. Karena aku takut,dia mengetahui ku. Perfect,batinku.
"Vee? Aku tampan yach?"
"Biasa aja."
"Iya kah? Tapi kenapa kamu lirik-lirik aku dari tadi?"
"PD banget sih loe mas!" ucapku dan langsung dibalasnya dengan usapan sayang pada rambutku.
"Ikut aku ke kantor sebentar ya. Mau ambil beberapa dokumen yang harus aku periksa dirumah nanti." aku membalas ucapannya dengan anggukan.
Sesampainya di kantor,dia tidak mengizinkanku untuk mengikutinya ke dalam. Tak selang berapa lama dia pun kembali dan mengacak rambutku. Aku hanya bisa menunduk untuk menyembunyikan rona merah pada pipi chubby ku.
"Bosen ya?" tanyanya.
"Nggak mas."
"Kita ke kedai coklat yuuk. Ntar kamu bisa minum susu coklat anget." dan berhasil membuat ku tersenyum kearahnya.
"Ini janjiku yang kemarin." ucapnya dengan mengerlingkan mata.
Mobil sportnya kini telah terparkir di depan kedai coklat. Dia memilih bangku yang berada di sebelah kolam ikan. Seorang pelayan telah membawa pesanan kami yang telah dipesan dan dibayarnya sebelum kami menempati bangku ini. Yach, 2 gelas susu coklat dan roti bakar keju. Aku mengernyitkan dahiku. Dari mana dia tahu kalo aku suka roti bakar rasa keju,batinku.
"Mau di diemin sampek kapan makanannya?"
"Mas kok langsung pesan ini?"
"Aku tahu dari Icha. Dia bilang kamu suka roti bakar rasa keju."
"Icha?"
"Aisyah Megantari. Sahabat kamu. Calon istri sepupuku,kak Anton."
"Lhoooo...jadi?" dia pun mengangguk.
Aku pun mulai menyentuh roti dan susu yang telah tersedia. Sementara itu,dia tengah asyik dengan dokumen-dokumenya. Sesekali dia menoleh ke arahku dan tersenyum. Ya Alloh,izinkan aku untuk jatuh cinta dan izinkan dia menjadi imamku,batinku.
"Mas,ayo go home. Udah full ini perutku. Cacingnya udah diem. Hehehe." ucapku dengan merengek ke arahnya.
"Tambah sayang aku Vee sama kamu." ucapnya dengan senyum dan menggenggam tanganku.
Aku pun tak ingin dia mengetahui rona wajahku yang berubah,sehingga ku menunduk saja. Tapi,itu semua gagal. Di sentuhnya dagu ku dan diangkatnya wajahku. Saat itulah aku menatapnya secara dekat dan merasa nyaman.
"Iya,aku akan menjadi imam mu." ucapnya dan langsung menggenggam tanganku. Aku pun menggenggamnya dengan erat sebagai jawaban setuju.
***
Kini kami telah berada di parkiran asrama. Dia harus segera kembali,karena ada beberapa dokumen yang harus di periksa.
"Vee,kalo 2 minggu kita nggak ketemu gimana?"
"Apa siih mas?"
"Mas mau kemana?"
"Tenang sayang. Mas disini buat kamu. Cuma memang mas harus konsentrasi dengan skripsi mas." jawabnya dengan menatapku dan langsung ku teteskan air mata ku.
"Cup,jangan nangis. Badutnya tambah jelek lho!"
"Mas gag ninggalin aku kan?" tanyaku dengan suara serak.
"Gag akan sayang. Kecuali Alloh mengizinkan." ucapnya dengan meyakinkanku.
"Mas akan hubungi kamu terus. Mas janji." ucapnya dan kubalas dengan anggukan.
"Jadi ini waktu terakhir kita?" tanyaku dengan linangan air mata.
"Iya sayang. Sudah ah,jangan nangis. Mas pulang dulu ya? Love you sayang."
"Love you too."
Tak lama dia pun pergi meninggalkanku. Ku tatap mobil sport yang perlahan menjauh. Sedih itu yang aku rasakan.
Happy reading
Jangan lupa vote and comment yach....
Thank you :-)

KAMU SEDANG MEMBACA
Here,I'm Waiting You
Roman d'amour"Aku tak percaya bahwa aku harus mengalami ini semua" ucapku lirih saat melihat apa yang terjadi dihadapanku. Tangisku pun semakin memuai,bagai besi yang terkena panas. Seketika itu pula Aish,sahabatku memelukku dengan erat.